Minta Maaf

1.2K 144 3
                                    

Jam dinding menunjukan pukul sembilan pagi, saat Bara terbangun dengan memegang kepalanya yang sedikit pusing akibat pesta miras semalam.

"Astaga ...." Pria yang masih lengkap dengan kemeja kerja itu kaget saat melihat jam dindingnya. "Kenapa tidak ada yang membangunkan saya?"

Dia hendak memanggil Kinara, tapi nampan berisi sarapan di atas nakas dengan sebuah surat kecil menghentikannya.

"Tuan, saya mohon maaf tidak dapat menemani Anda sarapan. Saya akan ke kampus untuk lapor diri sebagai mahasiswa baru sekalian pulangnya membeli alat tulis. Terima kasih."

Bara mengerutkan dahi. "Lapor diri?" Dia masih belum memahaminya. "Lapor diri sebagai mahasiswa baru?"

Beberapa detik dia berpikir sebelum mendadak sebuah senyum terbit di wajahnya. "Apa maksudnya dia lulus seleksi?"

Sontak pria itu tertawa kegirangan. "Hahahahahahahaha ... yes, YES!"

Ekspresi seperti tim kesayangannya menang dalam final piala dunia. Kinara yang lulus, dia yang berbahagia.

Hari itu langsung menjadi hari tersenyum sepanjang hari baginya. Bahkan saat melewati meja Nina yang ada di depan ruangannya pun, dia tetap mempertahankan senyumnya membuat wanita muda itu menghela napas jengah.

"Berhentilah tersenyum, karena senyum Anda sanggup menerangi satu kabupaten yang gelap gulita tanpa listrik," gumam Nina khas orang frustasi.

Tiba-tiba Bara kembali ke arah sekretaris hebohnya itu.

"Hei Nina?"

"Iya, Bos?"

"Sebutkan 10 hadiah yang sangat diinginkan oleh perempuan."

Nina langsung berbunga-bunga. "Bos mau memberikan saya hadiah? Ah, bos memang paling tahu cara membuat saya bahagia."

Bara sampai menganga sepersekian detik.

Wanita itu langsung berpikir sangat keras. "Mm ... bos menanyakan pada orang yang tepat. Jawabannya adalah ...." Dia langsung mengangkat sepuluh jari tangannya untuk siap menghitung. "Duit, duit, duit, duit ...." Terus begitu sampai sepuluh kali.

Ekspresi Bara langsung berubah datar. "Kalau jawabanmu sama, kenapa kamu harus membuang-buang waktu saya?!"

"Bos ... bos ... karena bagi wanita, melihat duit itu adalah hiburan terbaik, anti-aging alami, dan pasangan terbaik di planet ini."

"Apa gajimu kurang?"

Nina mendekatkan wajahnya sebelum berbisik secara misterius. "Wanita selalu merasa kurang, meskipun dia memiliki lebih. Itulah wanita, Bos."

Bukannya berterima kasih, Bara langsung pergi meninggalkannya untuk menjaga kewarasannya.

"Bos?"

Bara berbalik dengan ekspresi jengah. "Apa lagi?"

"Kenalin lah sama temen bos yang siap nafkahi saya. Pegel nih kerja terus menafkahi diri sendiri."

Seketika Bara langsung melotot ke arah Nina. "Kamu kadang-kadang, ya. Kerja sana!" titahnya dengan ketus.

***

Kinara sedang memilih buku tulis yang tepat untuk dijadikan catatan kuliah, saat berbalik dia langsung kaget. "Hah ...."

Sebuah kotak kecil sudah tersodor di hadapannya. Pemberinya sudah dapat ditebak meskipun berkaca mata hitam dan menggunakan masker. "Hadiah untuk lulus seleksi."

Kinara terlihat sedikit waspada. Dia mendadak sedikit menghindar semenjak ungkapan Bara semalam. Pria itu mungkin melupakannya lantaran mabuk, tapi setiap Kinara melihatnya, dia yang mendadak terngiang-ngiang.

Kinara VS Mr. Perfeksionis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang