34. Drama Apa Ini?

5.2K 885 23
                                    

NOTE: CERITA EKSTRA VILLAIN’S PRECIOUS DAUGTHER SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. Kiss. Kiss. Muaaaah.

***

“Kamu tidak bisa selamanya memisahkanku dengan cucuku,” Sesepuh Krus memperingatkan. “Hanya karena kamu beruntung menemukan dia lebih dulu daripada aku, congkak sekali sikapmu!”

Koreksi. Ronan bisa menemukanku karena “aku”, bukan murni faktor keberuntungan belaka. Andai ketika kepalaku yang kena hantam mainan itu tidak memberikan klue apa pun dan aku tidak melakukan inisiatif terlebih dahulu mencari Ronan, maka sudah pasti diriku akan berakhir menjadi anak adopsi Aron Hertz. Sama seperti yang dikisahkan dalam novel.

“Kayla tidak butuh pengakuan Krus,” Ronan membantah. “Collin bisa memberi apa pun yang putriku butuhkan. Bila dia kembali bersama Krus, maka nasibnya akan mengikuti jejak ibunya!”

Suhu ruangan mendadak terasa turun beberapa derajat. Kedua lelaki itu masih saja merasa berhak atas sesuatu yang mereka yakini sebagai milik mereka. Sesuatu tersebut dinamakan sebagai ego. Mungkin kedua lelaki ini akan mundur setelah saling baku hantam. Yup GELUT, GELUT, GELUT.

“Krus tidak bisa melindungi Daphne,” Ronan melanjutkan. Nada suaranya terdengar rapuh dan diliputi kesedihan. Bahkan aku sampai merasa tersentuh dan ingin menghibur papaku. Barangkali akan kusarankan menggoreng ikan sapi agar suasana hatinya bisa sedikit membaik. “Krus tidak bisa.”

Kedua tangan Sesepuh Krus mengepal. Fakta yang dilontarkan Ronan seperti pecahan kaca dalam jumlah banyak. Setiap keping mengiris, menyayat kulit, dan meninggalkan luka. “Aku berusaha,” katanya. Kedua matanya terlihat merah meradang dan bibir pun bergetar. “Aku berusaha menjadi ayah yang ia dambakan.”

“Dan aku ingin Kayla tidak mengikuti jejak ibunya,” potong Ronan. “Biarkan dia di sini dan jangan kaitkan Kayla dengan Krus.”

“Aku hanya ingin menemui cucuku. Tidak bisakah kamu mengabulkan permintaan orang tua ini?”

Entah apa yang menyentuh perasaan Ronan. Dia membiarkanku turun. “Sapa dia,” katanya.

Huh padahal dia bisa bilang, “Ayo sapa Kakek.” Namun, tidak dilakukan.

Aku memandangi Sesepuh Krus di seberang sana. Lelaki yang ada di belakang Sesepuh Krus pun matanya berkaca-kaca.

Drama macam apa ini?’ tanyaku dalam hati.

Begitu saja? Tidak ada lanjutan pamer harta, takhta, dan kuasa? Sudah?

“Baby,” Sesepuh Krus memanggil, “kemari.”

Barangkali dia menangkap keenggananku. Kupikir si kakek ini akan kecewa, ternyata dia mengambil sesuatu dari saku dan mengeluarkannya. “Kakek bawa cokelat.”

“...”

“Masih ada banyak di mobil,” lanjutnya dengan nada puas.

“Ugyuuuuuu Kakek!”

Apa itu curiga? Tidak ada! Semua kecurigaan musnah di hadapan cokelat agung! Hidup cokelat!

***

Aku hanya sempat makan sebutir cokelat saja!

Sungguh tega! Begitu Sesepuh Krus pergi, semua cokelat yang ia berikan kepadaku pun dirampas Ronan. Jajan dari La Beauty saja belum sempat kucicipi, oleh-oleh dari Sesepuh Krus pun ikut raib. Apa ini? Penjajahan?

Selepas pertemuan singkat antara menantu dan mertua, atau begitulah, Ronan kembali dihantam pekerjaan. Sepertinya makin berat hingga dia mulai jarang meluangkan waktu dan harus keluar ke suatu tempat. Sampai tahun ajaran baru pun aku hanya diantar jemput Asisten Chen.

Teman-temanku berbagi mengenai pengalaman liburan mereka. Sena bercerita tentang satwa langka dan betapa dia ingin melindungi makhluk-makhluk tersebut dari ancaman kepunahan. Barangkali cara pikir anak yang dididik oleh orangtua bertanggung jawab memang beda hingga caranya menyampaikan pandangan terhadap suatu hal pun amat mengagumkan.

Eh tunggu. Aku, kan, juga dibesarkan oleh orangtua bertanggung jawab. Hmmm oke, aku bodoh. Mohon maaf kepada segala genetik luar biasa yang diturunkan oleh Ronan dan Daphne kepadaku. Aku tetap saja lelet dan hanya sigap begitu berhubungan dengan jajan!

Oh ya, Aine datang ke rumah. Dia berlibur di luar negeri dan baru mendengar kabar mengenai diriku (entah melalui siapa) ketika memasuki tahun ajaran baru. “Baby, ayo ikut saja dengankku. Papaku bisa melindungimu dari orang-orang jahat.”

Ucapan Aine sempat memicu perang antara Ronan dan Aron, papa Aine. Kadang Aine jauh lebih meresahkan daripada Petra maupun Sean. Obsesinya mengenai memonopoli diriku sebagai anggota keluarga Hertz masih belum lenyap.

Dih enak saja. Aku tidak tertarik berurusan dengan para pemuja Aine. Biarkan saja mereka saling sikut. Cokelat jauh lebih enak daripada mengejar cinta lelaki yang tidak peduli denganku.

Bicara mengenai mengejar cinta lelaki. Aku kesulitan mengusir Petra. Dia selalu saja menempel dan berbicara akan mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang insinyur.

“Kayla, lihat saja,” Petra menyombongkan diri. Dia menghalangi cahaya matahari yang seharusnya kunikmati dari jendela. Dasar nakal! “Aku akan menjadi sehebat ayahku.”

“Hebaaat,” aku menyemangati Petra.

“Kemudian kita bisa menikah!”

Untuk yang satu itu ... tidak usah. Aku berencana melajang-kaya-raya-makmur.

***

Minggu pagiku dimulai dengan adegan melihat penampakan Madam K. Dia sedang tersipu karena terpesona dengan Ronan. Aku tidak berani mengatakan keberadaan makhluk tersebut, sekalipun wajahnya masuk kategori elok karena tidak berdarah dan hanya pucat saja. Dia terkikik melengking ketika Ronan menyisir rambut. Berani taruhan Madam K juga ikut mengintip Ronan ketika mandi! Aku yakin! Dia pasti ingin melihat ABS papaku!

“Genit!” teriakku tanpa bisa kutahan karena tidak sanggup menyaksikan Madam K yang mulai meleleh terpapar pesona Ronan.

“Hmm? Papa tidak genit, Sayang.”

Ronan menggosokkan hidungnya ke wajahku. Tidak peduli aku sedang melotot kepada Madam K yang kini sepertinya mulai berguling-guling di lantai.

‘Sial! Papaku ada penggemar tak kasatmata!’

Ronan membawaku turun. Untung aku sudah cuci muka dan gosok gigi. Oh dan untung saja Madam K tidak tertarik mengekori Ronan.

Sarapanku didominasi oleh paket sayuran. Aku tidak protes selama bukan pare yang disajikan di piringku. Semua makanan kutandaskan dan Ronan mengajakku jalan-jalan di sekitar taman kompleks. Kami berpapasan dengan seekor kucing, kakek yang selalu ditemani anjingnya, dan setelah puas kami langsung pulang.

Hanya untuk menemui Sean White dan William Laawrence.

“Puppy!” William melambaikan tangan. Dandy menyalak dan bergegas menghampiri Ronan. Anjing itu seperti biasa memamerkan perut dan berharap Ronan bersedia menggaruk.

“Kenapa kalian datang ke sini?” Ronan jelas ingin mengirim kedua bocah itu kembali ke rumah mereka masing-masing. Yakin!

“Hanya ingin menengok Kayla,” jawab Sean.

“Puppy, aku rindu....”

Ronan tidak membiarkan Will memelukku. Dia bahkan mundur dan langsung menyingkir.

“Silakan bermain sepuasnya,” kata Ronan menunjuk ruang tamu. “Kalian tidak boleh mengganggu Kayla.”

Heeeeh aku belum tanya kabar mengenai jajanku!

Selesai ditulis pada 2 April 2023.

Maaf ya, saya nggak bisa update sesering dulu. Ponsel saya di bagian apa ya namanya rumah kartunya rada mencemaskan. Saya ada rencana mengumpulkan dana dulu agar bisa beli ponsel yang sehat. :”) Jadi, tolong doakan semoga bisa cepat terbeli.

Nah saya update-nya model pas udah kekumpul bab sekian, gitu. Jadi, nanti saya terbitkan berbarengan. Entah bab cerita ini atau yang lain. Eh Kayla hampir tamat. Nggak banyak bab kok. Hmmm tetap gratis di sini.

Kayla bukan cerita berat dan saya  hanya ingin menuliskannya ringan saja. Oke?

I love you, teman-teman. Muah. Muah. Muah. Muah.

VILLAIN'S PRECIOUS DAUGHTER (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang