04 • SICK

1.6K 58 1
                                    

Serli menahan isakannya. Malam ini Serli mati-matian menahan sakit di hatinya. Hatinya menangis darah mendengarkan cacian dari keluarga Elang yang tidak kunjung selesai sampai mereka pulang dua puluh menit yang lalu.

Serli benar-benar tidak kuat. Dan sekarang Serli di usir dari kamar oleh Elang. Elang menyuruhnya untuk tidur di luar. Ini tidak seberapa dengan perlakuan keluarga Elang padanya tadi. Serli masih bisa mentolerir.

Serli sama sekali tidak diberikan bantal oleh Elang. Elang dengan egois menguasai semua bantal. Serli tidur meringkuk memeluk lutut. Tidak masalah jika tidak ada bantal, terpenting masih ada handuk yang Serli jadikan sebagai selimutnya.

Serli menutup mata berusaha untuk tidur dan mengabaikan dinginnya lantai keramik putih yang menjadi alas tubuhnya.

§§§

Elang melirik Serli yang masih tidur di depan pintu. Padahal sudah pagi jam 05:00 a.m. Tapi manusia tidak tahu diri seperti Serli masih belum bangun. Elang melonggarkan dasi hitam yang senada dengan celana hitamnya. Baju khas seorang masinis itu sudah melekat di badan elastisnya.

Elang melangkahi kaki Serli. Dan turun ke bawah, masa bodoh dengan Serli. Kalian berharap Elang akan menggendong Serli dan menaruhnya di atas kasur? Tidak akan. Elang melihat dapur yang masih kosong, sepertinya pagi ini Sinar tidak masak. Elang akan berangkat sekarang ke stasiun tempatnya bekerja.

Elang menarik ponsel dari saku celana lalu mengirimkan pesan pada seseorang yang menjadi patner kerjanya.

Anda
gw gk mkn hri ini
psanin gw mkn di kantin stasiun

§§§

Serli memegang kepalanya yang begitu pusing. Badannya juga merasa tidak enak. Serli menyentuh keningnya, ternyata ia panas. Badan Serli begitu sakit karena tidak biasa tidur di lantai. Walaupun Serli berkecukupan, tapi orang tuanya masih mampu membelikan kasur yang empuk walau murah.

Serli berusaha berdiri dan masuk ke dalam kamar yang terbuka. Sepertinya Elang sudah pergi, dan Serli bersyukur untuk itu. Jadi manusia itu tidak akan terlihat beberapa jam ke depan. Lebih baik Serli tiduran dulu, mencoba menetralkan suhu badannya.

Baru saja Serli merebahkan tubuhnya di kasur. Namanya sudah diteriaki oleh Sinar dari arah pintu.

"Serli! Masak!"

"Badan Serli lagi gak enak." Jawab Serli. "Nanti kalau udah enakan Serli ke bawah." Keluh Serli meminta kelonggaran sedikit.

Sinar melengos pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Serli merasa jika itu kode Sinar ingin ia memasak. Sayang jika tidak di iyakan, Serli bertekat untuk membantu Sinar. Saat Serli berdiri, pandangannya langsung menggelap dan tubuhnya ambruk. Tidak, Serli tidak pingsan. Sepertinya darah rendahnya kumat.

"Kak Serli. Dipang-- kak?" Suara Steven masuk ke indra pendengaran Serli. Tapi hanya kegelapan yang Serli lihat.

Serli merasakan jika tubuhnya di angkat dan di taruh dengan perlahan di atas kasur.

"Matanya di tutup aja kak. Steven telpon papa ya."

Serli menutup matanya sesuai perintah Steven. Berharap penglihatan Serli mulai normal kembali.

WHAT IS LOVE? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang