Chapter 9

245 24 1
                                    

Holaaa aku kembali,maaf baru update hari ini🥺🙏🤕
Makasih yang udah setia sama cerita Alkana 🥺❤️
==JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA SAYANGGGG:*==
==Utamakan jangan jadi SILDERS!!DAN PLAGIAT DILARANG KERAS BUAT NGEJIPLAK CERITA INI.!!!==

====

"Jangan melakukan suatu hal dalam keadaan emosi,karena itu gak bakalan nemu jalan solusinya."
-Alkana-

====

Marsella mengusap air matanya secara kasar,gadis itu sedari tadi terus saja menangis.
Saat ini dirinya sedang berada di dalam kamar hotel yang sudah di siapkan oleh keluarganya dan keluarga Devan.

Marsella menatap cincin yang tersemat di jari manisnya dengan pedih,bukan pernikahan seperti ini yang ia mau.

Jika biasanya sepasang pengantin baru akan merasakan kebahagiaan yang tiada tara lain halnya dengan Marsella.

Bayangan wajah kecewa Naya terus saja menghantui pikirannya membuat dirinya benar benar merasa bersalah.

"Harusnya gue gak terima perjodohan ini!!"guman Marsella di sela sela isak tangisnya.

"Nay...maaf....gue...g-gue ...maaf Nay"ucap Marsella semakin terisak.
Lagi dan lagi,ia mengusap air matanya secara kasar.
Marsella merasa benar benar bodoh karena tidak mencari tahu terlebih dahulu dengan siapa ia akan dijodohkan,karena rayuan dari sang ayah mau tak mau Marsella harus menerima perjodohan itu meskipun dirinya tidak tahu akan di jodohkan dengan siapa pada saat itu.

Klek.

Marsella segera menghapus sisa air matanya ketika ia mendengar suara pintu kamar terbuka,ia menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya secara perlahan agar dirinya lebih terasa rileks.

Di sana ia melihat Devan yang saat ini tengah berjalan tanpa meliriknya sedikitpun, tatapan laki-laki itu terlihat tajam dan menusuk meskipun di lihat dari arah samping.

Bukannya Marsella tidak tahu ada apa dengan laki-laki itu,yang jelas keadaan Devan saat ini tengah seperti dirinya.
Merasa bersalah karena sudah mengecewakan Naya.
Tapi mau bagaimana lagi?
Ini semua sudah kehendak yang di atas.
Kita sebagai manusia hanya bisa pasrah bukan?

•••

Hembusan angin yang bercampur dengan air hujan kini menyentuh kulit seorang gadis yang saat ini masih berdiri di pembatas jembatan.

Matanya terpejam damai dengan bibir yang sudah berwarna ungu keputihan.
Berbeda dengan tangan gadis itu yang saat ini tengah terkepal kuat untuk menyalurkan segala rasa yang ada di dalam benaknya.

"Aku sayang sama kamu Nay"

"Lo emang sahabat terbaik gue Nay"

"Devan janji kan bakal nikahin Naya?"

"Iya aku janji bakal nikahin kamu"

"Lo sama gue sekarang bukan lagi sahabat melainkan saudara,karena Lo udah gue anggap saudara gue,"

"Iya sel iya"

Tangan Naya semakin terkepal kuat ketika dirinya tiba-tiba teringat ucapan Marsella dan Devan pada saat itu.
Devan yang menjanjikannya bahwa cowok itu akan menikahinya dan Marsella yang menganggapnya sebagai saudara kini hanyalah omong kosong.

AlkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang