07. Dia suka duluan?

21 4 0
                                    

Part gabut si ini agknya wkwk
--

Hema kini duduk dengan tegang, Gandi menariknya duduk disofa depan TV, laki laki itu duduk disebelahnya dengan diam sambil menonton siaran penelusuran horor ditelevisi dengan fokus, Hema malah jadi salah tingkah.

Gandi sudah minum obat, namun pria itu enggan beranjak tidur. Malah dirinya menyeret Hema untuk menemani menonton TV.

"Mau Bapak itu apa sih?!" Akhirnya pertanyaan yang Hema dekap dari siang terlontar juga.

"Mau saya? Emang mau saya apa?" Gandi menoleh, mengerutkan kening.

"Ya Bapak! T-tadi siang, em k-kan Bapak cium saya! T-terus tadi juga, ah! Pokoknya mau Bapak apa?! Kenapa begitu?!" Gugup Hema, Gandi mendecih kecil.

"Kenapa? Kamu baper?" Hema menjulidkan raut wajahnya.

"Saya? Baper? Percaya diri banget Bapak!" Gandi tersenyum miring.

"Mana mungkin saya Baper sama aki-aki kayak Bapak!" Ujar Hema lagi, Gandi langsung menoleh pada gadis disebelahnya yang rupanya mengomel sambil menatap televisi.

"Oh ya? Coba kalau dibeginikan bagaimana?" Ujar Gandi sambil mendekatkan tubuhnya pada Hema, membuat gadis itu refleks mundur dan malah mempersempit ruang geraknya akibat punggungnya mentok pada senderan sofa.

Raut gugup yang dipaksa biasa saja dapat Gandi baca, seringai kecil dibibir Gandi membuat Hema mengerjap beberapa kali.

"Yakin? Masih belum suka saya?" Hema yang sadar langsung mendorong dada Gandi menjauh, namun tenaganya tidak sekuat itu.

Gandi malah makin mengikis jarak duduk mereka, membuat Hema menahan nafas untuk sepersekian detik.

"J-jauhan deh!" Perintah Hema tidak diindahkan, Gandi malah merengkuh pinggang gadis dihadapannya membuat Hema semakin panas dingin.

"Hema, sebenarnya saya sudah kenal kamu, jauh sebelum Ibu kamu berniat menjodohkan kita." Hema terdiam, mencerna ucapan Gandi.

Mata pria itu menatap Hema penuh, garis mata setajam elang itu membuat Hema jadi super gugup.

"Pertama kali saya ketemu kamu, itu waktu SosialMath ada seminar dikampus kamu." Jelas saja ingatan Hema terjun ke beberapa bulan lalu, tepatnya akhir semester lima.

"Saya lihat kamu, entah kenapa saya jadi penasaran. Cara kamu ketawa waktu itu, cara kamu yang mencoba memahami materi dari rekan saya, dan cara kamu yang mencoba membantu teman kamu yang sulit mengerti, saya penasaran dengan kamu." Hema dibuat bungkam, gadis itu hanya sanggup menatap mata Gandi dalam diam.

"Saya cari tau segala sesuatu tentang kamu, saya baca segala tulisan kamu, saya ikuti segala media sosial kamu dengan akun palsu. Dan sampai akhirnya saya tau keluarga kamu."

"Waktu itu saya lagi ke toko loak DVD, mata saya lihat Ibu kamu yang nyaris dirampok, karena itu Ibu kamu, dan kondisinya memang tidak ada yang menolong, saya mengajukan diri untuk menolong. Maka dari itu Ibu kamu malah tanpa terduga membuat pernyataan begitu."

"Kalo itu bukan Ibu, Bapak diem aja dong?" Entah harus apa, Hema malah bertanya itu.

Gandi terkekeh, makin merengkuh pinggang Hema. "Jelas bakalan tetap saya tolong, tapi karena ini Ibu kamu, saya kasih adegan dramatis sedikit." Hema mendengkus sinis.

"Jadi Hema, kamu pahamkan maksud saya apa?" Hema kembali kaku, gadis itu mengerjap mengingat Andrea--si wanita panas--yang mencumbu Gandi didepan matanya.

"T-tapi Bu Andrea? Bapak ini modus banget." Hema kembali mendorong Gandi namun gagal lagi.

"Dia mantan saya, seumur-umur saya pacaran sama dia, hubungan kelewatan kami hanya sebatas itu, bukan sampai unboxing seperti yang kamu pikirkan." Hema gamang, tidak yakin juga.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang