Serli menyapu pandangan sekeliling Bandara. Serli menatap takjub keadaan Bandara yang cukup ramai, Serli berulang kali mendengar pengumuman menggunakan bahasa Inggris lalu di translate menggunakan bahasa Indonesia. Sepertinya akibat tidak pernah naik pesawat bahkan Serli tidak pernah menginjakkan kaki di Bandara membuat Serli seperti orang norak.
Serli menarik koper sekaligus tas Elang yang ada di atas kopernya. Pria itu membawa secara mandiri koper miliknya, dan Puji Tuhan kalau begitu jadi Serli tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih.
Serli melihat Elang yang ada di ujung tepatnya duduk di depan stan makanan. Pria itu tengah duduk sambil memakan makanan dan fokus melihat layar ponselnya. Serli melihat perut kurus yang tiba-tiba saja berbunyi. Serli lapar tapi Elang makan sendiri tanpa mengajak Serli, bahkan izin saja tidak. Pria itu pergi begitu saja meninggalkan Serli sendiri yang tengah planga plongo melihat kondisi Bandara.
Serli menghembuskan napas berat, wanita muda itu melirik kursi tunggu yang kosong dan berjalan lunglai untuk duduk di kursi tersebut. Serli merogoh ponsel dan melihat notifikasi riwayat panggilan, tapi tidak ada satupun riwayat panggilan dari Jefri, adiknya. Serli kembali menyimpan ponsel ke dalam celana jeansnya.
15 menit berlalu. Serli melihat kembali ke tempat dimana Elang duduk. Tapi pria itu tidak ada disana. Wanita itu langsung berdiri akibat diserang panik Elang nekad meninggalkannya seorang diri di Bandara. Serli menarik koper dan berjalan cepat menjelajah Bandara, mencoba mencari Elang.
Serli terpaku saat melihat satu pesawat bewarna merah putih yang pintunya tengah ditutup oleh petugas. Bahu Serli langsung turun begitu saja, kaki wanita itu kelu untuk kembali melangkah. Serli benar-benar berhenti di tempat saat pesawat tersebut mulai berjalan menjauh bersiap untuk terbang. Serli manahan buliran mata yang ingin jatuh dari pelupuk mata untuk mencurahkan seberapa kecewa wanita itu ditinggal begitu saja secara tiba-tiba. Dari balik kaca transparan Serli bisa melihat jika tidak ada satu pesawatpun yang masih terparkir di sana. Elang benar-benar meninggalkan Serli sendiri.
Serli mengusap kedua matanya yang hendak menjatuhkan air mata. Serli melihat tas milik Elang dan kopernya. Wanita itu menarik koper tersebut berjalan dengan keadaan hati sedih sambil menundukkan kepala.
Serli duduk di atas kursi tunggu. Wanita itu merogoh ponsel baru berharap ada panggilan masuk dari Jefri, tapi tidak ada sama sekali. Serli mencengkram erat ponselnya. Sejak awal lahir Serli merasa ia diasingkan, walau memiliki keluarga yang utuh. Jika Serli meminta sesuatu orang tuanya akan mengenyampingkan permintaan Serli. Mereka lebih mendahulukan permintaan Jefri. Diskriminasi gender anak? Ya itu yang Serli rasakan sejak awal.
Dari dulu Serli berharap mendapatkan pendamping hidup yang bisa menjadi satu-satunya manusia yang akan menyayanginya. Tapi diberikan seorang Elang yang tidak memiliki rasa sayang sama sekali bahkan mempunyai rasa kemanusiaan saja tidak.
Serli menekan tombol panggilan. Berusaha menelpon Jefri berulang kali. Saat panggilan yang ke dua belas kali. Jefri baru menerima panggilannya.
"Kenapa lagi sih kak?!" Nada bicara Jefri membentak tiba-tiba membuat Serli terkejut. Walaupun Jefri sering membentak Serli jika di rumah, pasti memiliki alasan pasti. Misalnya karena Serli mencuri lauk yang seharunya untuk Jefri.
Serli menarik napas panjang. "Kakak ada di Bandara. Bilang sama bapak ibuk, kakak bakal netap di Padang." Jelas Serli dengan cepat, takutnya Jefri memutuskan panggilan.
Hening
"Jef...."
"Cuma itu?"
Serli menahan emosi yang ingin meluap karena respon Jefri yang menggambarkan jika remaja itu tidak peduli. Padahal Serli berharap Jefri menjawab 'Ya, nanti disampein' hanya itu saja. Walau Serli tidak mengatakan sejujurnya jika Elang meninggalkannya di Bandara. Serli memilih untuk tidak membuat keluarganya dan keluarga Elang bertengkar hanya karena tingkah Elang yang begitu ke kanak-kanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS LOVE? (END)
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!] ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT BERBAGAI BENTUK APAPUN. INI MURNI KARYA SAYA⚠️ Pemaksaan pernikahan yang dilakukan dua keluarga, tidak ada angin atau hujan kedua anak pertama di dua keluarga itu di paksa untuk menikah. Berbagai penol...