17. Ilena

8 3 0
                                    

Salwa, gadis itu menatap dengan tatapan horor pada Hema yang tengah menyeruput es tehnya dengan tidak nyaman. Tatapan Salwa, dan beberapa penghuni kantin IP itu nampak menyeramkan untuk Hema lirik satu persatu.

Benar, berita sialan yang memuat fotonya dengan Gandi dipernikahan Revan sudah menyebar luas, Hema kemarin tidak masuk kuliah karena lagi-lagi dosennya berhalangan hadir dan merubah jam temunya jadi sekarang.

Pikir Hema, berita yang terpampang di aplikasi sejuta umat itu akan meredup jika ia tinggal sehari, tapi malah beritanya semakin menjadi saat potret selfi dirinya dan Gandi yang kala itu di unggah ke story IstaGrum milik Gandi menjadi perbincangan hangat lagi.

Salwa memicing, membuat Hema yang jengah jadi berdecak sebal. Sudah setengah jam ia menunggu gadis didepannya itu bimbingan, namun saat gadis itu datang malah hanya memberi tatapan tidak jelas.

"Gue balik aja lah kalo lo gak jelas gini, sibuk gue itu." Hema hendak bangkit, namun suara cempreng Salwa yang menyuruhnya duduk membuat gadis itu manut.

"Belum dua puluh satu hari Hema, dan lo udah bisa gebet? Luar biasa, kenalan dimana? Jangan jangan, LO GUNDIKNYA YA?!" Hema membekap mulut menyebalkan Salwa, memukul bahu Salwa kuat membuat gadis sedikit berisi itu meringis.

"Sakit tau! Main geplak aja, lo kira gue samsak apa?!" Gerutunya sambil mengelus-elus bahu yang nyeri.

"Mulut lo dijaga dong! Bikin gue makin dipikir jelek aja sama orang." Alis Hema mengkerut, pertanda gadis itu benar-benar kesal.

"Iya maaf, abisnya lo gak ada bilang apapun sama gue sih!" Hema melirik malas.

Gadis itu menyeruput kembali es tehnya, "Gue udah pernah bilang, tapi lo mikirnya itu halu. Ya udah salah lo, kenapa jadi gue yang salah?" Salwa berdecak, ia memasukkan secuil roti kemulut Hema.

"Ya lo gak ada bukti yang konkret gimana mau percaya coba?" Hema menghembuskan nafas penat, mengunyah roti yang barusan dijejalkan Salwa tanpa minat.

"Berapa lama Hem?" Hema melirik, kembali menarik nafas dan menghembuskannya kasar.

"Dua minggu kurang lebih, ceritanya panjang banget Sal, udah kayak ngepel Aceh-bogor." Salwa tergelak, Hema dengan mulutnya adalah sebuah ketidak jelasan.

"Oke, gue siap dengerin kok cerita yang menurut lo panjangnya kayak ngepel Aceh-Bogor itu." Hema menampakkan wajah malasnya, tapi tak ayal mulutnya itu menceritakan secara rinci segala hal dari nol hingga tuntas.

Akhir ucapannya dibalas decakkan dari bibir Salwa, gadis itu menggeleng entah takjub entah apa, namun yang Hema lihat raut sahabatnya itu nampak speechless.

"No ember loh Sal, gue gigit kalo lo bocor." Salwa mengangguk paham.

"Di lem no drop gue juga oke kok." Hema mendengkus geli.

"Terus, ceritain dong acara lo sama dia kemarin yang main ke curug, gila sih gue aja syok Hem." Hema memilih mengambil tasnya lalu berdiri, membuat Salwa melotot pada gadis itu.

"Ih! Mau kemana bangke cerita dulu woi!" Seruan Salwa diacuhkan, Hema memilih berjalan lurus meninggalkan kantin IP dan tatapan tatapan dari orang-orang didalamnya.

Dirinya ada janji temu dengan Gandi. Benar, dirinya akan melanjutkan hubungan ini, sebenarnya ini adalah akal-akalannya agar terbebas dari Dika yang benar-benar datang menghantui Hema, bahkan gadis itu sampai paham jika pria itu kembali mendekatinya bukan hanya sekedar permintaan maaf yang terlambat.

"Susah banget emang jadi cewek cantik." Ia bergumam, menatap layar pesan. Ada dua notifikasi dari Gandi yang mengabarkan sudah berada di area fakultas Hema dan ada Dika yang menanyakan kapan gadis itu akan pulang.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang