16. "Mau dicintai balik kok malah ngeselin!"

11 3 0
                                    

Pelaminan itu nampak begitu memukau, membuat mata Hema ingin mengeluarkan bulir-bulir bening yang sudah susah payah ia tahan sejak matanya melihat figur foto prewedding yang dipajang didekat meja buku tamu. Genggaman ditangannya mengerat, ia menoleh menatap Gandi yang pandangannya kini hanya lurus kedepan.

"Saya oke kok Pak." Ujar Hema meyakinkan, Gandi menunduk memandangi gadis cantik yang cukup membuatnya tidak bisa berkutik sejak tadi.

"Saya usahakan untuk percaya." Hema mendengkus geli, pria ini memang ada ada saja.

"First time saya kondangan gandeng pasangan, maaf kalau habis ini bakalan ada berita beredar gak jelas dimedia sosial. Tolong dimaklumi ya." Hema mendongak dan tertawa pelan, tanginnya terasa hilang saat Gandi tersenyum tipis.

"Iya, tau saya kok resiko jalan sama orang terkenal." Gandi terkekeh, merengkuh pinggang Hema membut gadis itu sedikit kaget.

"Jadi ini bisa dikategorikan ngedate, nggak?" Hema mengangguk kecil atas pertanyaan Gandi.

"Boleh deh, kondangan date. Lain dari yang lain." Gandi mendengkus geli atas penuturan Hema.

"Hem."

"Iya?"

"Kamu betulan baik-baik saja'kan?" Hema menoleh pada Gandi dan mengangguk.

"Iya, betulan. Sedih sedikit tapi ya udahlah mau gimana lagi." Gandi tersenyum melihat ikhlasnya Hema yang luar biasa.

"Kamu tau? Saya yang minta untuk Revan undang saya ke sini." Hema melotot pada Gandi kaget dan dibalas angkatan bahu pasrah.

"Saya takut kamu kenapa kenapa." Hema menghela nafas, memukul pelan bahu Gandi dan cemberut.

"Bapak gak usah begitu ih lain kali! Saya gak selemah yang Pak Gandi kira kok. Saya biasa aja, apa jangan jangan Bapak gak ada kontrak-

"Ada, perusahaan dia mengajak kerja sama dengan perusahaan saya. Kebetulan saya ingat wajah dia yang ada diundangan waktu itu. Jadi sekalian." Hema menggeleng.

"Bapak luar biasa." Gandi terkekeh.

"Saya juga menyuruh dia untuk bilang jujur pada kamu, sudah belum?" Hema menegang, genggamannya ditangan Gandi mengendur.

Pria itu masih belum begitu sadar akan tingkah Hema, namun gadis itu sudah menatap dirinya berkaca-kaca.

Gandi menunduk merasa diperhatikan, mata legamnya terkejut menatap mata Hema yang berair.

"Lho? Ada apa? Keputusan saya bikin kamu gak nyaman ya? Maaf Hema, saya hanya mau kamu-

"Terimakasih, Bapak baik banget! Kalo Bapak gak lakuin ini mungkin sekarang saya masih berantem sama diri saya sendiri karena gak bisa bilang langsung ke Mas Revan kalau saya suka dia. Tapi karena Bapak saya jadi tau kalau Mas Revan ternyata sadar sama perasaan saya, makasih banyak Pak." Pelukkan tiba-tiba itu membuat Gandi mematung, ia tidak menyangka dirinya akan dipeluk ditempat umum begini.

"Sudah jangan menangis, nanti dipikiran orang-orang saya apa apa'kan kamu Hema." Gandi mengelus punggung Hema perlahan, merengkuh tubuh mungil Hema dalam dekapannya.

Hema terkekeh dibalik pelukkannya, Gandi jadi terheran-heran. "Pak! Ngedate yuk!"

---

Sesuai kemauan Hema, esok harinya kedua manusia itu pergi menuju sebuah tempat wisata alam yang mampu menyegarkan pikiran.

Suasana dingin dan sejuk yang menerpa padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang mampu membangkitkan senyuman Hema yang baru saja menjejaki kakinya di sebuah perkebunan teh.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang