Maaf seng, baru sempet up setelah sekian lama, taulah gw sibukk trs besokk udhh mulai ulangan, do'ain aje lancar wkwk
______
______22. Pertama dan terakhir
"Apa yang ingin kau bicarakan hm? Kenapa seperti serius sekali" Daniel menatap putra nya yang berdiri di ambang pintu dengan tangan yang mengepal
"Aku ingin ayah menemui juanda. "
Daniel mendongakkan kepalanya, menatap putra nya tidak suka
"Apa maksudmu? Ayah tidak akan menemui anak sialan itu, bahkan untuk menatap seinci jarinya pun ayah sangat tidak sudi"
Januar memijat pangkal hidungnya, dan kembali memandang wajah ayahnya
"Ayah, aku mohon bantu aku dia ingin menemui ayah"
"Tidak akan januar, dan ayah tegaskan anak itu hanya pembawa sial bagi keluarga kita, apa kau lupa? Karna anak itu ayah kehilangan ibumu"
Januar menganggukkan kepalanya berulang kali, dia mengerti, tapi ntah kenapa untuk saat ini dirinya tidak ingin menyalahkan anak itu
"Ta--"
"Januar kenapa sekarang kau membela anak itu hah? Apa sekarang rasa cinta mu sudah lebih besar dibanding rasa bencimu? "
Hening
Januar terdiam, mendengarkan perkataan ayahnya, apa semuanya benar? Rasa cinta nya sudah lebih besar dibanding rasa benci nya selama ini?
"Kau gila" Ungkap Daniel
"Aku gila karnanya" Januar menyeringai "aku tidak peduli dia anak siapa, tapi aku mencintainya ayah, lagipula dia bukan anak kandung ayah ataupun ibu ku. Dia hanya anak adopsi yang kalian adopsi untuk menjadikan nya adekku, hanya itu" Seketika rahang januar mengeras
"Terserah mu saja"
"Jadi? "
Daniel menaikkan sebelah alisnya
"Temui juanda"
"TIDAK" tegas Daniel
"Kenapa tidak ayah? Aku memohon kepadamu, temui junda dan peluk dia erat seerat nya, dan buat dia percaya bahwa kau tidak membencinya. Dan hilangkan trauma yang pernah kau berikan padanya ayah, aku tidak ingin dirinta terluka hanya karna ayah brengsek seperti mu. "
"Kau mengatai ayah mu sendiri brengsek? "
"Tidak ada ayah yang ingin anaknya terluka"
"Terserah mu saja, aku akan menemui nya nanti malam, kau puas? "
Januar tersenyum tipis, dan segera pergi
Brakh
"Anak itu sangat tidak sopan" Heran Daniel, menatap pintu yang sudah tertutup sempurna
Disisi januar sendiri, anak itu menghentikan motornya di sebuah warung makanan padang, mengingat juanda belum makan apapun, jadi dia memutuskan untuk membelikan nya sebungkus
Setelah makanan nya berada di tangannya, januar segera kembali ke rumah sakit
"Hai"
"Januar"
"Makan dulu"
"Ayah.. "
"Juanda, lo ga tuli kan? Makan"
"Tap--"
"Anda ingin saya suapin? "
Secara bersamaan juanda dan januar menoleg ke arah pintu, terdapat sosok Daniel yang berada di ambang pintu dengan setelah jas nya
Januar hanya menatap sosok itu datar, ternyata beneran datang sesuai ucapan nya tadi
Berbeda lagi dengan juanda yang menatap sosok Daniel dengan terdiam dan dengan perasaan yang masih sedikit takut dicampur dengan perasaan senang nya
"A-ayah"
Daniel melangkahkan kakinya menghampiri mereka berdua
"Juanda, kenapa menatap ayah seperti itu boy, tidak ingin memeluk ayahmu? "Daniel tersenyum, lalu beraliu menatap januar dengan penuh arti
" Ayah tidak merencanakan sesuatu bukan"bisik juanda
"Boy, bukankah kau yang menyuruh ayah untuk datang dan menemui anak ini, maka ayah datang tapi ayah tidak bisa menjamin bahwa anak ini akan bahagia setelah bertemu dengan ayah"
"Apa yang ayah maksud? "
"Tidak apa boy"
"Kalian sedang membicarakan apa" Tanya juanda dengan memiringkan kepala nya
"Tidak ada apa, bagaimana kabarmu? Apakah baik? Atau kurang baik? Dan ingin ditambah? " Daniel tersenyum, lalu beraliu tertawa"saya hanya bercanda"
"Kata januar kau ingin sekali memelukku bukan? Jika begitu peluk lah aku dan jadikan ini pelukan pertama dan terakhir kita"daniel melanjutkan ucapan nya di dalam hati nya, agar tidak di dengar oleh siapapun"sebenarnya aku tidak sudi menyuruh anak ini untuk memelukku, tapi demi januar apapun aku lakukan, hanya anak itu yang kupunya"
Juanda mendongakkan kepalanya menatap kedua mata elang daniel, dan tangan nya seketika merentang lalu memeluknya dengan erat
Mungkin pelukan ini adalah pelukan yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidup, pelukan yang dia nanti-nanti dari dulu
"Sudah bukan? "
Januar Mengangguk, sebagai jawaban setidaknya ayahnya menuruti keinginan nya untuk memeluk juanda, walau pak tua itu tidak iklas
"Lepaskan, saya harus pergi" Perintah daniel yang langsung dituruti januar
"Ayah tidak ingin lama-lama berada disini? " Tanya juanda dengan polos mampu membuat daniel tersenyum tipis
"Hey boy, dengarkan aku, pekerjaan aku sangat banyak bukan hanya mengurus dirimu yang penyakitan, lagipula aku sudah menuruti perkataan kakakmu bukan? Aku hanya datang dan memelukmu sekejap. "
"Sampai jumpa" Lanjut daniel pergi dari ruangan itu
"Kak.. " Lirih juanda beralih memeluk tubuh januar dari samping
"Gapapa, setidaknya dia udah meluk lo"
![](https://img.wattpad.com/cover/335749384-288-k604559.jpg)