"Aku, aku apa?" tanya Jini sambil mengerutkan kedua alisnya.
"Baiklah, aku akan menginap."
"Yasudah, ayo kita ke kamar sekarang."
. . .
Y/n dan Jini tidur di ranjang, sedangkan Jungkook menggelar kasur di lantai, yah.. tidak mungkin Jungkook ikut tidur di atas ranjang.
Hujan mulai turun dengan sangat deras. Y/n tidak bisa tidur, ia hanya membolak balikkan tubuhnya di atas ranjang, membuat Jini risih.
"Tante kenapa? Jangan gelak-gelak tau, Jini mau tidul."
Mendengar ucapan Jini, Jungkook kembali bangun. Ia menyalakan senter ponselnya, lalu mengarahkan nya pada Y/n.
"Ada apa?" tanya nya dengan kedua alis terangkat.
"Aku tidak bisa tidur."
"Kenapa tidak bisa?"
"Sangat gelap, hujan juga sangat deras, dan bunyi guruh terus membuatku kaget," jelas Y/n.
"Kemarilah, bawa bantalmu ke sini."
"Untuk apa?"
"Tenang saja, aku tidak akan macam-macam."
Y/n memberanikan dirinya, ia membawa bantalnya, lalu meletakkannya di sebelah Jungkook. Tak lupa, ia menempatkan guling di antara mereka berdua, agar tidak terjadi sesuatu.
"Tidurlah, jika masih takut, pegang saja tanganku." Jungkook mengulurkan tangannya pada Y/n sambil meletakkan ponselnya dengan senter yang masih menyala dia atas nakas. Sebenarnya lilin ada di dapur, tapi Jungkook malas mengambilnya.
"Mau atau tidak?" Merasa di abaikan, Jungkook kembali ingin menarik tangannya, tapi dengan cepat Y/n meraih nya.
"Apa kau tidak takut?"
"Takut apa?" Jungkook menyampingkan tubuhnya, dengan tatapan intens pada wanita itu.
"Kejadian tadi, bagaimana jika aksimu terekam CCTV di rumah itu?"
Jungkook hanya tersenyum mendengar ucapan Y/n, "aku bukan pembunuh bayaran yang bodoh. Sebelum kesana, aku sudah meretas semua CCTV disana, jadi itu tidak akan jadi masalah."
"Jika aku boleh tau, dimana istrimu?" tanya Y/n ragu.
"Tidak ada," balasnya singkat.
Y/n terlihat kesal mendengar jawaban Jungkook yang tidak masuk akal itu, "bagaimana mungkin tidak ada, lalu Jini? Apakah dia keluar dari pohon pisang!?"
"Jini bukan anak kandungku."
"Hah?" Y/n membulatkan matanya kaget, "jadi?"
"Dia anak kakak perempuanku. Kakakku meninggal sebulan yang lalu, jadi aku merawatnya, seperti anakku sendiri."
"Apa-"
"Tidurlah, ini sudah malam."
Tak mau membantah, akhirnya Y/n pun mulai memejamkan matanya perlahan.
. . .
Pukul 06.00 KST.
"Eungkhhh..." Y/n melenguh sambil meregangkan otot-otot nya yang kaku.
Aroma vanila menusuk masuk ke indra penciumannya. Y/n membuka matanya perlahan, pemandangan pertama yang ia lihat adalah dada seorang pria. Y/n masih mencari kesadarannya. Posisinya sekarang sedang memeluk Jungkook, begitu pun dengan pria itu.
"Akhh!!"
𝘗𝘭𝘢𝘬!
Refreks, tanpa sengaja Y/n melayangkan tamparannya ke pipi mulus Jungkook.Merasa mendapatkan serangan di pipinya, Jungkook membuka matanya sambil menatap Y/n yang kini sudah duduk di sebelahnya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan padaku?"
"Aku? Apa yang aku lakukan padamu? Lihat bantalmu dan guling di antara kita." Jungkook menunjuk bantal Y/n yang sudah ada di bawa kaki mereka, dan gulingnya juga sudah ada di bawa ranjang.
"Kau yang memelukku, kau tidur di bantalku, lalu kenapa menyalakanku?"
"Bo-bohong, bisa saja kau yang menarikku kan!?" tuduh Y/n terus membelah diri.
"Untuk apa aku melakukan itu? Aku sama sekali tidak tertarik padamu, Ra... Ta," balas Jungkook terkekeh sambil menunjuk dada wanita itu.
Merasa terhina, Y/n benar-benar sangat kesal dengan ucapan Jungkook, "apa? Memangnya kenapa kalau rata, apa itu menguras beras di rumahmu!?"
"Ya! Kenapa bawa-bawa beras di rumahku!?"
"Kenapa memangnya? Apa kau memang suka menghina orang?"
"Aku tidak menghina, aku hanya mengatakan kebenaran saja," balas Jungkook santai.
"Kebenaran apa? Aku juga bisa melihat, kalau belut listrik mu itu kecil kan!?"
"Apa maksudmu belut listrik?"
"Cari tau saja sendiri!" ketus Y/n sambil menjulurkan lidahnya pada Jungkook.
"Belut listrik matamu! Kau saja belum pernah melihatnya!"
"Aku bisa melihatnya dari luar saja!"
"Benarkah? Kau ingin di sengat belut listriku?"
"Tidak tertarik! Besaran upil kodok juga, gak minat!" balas Y/n dengan sindiran.
Merasa tak terima, Jungkook bangun sambil menatap sinis ke arah wanita itu.
"Ya! Mau merasakan sengatannya?" bisik Jungkook tatapannya sangat tajam, membuat nyali Y/n menciut.
"Aku... Aku mau pulang!" Y/n beranjak untuk pergi, tapi Jungkook menahannya.
"Kau takut kan?" ucapnya tertawa, "begini saja, jika kau butuh servis untuk gunung Everestmu itu, aku siap dengan senang hati."
"Dasar tidak waras!"
"Jini waras tau!"
Y/n dan Jungkook tersentak kaget sambil menatap Jini yang baru saja bangun dan langsung ikut-ikutan menjawab perdebatan mereka.
"Kamu itu gak di ajak!" ujar Jungkook sambil menatap gadis kecil yang terlihat kebingungan itu.
"Emang kita mau kemana?" balasnya dengan garukan kepala.
"Ke surga!"
"Ohh, yaudah papa duluan aja, Jini masih ngantuk soalnya," ucap gadis kecil itu dengan senyum polosnya.
Y/n yang tadinya kesal, jadi tertawa kecil mendengar ucapan Jini.
"Kenapa tertawa?"
"Apa aku harus meminta ijinmu untuk tertawa?"
"Kau wanita yang sangat menyebalkan," kata Jungkook dengan tatapan sinis pada Y/n.
"Dan kau, pria yang sangat menyebalkan!" balasnya.
"Rata!"
"Kecil!"
"Bagus, bagus, Jini suka peltengkalan!" sahut gadis kecil itu sambil mengacungkan ibu jarinya pada Jungkook dan Y/n.
. . .
BERSAMBUNG...
Publish: 03 - Maret - 2023
SEE YOU 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN PRIA BIASA [✓]
Random[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] [REVISI SETELAH TAMAT] Warning! Bagi yang Y/n phobic silahkan di skip atau cari cerita lain karena ini bukan bacaan yang tepat untuk anda. Cerita ini hanya fiktif belaka, tidak nyata dan tidak ada maksud melecehkan pemeran...