21. Terhalang Kondisi

7.1K 1.1K 28
                                    

Ronan mulai sering pacaran dengan pekerjaan. Bau-baunya sih aku akan mendapat kebebasan dan itu artinya COKELAT, PERMEN, KUE, dan halo semua makanan yang kucintai dengan segenap hati. Oh oke, akan kujelaskan alasanku berasumsi bahwa Ronan memang sibuk. Dia jadi jarang pulang ke rumah. Padahal balita satu ini butuh perhatian ekstra dari papanya. Namun, ya demi keberlangsungan serta kesejahteraan finansial akan kumaafkan. Lalu, Asisten Chen jadi sering menggantikan Ronan menjemputku. Berhubung dia jauh lebih mudah didekati daripada Ronan, otomatis acara cari perhatian pun-hmmmm mama temanku memang paham calon suami masa depan yang bisa membuat mereka merasa muda lima tahun.

Akan tetapi, Asisten Chen hanya peduli kepada diriku seorang. Hmm susah jadi balita populer. Aku harus membuat Asisten Chen senang dengan bersabar mendengarnya berceloteh mengenai ini dan itu. Haih jangan lupakan mengenai pertanyaan retoris soal kegiatanku selama di sekolah.

“Kayla, sini, sini,” Sena memanggil.

Dia adalah salah satu teman semejaku. Sena memiliki rambut bergelombang mirip boneka. Kadang aku teringat dengan salah satu karakter dalam Chibi Maruko-chan ketika melihat Sena. Tepatnya, salah satu teman sekelasnya yang terkenal cantik. (Apa aku bisa tumbuh dewasa dengan keseksian setara Nico Robin?)

Hari ini Petra sedang sakit, jadi dia tidak ada di kelas. Aman. Aman. AMAN. Bocah yang selalu menempeliku seolah hanya aku yang perlu diperhatikan sementara yang lain sekadar figuran belaka. Mohon maaf, aku keberatan menjadi matahari bagi Petra. Kecuali dia memberiku cokelat almond, maka akan kupertimbangkan.

“Ugyuuuuu, apa?”

Aku berjongkok di samping Sena. Kami sedang berada di luar kelas, tepatnya di taman. Ada banyak bunga indah yang ditaman di setiap petak. Seekor capung warna oranye hinggap di salah satu tangkai bunga berkelopak ungu. Capung itu menggerakkan kepala, lantas berdiam di sana seakan dua balita bukanlah ancaman.

“Kamu lihat paman yang berdiri di depan gerbang?” Sena menunjuk sesosok lelaki berpakaian serbahitam. Dia mengenakan kacamata dan kira-kira sepantaran dengan kakekku. “Sedari tadi dia mengamati kita.”

Seperti yang Sena ucapkan, lelaki itu langsung mengarahkan perhatiannya kepada kami. Penculik? Penyelundup? Sindikat mafia? Yakuza? Berhubung novel ini mungkin mengoleksi antagonis jauh lebih banyak daripada timbunan permen yang kusembunyikan di salah satu laci Ronan, maka tidak ada prasangka baik dalam diriku.

“Sena, masuk yuk,” ajakku.

Sena tidak membantah. Kami berdua masuk dan mengabaikan paman aneh itu.

Hmmm sudah kuduga, menjadi populer memang merepotkan.

***

Aisten Chen, sekali lagi, yang bertugas menjemputku. Namun, tidak seperti biasanya ada hal yang berbeda.

“Tuan Krus ingin berjumpa dengan cucunya.”

Paman aneh menghalangi Asisten Chen. Bahkan dalam gendongan Asisten Chen pun aku bisa merasakan ketegangan yang tengah menjalari tubuh Asisten Chen. Dia seperti landak yang siap menembakkan seluruh duri ke musuh. “Tuan Krus haruslah bertanya kepada Tuan Collin terlebih dahulu sebelum meminta bertemu dengan Nona Collin.”

Sinar matahari terasa menyengat. Kulitku sampai memerah dan keringat bermunculan di pelipis dan leher. Asisten Chen mundur selangkah, tepat di bawah naungan pohon.

“Tidak bisakah Anda bermurah hati dan membiarkan kakek bertemu cucunya?”

“Sejak kapan Krus bersikap lunak?” serang Asisten Chen.

Perutku keroncongan dan sekarang acara makan siangku terhalang perkelahian tangan kanan antagonis. Oh yeah, aku asumsikan Krus dan Collin sebagai antagonis. Sesama tokoh keji pun ada sengketa. Haruskah aku pindah kubu ke Lawrence? Sepertinya di sana jauh lebih dingin dan tenteram daripada di sini. Eh ada Sean White. Lupakan! Collin masih yang terbaik!

VILLAIN'S PRECIOUS DAUGHTER (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang