21. juanda ingin dipeluk ayah

168 16 1
                                    

21. Juanda ingin dipeluk ayah.

"Agam! Lo kenapa sih? Kenapa ngehindar dari gw? Gw ada salah? Apa? Biar gw bisa perbaiki.. "

Agam menggelengkan kepalanya, menyesap satu batang rokok yang berada di tangan nya

"Ag--"

"Shit! " Umpat agam cepat

"Sorry gw ga sengaja jatuhin rokok lo kebawah" dean tersenyum canggung"maaf, nanti gw ganti "lanjutnya lagi

" Gapapa, lagian rokok doang gw bisa beli sendiri"balas Agam tanpa menoleh"oh? Kenapa? Ngapain kesini? "

Dean menaikkan sebelah alisnya, biasanya Agam tidak pernah bertanya jika dirinya menemui lelaki itu

"Bukannya kita emang kaya gini? Ga perlu izin kan? Lo kenapa sih? Gw ada salah? Apa kesalahan gw"

Agam tersenyum tipis

"Lucu."

Wait? Agan mengatakan dirinya lucu? Apa dia yang salah mendengar?

"Gw ada urusan, jadi harus pergi dari rumah sakit. Bilangin januar, dan bilangin semoga cepet sembuh buat juanda"

Setelah itu agam pergi meninggalkan agam yang masih diam mematung

"Ah mungkin gw harus cari tau besok. "

Dean menutup kedua telinga nya , menikmati angin yang berdesiran menabrak tubuhnya

"Ayah.. "

Juanda menutup kedua matanya

"Ayah kemana? Ayah ga datang buat jengukin juanda? Juanda kangen ayah. Juanda kangen dipeluk ayah kaya dulu.. Tolong kembali ayah, juanda mau peluk ayah sekali lagi.. "

Juanda mengatur nafasnya dengan perlahan dan kembali membuka kedua matanya

"Januar? "

"Kenapa? " Tanya januar mendekat ke arah juanda

"Gapapa, aku cuma seneng aja januar jengukin juanda disini.. " Ungkapnya dengan tersenyum

Januar tau bahwa apa yang dikatakan oleh juanda saat ini semua itu kebohongan

"Maafin gw ya? Gw belum bisa jadi kaka yang baik. Gw selalu biarin ayah buat nyiksa lo, bahkan sekarang karna gw lo jadi masuk rumah sakit"

Juanda menggelengkan kepalanya berulang kali dan menghusao pipi januar

"Kamu ga salah, yang salah itu aku. Aku yang salah karna udah hadir di dunia ini, padahal kehadiran aku aja gada yang menginginkan. "

"Siapa bilang? Gw suka lo hadir didunia ini, Tuhan juga pasti ga nyesel ngehadirin lo buat gw.. "

"Terus kenapa januar ga pernah peluk juanda? Kalo januar ga nyesel? Kenapa januar menyuruh juanda untuk mati dan menghilang dari bumi ini? "

Deg

Jantung januar seketika berdetak lebih cepat daripada sebelum nya pertanyaan itu untuk dirinya?

"Januar, mau juanda mati dan menghilang dari bumi ini biar gada yang namanya anak pembawa sial dan mala petaka, januar juga pernah bilang kalo januar benci juanda.. Dan ga pernah nganggap juanda adek.. "

"Maaf.. Bukan itu maksud gw"

"Terus maksud nya ap? "

"Andai lo tau" Batinnya

"Lupain" Ucap januar pelan

"Juanda mau ketemu ayah, juanda kangen ayah.. " Liriknya pelan

"Nanti aja ya? "

Juanda menggeleng, dia ingin menemui ayahnya sekarang, dia sangat ingin menemui sang ayah, dan ingin memeluk sang ayah dengan erat

"Bisa dengerin gw sekali? Ayah lagi sibuk jadi ga bisa"

"Ayah sibuk? Sibuk ngapain januar? Sibuk buat ngejauhin juanda dari pandangan nya? Iya? "

Deg

Januar terkrjut, ucapan juanda tepat sasaran

"Shhh! Diem, bukann, ayah ga jauhin lo dia cuma butuh waktu buat sendiri sebelum ketemu. "

Juanda mendongak

"Ayah sayang aku kan? "

"Kenapa nanya gw? "

"Karna ayah selalu cerita apapun ke januar, dan ayah selalu jadiin januar buar tempat ceritanya. Ayah ga pernah nyeritain apapun ke aku, karna aku adalah anak yang kehadiran nya ga pernah dianggap. "

Januar menggeleng, dan membawa juanda kedalam dekapan nya. Kenapa dirinya baru merasakan hal ini? Kenapa tidak dari dulu? Juanda sangat membutuhkan seseorang disamping nya, kenapa dirinya baru menyadari?

"Maaf.. " Lirih januar

"Nanti gw ngomong sama ayah, gw pastiin ayah bakal peluk lo..."

"Tapi gw gabisa ngejamin kalo ayah bakal peluk lo dengan kasih sayang" Lanjut januar di dalam htinya

Disisi lain

Daniel memijat pelipis nya pelan, dan menatap berkas berkas yang berada di hadapan nya, tepat berda di atas meja. Kenapa semua berkas berkas sialan ini terus mengganggu dirinya

"Ck menyebalkan" Gumam Daniel pelan

Selang beberapa menit setelahnya, ponsel nya mengeluarkan suara, sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel nya membuat dirinya berdecak kesal dan menatap nama yang tertera di atas sana

Januar, putra pertama nya yang menghubungi nya, lebih tepatnya putra satu satunya, karna dia hanya menganggap januar seorang

"Ada apa"tanya Daniel cepat saat panggilan nya terhubung" Ayah sedang sibuk, kenapa kau menghubungi ayah di waktu yang tidak tepat? "

Terdengar helaan nafas dari seberang sana, tentu saja helaan dari januar yang mendengar perkataan Daniel yang tak lain adalah ayahnya sendiri, bagaimana bisa disaat seperti ini ayahnya malah mementingkan hal lain

Apakah ayahnya memang benar benar tidak mempedulikan apapun, selain berkas berkas itu? "

"Satu jam lagi aku akan pulang dan menemui ayah, jangan pergi kemanapun"

"Tumben sekali. "

"Aku tidak ingin basa basi ayah, aku akan menemui ayah sejam lagi jadi tolong untuk tidak pergi kemanapun atau aku tidak akan pernah menuruti perkataan ayah lagi" Ungkap januar dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya, jika dia tidak mengatakan itu mungkin ayahnya tidak akan pernah mendengarkan nya

"Baiklah terserah kau saja, lagipula kebetulan ayah hari ini tidak ada pergi kemanapun selain berdiam diri diruang kerja dengan memandang berkas sialan ini"

"Bagus, aku akan menutup telepon nya"

"Ba---tutt"

Apa anak ini sudah tidak tahu sopan santun? Berani sekali

i'am juanda✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang