Serli melihat Elang yang duduk santai di atas karpet sambil menonton televisi. Serli berjalan mendekat dengan takut-takut. Elang memanggil Serli setelah makan siang di hari senin. Serli kira pria ini akan bekerja di pagi hari, ternyata Elang akan bekerja di siang hari.
"Dimana lo curi hp?"
Serli terpaksa menghentikan langkah untuk mendekat pada Elang. Serli melangkah mundur. Pagi hari yang mendung ini Serli tidak siap mendengar kalimat yang bisa menggores hati dari Elang.
"Lo bisu? Kalau orang tanya itu, jawab!" Bentak Elang melebarkan pupil mata seakan menampakkan mimik wajah amarah.
"Dibeli ibuk." Jawab Serli jujur. Benar yang membeli ialah ibundanya, walaupun menggunakan uang dari keluarga Elang untuk biaya pernikahan. Uang itu dibagi rata, tapi sebagian besar keluarganya ambil untuk keperluan pribadi sebesar 10 juta. Elang memberikan uang pernikahan sebesan 50 juta khusus untuk keperluan Serli dan pelaminan. Transportasi dan lainnya ditanggung oleh keluarga Elang.
"Merk?" Tanya Elang seperti orang kepo tapi tetap mempertahankan mimik wajah sok tidak peduli tapi malah bertanya.
"Android." Jawab Serli. Ia tahu jika Elang berpikir ponsel Serli bermerk bagus. Padahal ibunda dan ayahandanya membelikan merk yang tidak terlalu terkenal, murah, dan masih berfungsi sama dengan ponsel lainnya.
Elang mengangguk paham. Paham akan situasi jika keluarga Serli begitu rakus mengambil uang untuk keperluan pernikahan waktu itu. Elang sempat mengobrol dengan keluarganya membahas perihal pelaminan yang tampak biasa saja. Padahal uang yang mereka berikan banyak dan mampu menyewa pelaminan yang bertema mewah. Jika dibagi rata keperluan Serli mungkin tidak sampai 10 juta. Biaya pelaminan bertema mewah tanpa catering dan sewa gedung pasti tidak terlalu mahal. Apalagi Gedung itu milik Gereja, khusus untuk acara-acara penting.
Mengingat pertengkaran perihal uang 10 Juta yang mungkin menjadi sisa uang dari 50 Juta itu. Elang tidak yakin hanya tersisa 10 Juta. Pasti uang yang lain disembunyikan seakan manampakkan mereka tidak rakus akan uang. Maka dari itu orang tua Elang pura-pura tuli dan buta tidak melihat pertengkaran sesama orang miskin dan rakus akan uang itu.
Elang mematikan siaran televisi dan bergegas naik ke atas tangga. Mengabaikan Serli yang melihat kepergiannya dengan bingung.
Elang membuka pintu kamar dan meraih ponsel yang ia charger. Elang ingin menghubungi Riko. Pria tua itu dikabarkan sudah menjebloskan Serli ke universitas swasta yang menurut Elang mahal, gaji Elang itu sedikit. Kabar ini Elang dapat dari Putra. Putra tidak sengaja mendengar obrolan Petra dengan Riko lewat sambungan telepon.
"Pa!" Panggil Elang membentak.
"Punya anak gak ada sopan santun."
Elang berdecak sebal. "Papa janji bakal masukin Serli ke universitas bagus tapi murah. Tapi ke--"
"Papa sibuk. Nanti kamu hubungi lagi."
Tut
Elang mengusap wajah frustasi. Pria itu melihat brosur bewarna merah yang ia dapat dari Jio. Jio alumni dari universitas tersebut prodi hukum. Elang menyimpan brosur tersebut ke dalam laci lemari. Pria itu melihat buku tabungan yang hanya ada 10 juta. Seharusnya uang ini Elang gunakan untuk membeli mobil, tapi karena beban alias Serli masuk ke dalam kehidupannya, semua milik Elang berangsur berpindah kepemilikan. Bahkan mungkin semua akan direnggut Serli.
Elang kembali menutup laci lemari yang ada di samping ranjangnya. Pria itu melihat jam di ponsel dan langsung menarik handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Disisi lain Serli tengah membuka tutup kulkas. Saking gabut di kamar. Cucian di keranjang tidak ada lagi karena telah dicuci dan dijemur di samping rumah. Serli tidak memiliki kegiatan lain di rumah selain bersih-bersih rumah yang sudah bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS LOVE? (END)
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!] ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT BERBAGAI BENTUK APAPUN. INI MURNI KARYA SAYA⚠️ Pemaksaan pernikahan yang dilakukan dua keluarga, tidak ada angin atau hujan kedua anak pertama di dua keluarga itu di paksa untuk menikah. Berbagai penol...