08. Siksaan yang menanti
"AISHHH KEMANA ANAK ITU PERGI HAH??! "
Daniel mengamuk dan bahkan dia tidak Segan-segan membuang apapun yang berada di dekatnya, dirinya menyuruh anak itu untuk diam di dalam kamar, tapi ini? Anak itu tidak ada di dalam kamarnya
Apa anak itu sedang bermain main dengan dirinya? Apa anak itu ingin di siksa?
"Ayah sudahlah, tidak ada gunanya ayah mengamuk anak itu tidak akan pulang jika kita tidak mencarinya" ucap Januari cepat "jika ayah tidak ingin mencarinya tidak apa aku tahu ayah membenci anak itu, biar aku saja yang mencarinya"
Daniel mengerutkan dahinya
"Baiklah, kau cari dia dan bawa pulang ayah tidak sabar ingin menyiksa nya"
Daniel melangkah pergi dari sana menyisakan Januari seorang diri
Januar menyilangkan kedua lengan nya dan duduk di sofa dengan kaki yang naik
"Kemana tu anak, emang bener nyari mati ama ayah" Januar bergumam pelan. Ntahlah dirinya sedang mencari cara agar ayah tidak menyiksa anak itu, tidak, rasa benci Januar pada anak itu terus berlanjut. Tapi ntah kenapa Januar merasa tidak suka jika ayah menyiksa anak itu
Januar tidak munafik, tetapi januar merasakan kasian
"Apa gw harus beliin tu bocah HP kali ya? "
Apa dirinya harus membelikan nya ponsel? Agar dia mudah menghubungi bocah ingusan itu. Agar tidak menyusahkan nya saja
Januar berdiri
skip
Januar memarkirkan motornya dan melangkah masuk ke dalam. Tidak lupa dia mencabut kunci motornya sebelum masuk
Saat masuk bisa januar lihat kedua teman nya tengah berbincang serius tanpa menyadari kehadiran nya
"Lah jan, tumben lo ke markas malam gini? Kenapa? " salah satu dari mereka bertanya. Januar bukan tipe yang suka nongkrong di malam hari, mungkin jika nongkrong itu berarti dia tengah ada masalah
Januar tidak membalas
"Ada masalah ya? "
Januar menggeleng pelan
"Terus? "
"Kalian tau dimana juanda berada?" januar balik bertanya membuat mereka mengerutkan kedua dahinya "dia hilang, gw gatau harus cari dia kemana lagi. sedangkan di rumah ayah udh ngamuk, kalo gw bawa juanda pulang pasti tu anak bakal disiksa lagi"
Mereka mengangguk serempak
"Yaudah bawa pulang aja tu anak, lagian lo juga benci dia kan? "Dean berucap" atau lo mulai sayang ama dia?"goda Dean yang langsung mendapati tatapan tajam dari januar
"Tapi kalo kata gw, mending lo gausah bawa juanda pulang. Takutnya ayah lo nyiksa nya makin menjadi jadi. Nanti kalo tuh anak koit gimana kan kasian anjir anak orang, apalagi tubuhnua lemah. sekali tampar aja bisa pingsan" jelas dean panjang
Januar menghela nafasnya lalu berdiri
"Mau kemana? " tanya dean
"Rumah johan"
"Emang dia udh balik dari luar negeri? "
Januar mengangguk"dia udh pulang kemarin siang, dan katanya dia bakal masuk di sklh an kita selama disini"
"woah asik dong" seru adam
"Yaudah gw mo ke rumah dia dulu, sebelum tu anak turu. Kalian tau kan tu anak kalo udh turu dibangunin nya kyaa org mati" mereka tertawa serempak"kalo ada apa²hubungin gw aja siapa tau gw bisa kesini dan bantu"
"Yaudah hati²" dean melambaikan tangannya saat januar sudah menjauh dari pandangan nya begitupin dengan adam"dam, lo nyadar gsi kalo selama ini januar udh mulai se perhatian itu sama juanda? Padahal ya dulu juanda dimarahin dia diem aja, juanda ga pulang dia juga ga peduli, bagi gw sekarang semuanya udh beda"
Adam tersenyum mendengar perkataan dari dean"lo ga lagi lupa? Januar suka sama juanda, siapa tau kan dia udh mulai nunjukin rasa suka dia dengan cara itu"
Aishh dia lupa jika januar mencintai juanda, tapi kenapa dirinya merasa tidak yakin ya
Dean menggeleng kan kepalanya berulang kali dengan cepat. Memijat pelipisnya
"Di antara kita, kisah januar yang paling sulit dan susah untuk dimengerti"
Adam tertawa garing
"Itu kisah dia, lo gausah ikutan mikir nanti stres" ledek adam yang langsung ditatap tajam oleh dean"gausah natap gw tajam kaya gitu, ga mempan, gw bukan bocil yang takut liat tatapan gemes kaya gitu"
Dean membulatkan matanya, gemas? Hey yang benar saja dirinya itu menatap tajam adam agar anak itu diam, tapi kenapa malah dikatana gemes?
Wahh sungguh tidak benar ini
"Gemes lo bilang? Gw ini serem ya anjir" sarkas Dean tidak Terima"jangan bilang gw gemes"
"Tapi lo gemes di mata gw deden"
Adam tersenyum melihat wajah Dean yang kesal
"Panggil gw Dean"
"Kalo syng aja gimana? "
"Lo mau mati? "
"Iya sorry anjir, gw cuma bercanda lo bawaan nya serius mulu. Gw mah masih normal masih doyan apel. Emang nya si januar tuh yang doyan batang"
Dean memutar bola matanya malas dan memilih untuk kembali diam