24 • MANTIAK

776 50 3
                                    

LAGI MOOD NGETIK HARI INI HEHE
UP AGAIN ≧∇≦

Serli melihat brosur yang Elang berikan padanya. Brosur universitas swasta yang ada di Padang. Jurusan yang dimiliki universitas terbatas. Serli melirik Elang yang duduk di atas sofa sambil menonton televisi. Pria itu libur hari ini karena tidak enak badan.

Serli shock saat mendengar penjelasan Elang secara tiba-tiba jika ingin menguliahkan Serli menggunakan uangnya. Ada rasa bahagia, dan beesyukur. Tapi kala melihat brosur universitas, rasa bahagia Serli berangsur berkurang. Serli kira ada jurusan adm publik. Paling mentok hanya ada pendidikan ekonomi.

"Gak ada adm?" Tanya Serli sedikit takut.

Elang melihat Serli sinis. "Harus adm?" Pertanyaan yang dilontarkan Elang jelas menyindir Serli yang tidak ada rasa syukur dikuliahkan oleh suami sendiri. Coba saja lihat diluaran sana jarang ada suami yang ingin menguliahkan istri.

Serli terdiam, ia kembali melihat brosur tersebut. "Pendidikan sejarah, bisa." Ucap Serli dengan ragu.

"Jadi guru?" Elang mengangkat satu alis pada Serli menandakan jika pria itu meremehkan Serli. Serli hanya mengangguk menanggapi.

"Ok."

Serli mengehela napas gusar. Sepertinya keinginan untuk menjadi seorang adm publik gagal total. Serli menghela napas berat, tidak masalah. Terpenting ia bisa kuliah.

"Makasih." Ucap Serli tulus.

Elang hanya berdehem, tidak terlalu peduli dengan kata yang dilontarkan Serli. Lebih baik Elang merebahkan diri di karpet kecil yang ada di depan televisi, dan rebahan sambil menonton televisi dibanding meladeni Serli yang hanya diam seperti patung.

Sementara Serli melihat Elang yang mulai beranjak dari sofa dan merebahkan diri di atas karpet lembut yang ada di depan televisi. Serli melihat kalender yang ada di atas meja kaca persegi panjang yang ada di depannya. Sudah masuk dua bulan Serli dan Elang tinggal di rumah baru, tapi Elang sama sekali tidak ada niat untuk membeli bahan masakan agar Serli mulai belajar memasak makanan yang enak. Jadi tidak perlu menghamburkan uang untuk membeli makanan di luar.

Serli ada keinginan untuk membicarakan hal ini jauh-jauh hari. Tapi Serli takut Elang akan memarahinya dan melakukan kdrt kembali kepada Serli. Cukup dua kali saja Elang melakukan hal itu, Serli tidak mau lagi. Lebih baik Serli tidak dianggap ada oleh Elang dari pada dijadikan samsak oleh Elang, suaminya sendiri.

Serli juga lebih banyak diam saat Cahya beberapa kali datang untuk berbicara pada Elang di teras rumah. Tidak lupa membawa camilan dan memerintah Serli untuk mengambil piring, layaknya pembantu. Tapi apa boleh buat? Dimata Cahya, Serli adalah seorang pembantu.

Serli berdiri dari duduknya. Lebih baik kembali ke kamar dan tidur. Semua pekerjaan rumah sudah selesai ia kerjakan.

"Belajar buat tes masuk. Kalau lo gak lolos, lo batal kuliah. Paham?" Peringat Elang dengan mimik wajah yang begitu datar. Kentara sudah itu seperti ancaman.

"Ok."

Elang melihat Serli yang kembali masuk ke dalam kamar. Pria itu mengangkat bahu dan kembali fokus melihat layar televisi.

§§§

Serli menaruh segelas kopi hangat di atas lantai teras rumah. Sudah ada Cahya dan Elang yang mengobrol ringan, mungkin tidak bisa disebut mengobrol karena hanya Cahya yang berbicara, Elang hanya menjadi pendengar yang muak dengan Cahya. Tapi karena segan dengan pak Iwan yang selalu memberikan rokok gratis, terpaksa Elang meladeni Cahya.

Serli kembali masuk, tapi tertahan saat mendengar suara cempreng khas Peby. Walaupun terakhir kali bertemu waktu sampai di Padang, tapi Serli masih bisa mengingat suara itu.

WHAT IS LOVE? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang