"Arrrgggggghhkkk"
Geraman penuh kemarahan itu terdengar di sebuah ruangan yang hampir seluruhnya dominan berwarna hitam. Seorang lelaki berdiri dengan raut yang tidak bisa di bilang baik-baik saja.
Brak!
Kali ini sebuah patung mini harus hancur bersamaan dengan kaca lemari saat lelaki itu melemparnya begitu saja. Kemarahan tercetak jelas di sana. Menunjukkan bagaimana keadaannya sekarang.
Kedua tangan lelaki itu mengepal kuat. "Sialan lo Mikey!"
Hembusan nafas terdengar begitu berat. Lelaki itu berjalan menuju balkon kamarnya, sesekali angin meniup gorden di sekitarnya. Lelaki yang menggunakan setelah hitam-hitam itu terdiam menatap keindahan kota dari atas ketinggian.
"Ini belum selesai Mikey" bisiknya lirih.
"Selagi gue belum ambil tempat lo, maka belum selesai juga gue menghancurkan lo" seringai bengis lekaki itu terbit.
Seketika di sekitar lelaki itu penuh dengan aura suram. Seorang Bumi Ardakhan Wijaya tidak akan sampai di sini saja. Lelaki itu akan buktikan, kuasa yang selama ini Mikey pegang akan beralih padanya.
Kedua tangan lelaki itu mencengkram erat pagar pembatas balkon. "Sialan Mikey, lo semakin buet gue ingin menbunuh"
Kepala Bumi menunduk, cowok itu terkekeh kecil yang lama kelamaan menjadi lebar. Cowok itu seolah di makan kegilaan, suasana hatinya begitu cepat berubah yang semula muram menjadi penuh kebahagian.
"Aish, sayang aja, sekarang lo tau gue. Ck, lo benar-benar pengen main-main sama gue Arul" cowok itu berdecak, tapi tak urung melunturkan senyumannya.
"Tapi siapa dulu yang gue antar ke neraka, lo atau si bangsat Mikey" seolah tengah berfikir, Bumi menaruh telunjuknya di atas dagunya sambil di ketuk-ketukkan.
"Hahahaha ... sial, lo bedua emang benar-benar buet gue terobsesi untuk semakin membunuh"
Kali ini Bumi kembali memusatkan tatapannya ke depan. Senyumnya tak pernah hilang dari bibir penuhnya. Kemarahan yang tadi menguasainya kini di gantikan dengan kebahagian yang meliputi. Bumi seakan melupakan bahwa lelaki itu sudah menghancurkan sebuah carmin.
Dari arah pintu keluar balkon seorang lelaki datang, membuat Bumi melirik sekilas tampa minat mau berbalik badan. Menunggu kabar apa yang orang suruhannya itu bawa.
"Tuan muda, ada tuan besar yang menunggu anda di banker" ucap lelaki itu dengan kepala setengah menunduk.
Mendengar ada sang ayah. Bumi lansung terkesiap. Sial, pasti ayahnya sudah tau apa yang sudah dia lakukan.
"Bawa gue kesana" pintanya.
Bumi lebih dulu berjalan meninggalkan bawahannya di belakang. Entah apa lagi yang ayahnya itu akan bahas. Atau lelaki tua itu akan menyinggung masalah yang sudah dia buat di arena tinju itu.
Entah lah, Bumi hanya berdoa. Ayahnya itu tidak melakukan suatu hal yang membuatnya emosinya timbul. Bumi sadar betul bagaimana ayahnya itu.
•••
Kibaran bendera mikik 1sivage berkibar bebas terbawa sapuan angin. Mikey berdiri dengan sorot tajamnya serta bibir yang sibuk mengisap benda nikotin yang terapit arat di sela kedua jarinya.
Pamandangan cantik kota kali ini tidak sama dengan langit yang tampak muram tampa ribuan bintang dengan bulan yang biasa selalu menghiasi indahnya malam.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Tapi dia tidak peduli, malah Mikey membiarkan tubuh atasnya yang tampa sehelai benangpun terkena terpaan angin dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
my Sweet Gangster
Roman d'amour⚠️ warning!! ini mature content, banyak adegan 18+ ke atasnya. Kekerasan, seks, dan ucapan frontal. Jadi mohon bijak yah, yang nggak suka sama cerita kayak gini ganti lapak aja. "lo bukan jalang, tapi milik gue. seluruh apa yang ada dalam diri lo it...