Tidak ada yang lebih baik dibanding persaudaraan kita tanpa adanya rasa benci
_____
_____7. Ketakutan terbesar
"Yah? Juanda masuk rumah sakit.. " Ucap januar menatap punggung ayahnya yang sibuk dengan berkas sialan itu
"Yah? Ayah dengar januar kan? "
Daniel menaruh berkas yang ada di tangan nya di atas meja dan membalikkan tubuhnya menatap januar dengan tatapan datarnya tanpa ekpresi
"Urusan dengan ayah? Mau dia matipun ayah tidak akan peduli.. "
"Yah? Juanda masuk rumah sakit karna januar ayah. Januar ga sengaja pukul dia Ayah.. "
Untuk apa dia peduli dengan anak itu? Bukankah berita kematian anak itu nantinya akan menjadi sumber kebahagiaan nya yang paling utama?
Daniel mendekat dan menepuk punduk januar pelan
"Jangan pernah bicarakan anak itu di depan ayah, mau dia mati ataupun masuk rumah sakit sekalipun, ayah tidak akan peduli.. "
Apa ayahnya saat ini sedang bercanda? Kenapa bisa sesantai itu?
"Terserah ayah.. "
"Kau ingin pergi kemana? " Tanya Daniel saat januar hendak pergi
"Ke rumah sakit.. "
Daniel mengangguk nganggukan kepalanya, membiarkan januar untuk pergi
Skip rumah sakit
"Ada kepentingan apa tuan januar? "Tanya johan
" Jenguk adek gw.. "
"Buat apa? Mau nyakitin dia lagi? "
"Diem!! Dan jangan ikut campur johan, gimanapun dia tetep adek gw dan lo gada gak buat larang gw buat ketemu sama juanda. " Geram januar
"Dia koma. "
Deg
Apa dirinya salah mendengar? Juanda koma bukan karna dirinya kan? Tidak tidak. Dia pasti salah mendengar kan, tidak mungkin juanda koma
"Lo kalo mau main-main gausah sama gw johan, gw lagi gamau nerima candaan bulshit lo. "
Johan menyeringai
"Buat apa gw bohong? Apa yang gw dapat dari bohong? Hm? "
"Minggir lo! "
Januar mendorong tubuh johan kasar dan menerobos masuk ke dalam. Tidak peduli dengan teriakan teman nya yang melarang dirinya untuk masuk
Januar berdiam diri diambang pintu dan tidak melanjutkan langkahnya. Terdapat juanda yang terbaring lemah dengan alat bantu di tubuhnya. Menatap bagaimana mata cantik itu memejamkan kedua matanya
Tanpa sadar, januar kembali melangkah dengan langkahnya yang pelan. Membiarkan pintu tertutup dengan sendirinya
"J-juan? " Ucapnya pelan
"Bangun okei? Gw minta maaf... Tolong jangan hukum gw kaya gini.." Lanjutnya dengan nada lirih seraya merapikan rambut juanda agar tidak menutupi wajahnya cantiknya "lo mau gw peluk kan? Kalo gtu peluk gw sekarang juga dan jangan lepasin pelukan itu.. "
Hening.. Tidak ada jawaban
"Lo mau jalan-jalan beli es krim? Ayo kita beli. . Terus? Lo mau apa lagi? Hm? Mau ke makam bunda bareng gw? Ayo kita bareng-bareng kesana dan kita kasi bunga kesukaan bunda... "
Tanpa aba-aba kedua tangan januar beralih memeluk tubuh lemah juanda. Rasanya panas.. Tubuh anak itu panas..
"Bangun demi gw.. " Ucapnya lagi
Januar sedikit menyunggingkan senyuman nya kemudian menghusap air matanya, untuk apa dia menangis? Bukankah selama ini dia membenci anak itu? Dan kenapa dia menangis seolah menginginkan kehadiran anak itu?
Diluar ruangan terdapat agam dean dan johan yang duduk berdekatan di kursi panjang. Dengan pikiran mereka masing-masing
"Permisi? "
"Ah ya? "
"Ini ruangan nya juanda ya? "
"Ya lo siapa? " Tanya johan berdiri
"Gw rakel reynard atau bisa kalian panggil rakel. Gw sahabat juanda sekaligus tempat ceritanya, gw denger juanda masuk rumah sakit kata ayah nya waktu gw kerumah nya. Sebab itu gw segera datang kesini.. Karna akhir-akhir ini kita jarang ketemu karna juanda yang jarang pergi ke cafe.. "
Rakel tersenyum tipis
"Lalu? Dimana juanda sekarang? Dia udah sadar? "
Johan menggeleng
"Dia dinyatakan koma.. Karna pukulan.. " Johan menghentikan kalimatnya
"Januar? " Johan sedikit kaget karna rakel dapat melanjutkan kalimat nya"jangan kaget gtu, gw sama juanda udah temenan hampir 2 tahun lamanya. Gw tau betul sikap kakak nya, bahkan dia sering pergi ke cafe buat nenangin diri.. Dan tujuan gw datang ke rumahnya karna juanda ga pernah datang ke cafe gw lagi. Gw pikir semua masalah rumahnya selesai"
Johan mengangguk nganggukan kepalanya mengerti
"Gw? Boleh masuk? " Izin rakel
Johan mengangguk dan mengizinkan rakel untuk masuk ke dalam
Cklek
"Hah? Gw pikir lo bakal akhiri hidup juanda ditangan lo sendiri jan.. "
Rakel tersenyum tipis sambari menghampiri januar
"Setelah ini? Lo bakal bikin juanda tambah trauma atau apa? Atau lo bakal langsung habisi hidup dia? "
Tanpa sadar januar mengepalkan kedua tangan nya dan teringin memukul wajah rakel. Tapi dia sadar bahwa ini di dalam ruangan
"Lo mau mukul gw? Kalo lo tau malu lo pasti bisa ngontrol emosi lo. Inget januar gw lebih deket sama juanda dibanding lo, bakal gw tau semua trauma masalah ketakutan yang dialami juanda. Dan semua itu dari lo tentunya.."
"Apa yang gak gw tau? "
"Apa yang gak lo tau? Lo tau apa ketakutan terbesar nya? "
Januar menggeleng
"Lo. Bahkan dia lebih takut sama lo dibanding sama ayahnya sendiri"
Lelucon macam apa ini?
"Karna kejadian 1 tahun yang lalu mungkin? Kuatin ingatan lo buat ngingat apa yang pernah lo lakuin ke dia"
"Jurang.. "
Rakel sedikit tersenyum mendengarkan jawaban dari januar