Bara harus pergi sebelum Kinara tersadar dan tak dapat menunda perjalanan bisnisnya. Penerbangan malam justru membuatnya bertambah lesu. Dia tak dapat tenang untuk berbaring meskipun sebentar saja.
Sayup-sayup bayangan Kinara kembali mengganggu pikirannya. Dia teringat beberapa potongan kenangan.
----
Bara menepikan mobilnya dan menatap gadis yang masih berdiri dengan wajah lugu di depan bar itu.
"Masuklah!" titahnya.
Sepanjang perjalanan, gadis itu terus menunduk takut dan tak ada perbincangan di antara mereka.
Sesampai di tujuan, mereka masuk ke dalam rumah itu.
"Rumah ini sekarang menjadi tanggung jawab kamu. Urus dengan baik. Saya tidak suka ada debu sedikit saja dan saya tidak suka ada kecerobohan. Saya benci itu."
Wajah lugu di depan Bara itu mengangguk dengan sedikit takut. "Baik, Tuan."
Bara memilih berlalu, tapi baru beberapa langkah dia kembali dipanggil.
"Tuan?"
Bara menoleh dengan ekspresi datar. "Hm?"
"Terima kasih."
Ucapan itu adalah ucapan paling tulus yang bisa dirasakan oleh Bara sampai dia memilih tak menjawab. Tapi, entah kenapa hatinya menghangat.
----
Kinara tersenyum lebar di depan akuarium besar yang baru dibeli oleh Bara. Jari telunjuknya mengikuti arah renang ikan-ikan kecil berwarna biru di dalamnya.
"Apa bagusnya warna biru?"
Gadis itu agak kaget dan langsung berdiri tegap sambil menunduk. "Maaf, Tuan."
"Saya bertanya itu dijawab, bukan menunduk!"
Agak lama Kinara terdiam sebelum menjawab singkat. "Cantik, Tuan."
"Saya juga suka melihat yang cantik." Pandangan Bara bukan ke arah akuarium, tapi tepat ke arah gadis berbando merah muda yang tengah menunduk itu.
----
Sudah merupakan hal biasa jika Bara muntah karena menegak minuman keras.
"Hoeeeekkk ...."
"Hoeeeekkk ...."
"Hoeeeekkk ...."Kinara selalu ada di sampingnya meskipun dini hari untuk menepuk pundaknya membuatnya merasa lebih baik. Mendengarkannya saat mengatakan kalimat, "Rasanya mual sekali."
Selalu sigap membuka sepatu dan kaos kakinya, membuka jasnya agar tidurnya lebih nyaman, mengondisikan AC di kamarnya.
Tak lupa jika dia ambruk di lantai satu, Kinara selalu susah payah memapahnya menaiki tangga. Satu tangan Bara selalu melingkar lemah di leher gadis itu. Satu tangan gadis itu selalu melingkar di pinggangnya dengan perlahan membawanya menaiki setiap anak tangga yang cukup panjang.
Kemudian selalu tangan gadis itu yang dihirupnya saat akan menghirup aromaterapi. Tangan gadis itu rela selalu di depan wajahnya sampai dia terlelap.
----
Bara agak terpana pada bunga matahari di belakang rumahnya. Cukup banyak dan tampak cantik.
"Siapa yang menyuruhmu menanam semua ini?"
Kinara menunduk takut dan khawatir. "Maafkan saya, Tuan jika saya salah. Saya dengar dari Pak Dava bahwa Tuan menyukai bunga matahari. Jadi sudah lama ini saya menanamnya agar Tuan suka melihatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara VS Mr. Perfeksionis (TAMAT)
Spiritual📚 PART LENGKAP #Karya 12 Kinara hanya memiliki dua cita-cita, yaitu membawa kembali ibunya yang bekerja sebagai TKW di Malaysia dan bisa melanjutkan kuliah. Keluarga ibunya yang masih memegang prinsip bahwa wanita tak perlu sekolah tinggi karena d...