20. Panggilan kakak
"Jan.. "
Hening
"Jan.. "
Tetap hening
"januar!??? " Teriak johan pada akhirnya membuat remaja itu seketika menoleh kaget"lo denger panggilan gw kan? "
Januar melepaskan heardphone di telinga nya dan mengerjapkan kedua matanya berulang kali
"Sejak kapan lo disini? "
Johan berdecak kesal, jadi kehadiran nya tidak diakui?
"Sejak tahun kemaren.. "
"Mau apa? "
"HP lo ga aktif? " Tanya johan
"Mati.. "
"Oke fine, dengerin gw dulu" Ucap johan serius"ini soal juanda.. "
Mendengar itu januar mengganti posisi nya menjadi duduk
"Kenapa? Ada apa sama juanda? Dia baik-baik aja kan? " Tanya januar, terlihat wajah panik dari remaja itu
"Mending lo kerumah sakit, dan lihat keadaan nya. Daripada lo merenung di rumah seorang diri.. Juanda butuh lo.. "
"Kenapa nada lo ga meyakinkan? "
Johan tersenyum tipis
"Ga meyakinkan gimana? Gw cuma nyuruh lo kerumah sakit buat nengokin juanda, salah? Juanda butuh lo sekarang. "
Disisi juanda sendiri, remaja itu menatap ke arah jendela kamar rumah sakit dengan duduk di atas ranjang. Tentu dengan alat yang berada di tangan nya. Jujur saja dirinya tidak nyaman dengan alat ini dan ingin melepaskan nya tapi johan melarang nya
Tangan kirinya terangkat dan menghusap wajahnya kasar
"Buat lo.. "
Dean menaruh sekotak bubur di atas meja
"Dari johan.. " Lanjut nya kembali keluar dari sana
"Bubur lagi? " Heran juanda menaikkan sebelah alisnya"hhaa bosen bubur terus, kenapa ga bakso aja? Bubur ngebosenin! "
"Gada bakso selama masih tinggal di rumah sakit. "
Juanda menoleh dan mendapatkan keberadaan johan yang berada diambang pintu. Dengan seseorang?
"Johan? " Kedua mata juanda berbinar melihat kehadiran sosok johan"darimana aja? Aku males dikasi bubur terus menerus. "Keluhannya
Johan melangkah dn mendekat ke arah juanda
" Itu sehat buat lo, jangan cari penyakit karna gw gasuka. "
"Sakit.. " Cicitnya memeluk tubuh johan dengan kedua tangannya"mau dilepas.. "Rengeknya
" Infus nya jahat. "
"Lo gamau peluk januar aja? "
Perkataan johan mampu membuat juanda menoleh ke arah januar yang masih berada diambang pintu tanpa melangkah, selangkah pun
"Januar? " Panggil juanda pelan
"Kakak? " Ulang nya
"Lo manggil gw kakak? "
Juanda mengangguk, karna selama ini juanda memang memanggil januar dengan namanya karna mereka hanya berbeda beberapa bulan
Januar melangkah dan memberanikan dirinya untuk mendekat walau di dalam dirinya masih dilanda rasa bersalah
"Sekali lagi.. " Suruhnya
"Kak.. Januar" Ulang juanda pelan seraya tersenyum tipis setelah dirinya mengatakan itu
"Iya adek. "
"Januar manggil juanda adek? "
Januar mengangguk sebagai jawaban, tangan kanan nya terangkat mengacak rambut juanda
"Agam dean mana? " Tanya januar
"Kata nya ke taman rumah sakit, kenapa? Lo mau ketemu mereka? "
Januar mengangguk
"Gw mau ketemu sama mereka dulu, tolong jagain juanda sebentar"
"Tanpa lo suruh pun gw bakal jagain juanda. "
Johan menatap sinis ke arah januar yang berlari keluar dari ruangan
"Ada yang sakit? " Juanda mengangguk"sabar oke? Sebentar lagi lo bakal keluar dari rumah sakit sialan ini, tapi dengan satu syarat. Lo harus jaga diri baik-baik, jangan sampe terluka.. "
"Kerjaan aku? "
Johan menyunggingkan senyuman nya
"Setelah lo sembuh.. "
Juanda mengangguk kecil
Disisi lain, terlihat Agam yang sedang menyenderkan kepalanya di bahu dean dengan kedua mata yang terpejan sempurna dan dua tangan yang menyilang
Kedua remaja itu sama-sama menikmati sejuknya angin diluar ruangan. Sesekali pula dean melirik ke arah Agam, dirinya tidak berniat untuk mengangguk remaja itu dari waktu santainya
"Agam... "
"Hm? " Dehem Agam kecil dengan posisi yang tetap sama
"Gw suka sama seseorang.. " Balasnya dengan tersenyum tipis
"Emang siapa yang bakal suka sama lo selain gw? "
"Maksud lo? Banyak cewek yang suka sama gw asal lo tau, bahkan banyak orang yang ngantri mau jadi pacar gw, tapi gw cuma pilih satu cewek.. Dia lucu"
Agam mengerjap ngerjapkan kedua matanya dan mengubah posisinya menjadi berdiri, dia menatap sekilas ke arah dean lalu berdiri
"Mau kemana? " Kesal dean saat Agam hendak pergi begitu sjaa
"Gw mau kantin, mendadak lapar.. "
Dean menyilangkan kedua tangan nya kesal menatap kepergian Agam dari kejauhan, kenapa anak itu seperti tidak ingin mendengarkan ceritanya? Apakah dia salah menceritakan seseorang yang dia sukai
"Dean.. "
Dean kembali mendongak menatap januar yang melambaikan tangan nya dengan menghampiri dirinya
"Agam mana? Bukan nya kata johan kalian berdua ada di taman? Terus? Kemana dia? "
"Kantin.. "
"Lo ga ikut? "
"Gak lah kesel gw"
Januar ikut duduk di sebelah Dean
"Kesel kenapa lo? Tumbenan, mana tuh muka ditekuk. "
"Salahkah gw ceritain orang yang gw suka depan Agam? Kenapa dia pergi gtu aja. Mana pakek alasan mau kekantin lagi.. Gw tau tuh bocah pasti ga kekantin, tapi nyangkut dimana kek. "
"Emang dasarnya lo bodoh.. "
Tersentak Dean menatap tajam ke arah januar
"Bercanda den, mending lo cari tau sendiri sebelum orang lain yang ngasi tau.. Tapi mending gausah tau deh, takut nya lo ga sangar lagi"
"Bocah kontol! "Ucap Dean dengan nada ngegas nya