29 • PANIK?

836 63 8
                                    

Kabar gembira untuk kita semua...
vote dulu yu kak hoho
Happy reading!

Serli duduk di atas teras sambil melihat bintang kecil, hari ini hidup Serli sedikit tenang, tidak ada yang perlu ia cemaskan lagi. Semua buku pelajaran untuk tes sudah disiapkan Elang. Serli juga diberi jatah makan malam oleh Elang. Serli tidak seperti pencuri lagi untuk mengambil makanan di lemari dapur.

Serli menunjukkan lengkungan senyum manis pada langit. Serli berani duduk di teras ini karena tidak ingin Cahya yang sedang nonton bareng dengan Elang di depan televisi terganggu. Terpenting hari ini hidup Serli tenang, semoga saja tidak ada masalah besar yang muncul dan menginjak wajah Serli.

Serli melihat pak Iwan yang sibuk menyusun barang dagangannya. Pak Iwan mengingatkan Serli pada bapak kandung yang selalu mengangkat kardus berat yang berisikan cabai. Sementara ibuk yang selalu setia duduk di depan laci berisikan uang. Serli menunduk lesu, ia rindu dengan kedua orang tuanya.

"Kalian gak kangen kakak lagi ya? Mentang-mentang udah jadi tanggung jawab orang lain, kalian seakan melepas full tanggung jawab sama kakak." Serli tersenyum miris. Inilah suatu pola pikir orang tua yang hanya memperdulikan dirinya sendiri dan perilaku yang turun temurun jatuh ke anak cucu.

Jika seorang anak perempuan istilah kasarnya 'dibeli' oleh seorang pria yang mapan dan memiliki uang banyak untuk mengadakan pesta pernikahan, maka orang tua akan angkat tangan karena tidak memiliki tanggung jawab lagi dengan putrinya. Tapi tindakan ini di sirkulasikan agar keluarga baru yang baru saja terbentuk tidak goyah hanya karena ikut campur orang tua yang iming-iming memiliki tanggung jawab pada Putrinya. Jarang sekali terjadi pembelaan dari orang tua wanita karena wanita memiliki perasaan jika ia mengikut sertakan orang tua di dalam keluarga kecilnya, maka semua masalah kecil maupun besar akan diselesaikan oleh orang tua yang bebas melakukan apapun demi membenarkan pola pikir kedaerahannya. Sementara pria kebanyakan berpikir tentang akhir hidup jika orang tua adalah jalan menuju surga. Tidak salah, tapi salahnya ialah mereka selalu percaya jika setiap kata orang tua harus di dengar walaupun bisa menggoyahkan pondasi keluarga mereka, jadi lebih baik jangan pernah melibatkan orang tua disaat sudah terikat janji suci. Lebih baik hancur sendiri, dari pada hancur karena orang tua.

Serli menepis air mata yang mengalir turun dengan slowmo. Serli berangsur merapikan rambut dan bergegas masuk ke dalam rumah. Serli berencana untuk belajar menyelesaikan beberapa soal yang begitu asing dan tidak masuk akal. Ia sempat berpikir jika tes nanti adalah menguji seberapa hebat dalam  mata pelajaran Sma nyatanya menguji nalar. Ujian pakai nalar, tapi mengenal seseorang mengapa harus pakak perasaan? Apakah kamu waras?

Serli melihat Elang yang sibuk menonton bola dan mengacuhkan Cahya yang cerewet. Anak kuliahan itu selalu berbicara tanpa henti apakah ia tidak sadar jika Elang tidak nyaman selalu ada di sampingnya?Serli mengangkat bahu dan berjalan masuk ke dalam kamar. Wanita itu sengaja tidak menutup pintu kamar takut nanti Cahya melakukan hal lebih pada Elang. Apalagi ini tidak di teras rumah, jadi bisa saja pikiran negatif muncul diantar kedunya.

"Woy pembantu! Buatin gue jus jeruk." Perintah Cahya ngegas seakan ialah nyonya di rumah ini.

Serli menghela napas geram, Elang tidak membelikan bahan masak dan manusia seperti Cahya malah mintak jus. "Gak ada buah." Jawab Serli dengan nada sopan kepada nyonya besar kwnya.

Cahya terdiam ia melihat wajah Elang. "Abang gak ada buah di rumah?" Pertanyaan itu langsung mendapat respon gelengan dari Elang yang masih fokus melihat pertandingan bola di televisi. Cahya menampilkan wajah cemberuk sok lucu, andaikan Serli bisa memukul wajah itu sekarang pasti Serli akan menggampar dan menginjaknya hingga gepeng. Dasar prempuan gatal.

Serli melihat Elang yang mengode untuk duduk di sampingnya, membuat Serli terkejut. Tapi tidak urung untuk duduk di samping Elang, hal itu membuat Cahya membulatkan mata tidak terima seorang pembantu duduk di atas sofa empuk.

"Kenapa pembantu duduk di sofa bang? Eh lo, duduk di lantai!"

Serli tetap diam ditempat, Serli tidak mengindahkan apapun yang dikatakan Cahya. Majikan Serli ialah suami sendiri bukan manusia gatal yang sengaja duduk mepet dengan Elang.

"Lo tuli ya? Gue bilang duduk di lantai!" Bentak Cahya memerintah.

Serli hanya diam, tidak bergerak sama sekali. Ia melihat Elang yang seakan menulikan pendengarannya dan fokus menonton pertandingan bola. Jadi maksud pria itu menyuruh Serli duduk di sampingnya apa?

"Bang Elang, kok dia gak mau si?" Cahya mulai merajuk. Serli menyembunyikan wajah ingin muntah melihat wajah Cahya.

Elang menoleh pada Serli. "Duduk di lantai." Titah Elang. Mata Serli membola Elang mengiyakan apa yang diminta Cahya? Sial. Serli duduk di lantai seperti pembantu.

"Nah ini baru benar." Cahya tersenyum sumbringah karena Elang mengindahkan permintaannya.

"Lebih benar lo pergi dari sini." Ujar Elang sarkastik.

Serli dan Cahya kompak mengerutkan dahi karena tidak tahu siapa yang ingin Elang usir. Tapi Serli berpikir jika yang diusir adalah dirinya. Wanita itu berdiri tapi dicegah oleh Elang.

"Lo Cahya."

Cahya berekspresi terkejut. "Abang ngusir Cahya?" Bibir Cahya mulai maju beberapa cm. Kentara sekali jika Cahya kembali mengeluarkan jurus merajuk pada Elang.

Elang berdecak pria itu menarik belakang baju Serli. Seperti menarik Serli duduk kembali di atas sofa. "Dia istri gue." Mata Serli dan Cahya kompak membola. Cahya yang tidak menyangka dengan pengakuan Elang, dan Serli yang kaget karena Elang mengaku jika ia adalah suami dari Serli.

Cahya terkekeh sambil menggeleng tidak peecaya. "Yakali bang Elang punya tripikal wanita buruk rupa seperti pembantu."

Serli menggeram marah tidak terima. Walau memang penampilan dan fisik Serli tidak mendukung jika ia bisa dikategorikan cantik. Ucapan Cahya benar, ia layak disebut pembantu dibanding istri seorang Elang yang tidak sepadan dengan penampilannya. Tapi Serli tidak terima disebut seperti itu oleh mulut neraka bau jigong semacam Cahya.

"Abang bercanda kan?" Selidik Cahya. Mata Cahya sudah berkaca-kaca.

"Gak." Jawab Elang seadanya.

Cahya dengan lancang memeluk leher Elang. Berhasil sang empu menatap nyalang Cahya. Elang tidak suka disentuh, jika tidak pria itu yang menyentuh duluan. "Abang, Cahya suka sama Abang. Jangan minta Cahya pergi dengan ngaku kalau pembantu burik ini istri abang." Air mata buaya Cahya keluar secara perlahan. Menjelaskan jika Cahya sedih dan merasa terpukul.

Elang mendorong tubuh Cahya hingga wanita itu terjatuh di lantai. Beruntung kepala Cahya tidak mengenai ujung meja kaca. Elang berdiri dari duduk dan berjalan menuju tangga. Tapi Cahya langsung mencegah Elang. "Cahya cinta sama abang." Melas Cahya memohon Elang menerima pernyataan cintanya.

Elang menepis tangan Cahya yang berani menyentuhnya dan berjalan naik ke atas tangga. Diikuti Cahya yang berulang kali mencoba mencegah Elang naik ke atas tangga. Serli melihat itu dengan rasa sakit hati yang muncul tiba-tiba saat Elang disentuh. Apa ini cemburu? Tapi tidak masalahkan Serli hanya memiliki perasaan pada Elang yang menjabat sebagai suami bukan hal lain.

Serli menghela napas gusar. Wanita itu mematikan televisi yang masih menyalah. Akibat Cahya, Elang jadi lupa menyimpan remot televisi ke dalam kamar. Serli berdiri dan berjalan menuju dapur tapi batal saat merasakan ada benda tajam yang mengenai kepalanya. Serli memegang atas kepala yang terasa nyeri. Serli melihat darah yang ada di telapak tangan, kepala Serli berdarah.

"CAHYA!"

Elang turun dari tangga dengan cepat, pria itu mendekat pada Serli yang terus menyentuh kepala seperti ingin melihat seberapa banyak darah yang keluar. Elang menepis telapak tangan Serli dan menarik wanita itu menuju motor.

"Shit!" Umpat Elang saat melihat Cahya yang berlari terbirit-birit masuk ke dalam rumahnya.

Elang naik ke atas motor dan menarik tangan Serli untuk memegang bajunya. Serli hanya diam patuh dengan gerakan Elang, kepalanya diserang pusing begitu hebat. Tidak, Serli tidak akan pingsan. Serli hanya merasakan pusing. Serli ingin menjatuhkan kepala di punggung Elang, tapi ia masih berpikir jika Elang akan marah padanya.

"Sandarin kepala lo di punggung gue."

§§§

(12 April 2023)

TBC!

WHAT IS LOVE? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang