08. "Mau saya emut lagi? Saya laper soalnya."

80 3 0
                                    

Hati hati bacanya ya
---

Seperti ucapan Gandi tadi pagi, sore ini Hema benar benar hanya boleh duduk mengamati Gandi yang tengah menyiram tanaman dan menggeser pot pot besar, dirinya bahkan dilarang berdiri terlalu lama.

"Pak, saya bosen. Saya bantuin ya?" Gandi berhenti menatap bengis pada Hema.

"Sudah duduk saja, kamu jangan menyusahkan saya lagi." Hema berdecak kesal.

"Gak tau diri bingit!" Ujarnya pelan, menyumpahi pria dihalaman rumah itu dengan kata kata cantiknya.

"Genta izin mau nginep lagi Pak, katanya dia pulang senin pagi." Gandi berhenti lagi dari aktivitasnya.

"Ngapain anak itu nginep dirumah orang sampai lima hari berturut-turut, seperti tidak punya rumah saja." Kelakarnya, Hema mendengkus geli sambil memandangi chatnya dengan Genta. Pria itu benar benar cerewet sekali.

"Bapak ini banyak omong ya." Gandi beranjak masuk keteras menghampiri Hema yang menunggui satu gelas air minum untuknya.

"Kamu, gak mau pulang ke rumah saja? Saya bisa bilang ke Ibu kamu jika kamu tidak mau dengan saya."

Hema diam, matanya melirik pada Gandi yang tengah menenggak air dalam gelas, "Emang Bapak yakin, enggak mau jadi suami saya?" Gandi nyaris tersedak, pria itu menatap Hema garang.

"Percaya diri sekali!" Hema menatap tidak percaya.

"Heh! Nggak inget situ kemarin bilang suka sama saya?!" Gandi memalingkan wajahnya dari Hema.

"Khilaf." Cih, Hema mendesis sebal.

"Serah dah." Hema beranjak masuk dengan kaki yang sedikit pincang dan memegangi pinggangnya yang masih nyeri.

Dengan sigap, Gandi langsung memapah gadis itu membuat Hema menyentak tangan Gandi kasar.

"Gak usah pegang pegang!" Ujarnya ketus, namun Gandi tidak mengindahkan dan malah langsung membopong tubuh kecil Hema menuju lantai atas, kamarnya.

"PAK! LEPASIN! KAMAR SAYA DIBAWAH NGAPAIN KEATAS!" Teriakan membahana Hema tidak membuat Gandi goyah sedikitpun laki laki itu tetap diam dan berjalan menuju kamar.

Gandi meletakkan tubuh Hema pada kasurnya, sedangkan gadis itu menarik nafasnya sebal. Namun helaan nafas itu usai saat mendapati Gandi yang duduk dibibir ranjang sambil menatapnya dalam.

"A-apa?" Tanyanya gugup, Gandi tersenyum tipis atas itu.

"Sudah pernah pacaran belum?" Hema mengerjap, memandang Gandi salah tingkah.

"Udah! Banyak mantan saya tuh." Ujarnya bangga, membuat Gandi menipiskan bibir meledek.

"Ngeyel! Mau saya sebutin? Nih ya, ada Jaehyun, Mingyu, Joshua, Jake, Jay, Jeno. Aduh banyak deh!" Gandi terkekeh sekarang, mengusap rambut Hema penuh gemas.

"Halu mulu, mentang mentang kamu penulis jadi bisa halu sesukanya gitu ya?" Hema mencebik, rupanya om-om dihadapannya ini tahu semua nama nama yang ia sebut.

"Kamu belum pernah pacaran?" Bingo! Hema terdiam atas tebakkan benar dari pria itu.

"Kenapa gak pacaran?" Gandi lagi lagi bertanya, seakan diamnya Hema merupakan jawaban iya dari pertanyaan sebelumnya.

Hema menarik nafasnya perlahan, "Bapak tau kan saya pernah kecelakaan? Nah ya itu, karena itu saya takut." Gandi menukik alis bingung.

Hema tersenyum tipis, "Dulu saya waktu SMA kelas 2 sempat pedekate, terus dia ngajakin saya main eh tau nya saya nyaris dijadiin boneka futsal sama dia, saya kabur tapi karena saya ceroboh, nyebrang jalan mata saya gak tengok kanan kiri dulu, alhasil saya ketabrak truk dan mental sejauh jauhnya, tapi untungnya masih hidup sih." Gandi terdiam, menatap Hema yang menunduk menatap jarinya yang ditautkan.

"Maaf Hema." Hema mendongak, menatap bingung pada Gandi.

"Buat apa Pak?" Gandi mendekat, membuat Hema refleks mundur hingga menatap senderan tempat tidur.

"Maaf atas tindakkan yang saya lakukan dikantor tempo hari." Gluph! Kenapa harus diingatkan sih! Hema sudah nyaris lupa.

Pipi gadis itu kini bersemu, membuat Gandi terkekeh sejenak dan menggeleng pelan.

"Kenapa? Saya kira kamu bakalan nangis atau marah, kok jadi blushing begini? Kamu sudah suka sama saya, ya? Cepat sekali ya, hanya dua hari, tau begitu dari dulu saya dekati kamu Hema." Hema mendengkus.

"Percaya diri Bapak tinggi banget! Saya blushing karena malu! Inget adegan emut emutan sama Bapak!" Gandi tergelak, Hema malah terpesona dengan tawa pria didepannya.

"Hema, mulut kamu lupa disaring sekali." Ujar Gandi dan menyentil bibir mungil Hema.

"Ya kenyataan kok! Mana ngemutnya kayak orang laper lagi!" Gandi terkekeh ringan.

"Mau saya emut lagi? Saya laper soalnya." Hema memukuli Gandi dengan bantal, membuat pria itu menghindar dan pergi sedikit menjauh dari Hema.

"Iya iya bercanda Ma! Jangan dilempar begitu bantalnya, nanti kotor." Hema diam, memasang wajah cemberut.

Gandi mendekat, kembali mengikus jarak.

"Saya gak bohong, saya lapar Hema."

Cup

Kecupan itu mendarat lagi dibibir Hema, hanya bibir yang saling menempel saja. Tidak ada lumatan atau apapun itu, mata Hema menatap raut Gandi yang memejam sayu.

Entah akal sehatnya hilang atau apa, Hema malah menarik tenguk Gandi dan membuat lumatan kecil dibibir ranum pria itu.

Gandi sedikit terkejut namun tak urung dirinya pun membuka akses untuk Hema melumat bibirnya begitupun sebaliknya.

Adegan lumat-lumatan itu berlangsung cukup lama. Bahkan kini tubuh Gandi sudah berada diatas tubuh Hema.

Lumatan itu beranjak menuju leher Hema, membuat gadis itu melenguh geli sambil mencengkram bahu Gandi.

Sedangkan pria itu nampak asik mengemut leher Hema, tangan kekarnya mulai beranjak naik mengelus perut ramping Hema dan semakin naik hingga sedikit menyenggol payudara gadis itu.

Gandi mendongak menatap Hema yang pandangannya sudah sayu, ia membuang nafasnya kasar lalu langsung beranjak dari posisinya dan pergi keluar tanpa sepatah katapun.

Sedangkan Hema menutup matanya sambil merutuki kebodohan yang ia lakukan.

"Ngapain anjir tadi gue ngelumat lumat bibirnya?! Otak gue kayaknya sakit." Gadis itu memukul mukul kepalanya penuh kesal, mengacak acak rambutnya sendiri penuh gusar.

Disaat kegelisahannya melanda lagi lagi Gandi datang, pria itu mengulas senyum tipis melihat sefrustasi apa Hema.

"Mau dilanjut atau mau makan dulu?" Hema mengutuk pria dihadapannya dengan sumpah serapah dalam hati.

"Dilanjut apa hah?! Bapak pikir saya cewek apaan?!" Gandi menaikkan alis heran.

"Lho? Kan kamu yang ngemut saya duluan." Ujar Gandi enteng, sedangkan Hema sudah memerah malu.

Pria itu tersenyum tipis, menghampiri Hema yang lagi lagi beringsut mundur.

"Enggak akan saya nodai kamu sekarang kok, ayo makan dulu, setelah itu saya mau ajak kamu pergi sebentar." Gandi lagi lagi mengangkat tubuh Hema tanpa diminta, membuat gadis itu tersipu malu atas tindakkan pria yang lebih tua darinya itu.

"Emang Bapak mau ajak saya kemana?" Tanyanya saat mereka sudah sampai kemeja makan.

"Kerumah kamu." Hema mengerutkan keningnya bingung.

"Rumah saya? Ngapain?" Gandi menggendikkan bahu.

"Pak, ngapain?" Gandi acuh dan memilih untuk menyibukkan diri membuka semua bungkusan makanan yang ia pesan.

"Udah makan dulu aja, nanti juga tau." Hema tidak bisa menelan makanannya dengan benar karena memutar otak untuk tahu apa yang akan Gandi lakukan saat kerumahnya.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang