PROLOG

1.1K 48 2
                                    

Di dalam kegelapan malam. Seorang pemuda berdiri di derasnya hujan yang mengguyur kota. Pemuda itu terus menatap langit malam tanpa menghiraukan rasa sakit di matanya yang terus ditusuk oleh tajam nya air

Pemuda itu mengangkat tangannya setinggi mungkin. Lalu tersenyum sebisanya

Bahkan pemuda itu tidak takut jika ada sebuah petir yang akan menyambar tubuh mungilnya

Jderrr

Sentak pemuda itu kaget dan menyentuh dada nya yang terasa sedikit sakit

Juanda, pemuda pendek manis dan tampan itu menurunkan tangannya dan terfokus kepada apapun yang berada di depan nya

"Januar.. " Lirih pemuda itu pilu"januar benci aku bunda, januar ga sayang sama aku lagi. Dia benci aku"tangis pemuda itu mulai terdengar

Hanya ada dirinya, derasan hujan, dan pepohonan di sekitar, tidak ada orang yang lewat karna jam sudah menunjukkan tengah malam. Tetapi pemuda itu masih setia menunggu hujan reda

"Juan kangen kasih sayang bunda.. "

Juanda menunduk kan kepalanya, dingin, itu yang dirasakan pemuda itu namun pemuda itu masih enggan untuk melangkahkan kakinya pergi. Dirinya masih teringin berada di sana sampai hujan reda dengan sendirinya

Juanda bodoh, dia manusia bodoh, dia masih teringin bertahan di dunia yang kejam ini. Bahkan tidak ada siapapun yang mencintai ataupun menyayangi dirinya layaknya seorang manusia pada umum nya

Siapa sangka setiap dirinya teringin pergi dari dunia yang bahkan tidak menerima nya, selalu saja mendapatkan halangan

Jika dirinya dilarang, lantas? Kenapa semua orang membenci dirinya? Dirinya juga teringin hidup bebas dan bahagiaa layaknya seperti anak laen pada umumnya

"Juanda, kehadiran lo di dunia ini ga bakal ketrima! Lo di dunia ini cuma dijadiin mainan. Lo mainan bagi gw! Jadi jangan berharap lebih ataupun kegeeran! Ingat kita emg saudara tapi gw ga pernah anggap lo saudara! Lo pembunuh"

Juanda kembali menunduk. Mengingat perkataan januar yang membuat hatinya sakit dan sangat tergores

Dirinya pembunuh? Kenapa januar selalu menyalahkan dirinya! Bahkan juanda pun sangat tidak ingin menjadi pembunuh. Tapi kenapa semua orang selalu menyalahkan dirinya

Jika dirinya pembunuh, lantas bunuhlah dirinya saat ini agar tidak ada pembunuh seperti dirinya di dunia ini

"Gw janji ga bakal ninggalin lo! Dan lo bakal tetep jadi saudara yang paling gw sayangi gabakal ada yang bisa pisahin kita! "

Bohong, hanya kata itu yang berhasil lolos dari bibir nya

"Kamu bohong januar, nyatanya kamu lebih pilih dia dibanding aku yang posisi nya saudara kamu sendiri, bahkan kamu lebih percaya dia dibandingin aku"

"Aku pengen peluk kamu, walau untuk yang terakhir kalinya januar, tapi kenapa kamu selalu nolak? Permintaan aku sederhana, gabakal bikin kamu rugi" Juanda berucap dengan sendirinya, sambil mengepalkan kedua tangannya "kalo kamu benci aku, kenapa kamu ga bunuh aku aja? Kenapa kamu selalu ngelakuin segala cara agar aku ga mati? Kenapa januar! "

Pertanyaan itu yang ingin juanda dapatkan jawaban nya tetapi tidak kunjung ia dapatkan, setiap juanda teringin bertanya dengan kalimat yang sama januar selalu menghindari nya. Ntah dengan cara apapun

"Tapi aku tahu kamu ga sejahat itu kan? "

"Gw jahat Juan, jadi jangan berharap lebih perhatian yang selama ini gw kasih itu murni karna gw masih punya rasa kasihan! Bukan berarti gw nerima kehadiran lo! Gw jahat juanda"

"Juan! "Januar melangkahkan kakinya menghampiri juanda yang masih termenung dengan tubuh yang basah kuyup akibat hujan  yang terus mengguyur tubuhnya. Tangan kanan januar yang memegangi payung mendekati juanda, sehingga hujan tidak lagi membasahi tubuh mungilnya"lo mau sakit konyol? " Januar bertanya dengan nada remehan

"Lo gampang sakit! Jangan sampe lo bikin gw repot"

Juanda mendongak kan kepalanya. Menatap kedua manik milik januar sambil tersenyum tipis. Lalu kembali mengalihkan pandangan nya ke depan

"Aku suka hujan" Tuturnya"kenapa payungin aku? Aku gasuka payung aku suka hujan bahkan aku suka cara hujan ngeguyur tubuh aku. "

Januar menghembuskan nafasnya berat

"Lo gampang sakit Juan! Jangan main hujan nanti dimarahin bunda, gw gamau itu terjadi. Nanti kalo lo sakit gw maen sama siapa? Temen maen gw dirumah cuma lo doang kalo lo sakit berarti gw gada dunia! "

Reflek juanda memejamkan kedua matanya dengan erat. Memory itu kembali terputar di dalam benak nya. Memory yang selama ini tidak ingin juanda ingat lagi, namun dengan ketidak sopanan ingatan itu kembali lagi

Juanda menggigit bibir bawahnya kuat

i'am juanda✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang