48 • EXTRA BOBA

2K 59 8
                                    

OKE TEMAN INI EXTRA BAB TERAKHIR ALIAS CUPLIKAN

Alan menginjak botol kaca yang ada di atas teras rumah opa dan omanya. Alan melirik jam tangan bewarna hitam yang melingkar di pergelangan tangan. Anak laki-laki yang sudah berumus 6 tahun itu menggunakan pakaian polisi. Terlihat jelas jika Alan masih mengemban masa kecil di taman kanak-kanak yang sering kita singkat TK.

Alan mengangkat botol tersebut dan melempar botol itu ke arah kaca rumah.

Pyarrr

"AAAAA!"

Alan berlari untuk bersembunyi saat mendengar teriakan melengking Sinar yang tidak hanya satu suara. Sepertinya oma Sinar kembali menjadikan rumah Riko untuk pertemuan arisan. Selagi Riko ada di luar kota.

Pintu rumah terbuka lebar. Disana sudah ada lima wanita tua dengan style yang berbeda-beda tapi tetap saja kelihatan norak menurut Riko, dan Alan. Alan belajar kata norak dari Riko.

"Pecah jeng." Ujar salah satu yang menggunakan rok span di atas paha. Nyaris celana dalam wanita tua itu terlihat saat hendak mengambil pecahan kaca di lantai.

Sinar menyapu seluruh pandangan dan pandangannya jatuh pada tas yang begitu familiar. Tas milik anak Serli, Alan. Sinar meluhat ke sebelah kiri disana terlihat Alan tengah bersembunyi. Tapi kakinya kelihatan.

Sinar menggulung lengan bajunya. "ANAK SIALAN! SINI KAMU!"

Alan berlari memutari hiasan air mancur yang ada di depan rumah dengan Sinar di belakangnya.

"Jeng bantuin dong!" Pinta Sinar ngos ngosan. Teman arisan Sinar mengangguk dan mulai mebgejar Alan dengan susah payah karena umur yang sudah tua, kaki terasa begitu rapuh dan kelu untuk berlari selama seprempat jam.

Alan tertawa melihat oma oma jompo itu sudsh terkulai lemas di atas rerumputan. Alan mengambil tas dan bergegas masuk ke dalam rumah. "Bi... Alan lapal." Alan menepuk-nepuk perutnya yang keroncongan.

"Oke den. Bentar bibi ambilin ya." Bi Ayu mulai mengambil nasi putih dan ayam bumbu. "Ini den."

Alan ngacir masuk ke dalam kamar saat mendengar suara berang dari Sinar dan teman arisannya. Alan mengunci pintu kamar tanpa melepas kunci. Walaupun kecil-kecil cabe rawit Alan sangat licik.

Alan menaruh tas di atas kasur dan duduk di atas kursi belajar yang begitu mini. Alan menekan ponsel yang selalu ia tinggalkan di kamar, karena perintah Riko yang tidak memperbolehkan Alan membawa ke sekolah karena akan menganggu konsentrasi belajar.

Alan menekan kontak Riko lalu menekan simbol video call. Tidak lama menunggu, akhirnya wajah kelelahan Riko memakai baju operasi membuat Alan tertawa mengejek.

"Ketawain opa terus. Gimana belajarnya?"

"Hehe. Aman opa. Tapi tadi Alan kasih pelajalan sama oma jamet."

Riko tampak mengerutkan alis. "Matematika? Bahasa Indonesia? Atau seni budaya?"

"Olahlaga opa. Biar sehat lali-lali."

Riko geleng-geleng kepala. "Apa yang kamu taruhkan untuk alihkan perhatian mereka? Jangan bilang batu akik kesayangan opa!" Riko melotot tajam melihat Alan.

Alan memasukkan suapan pertama makanannya. "Pecahin jendela depan aja opa."

"Huft syukurlah." Riko membeku kala mengingat jawaban Alan. "Alan! Kaca jendela itu mahal, astagfirullah."

"Kan opa gajian akhir bulan." Jawab Alan santai.

Riko mengelus dada sabar. "Yaudah opa mau kerja lagi. Besok kasih pelajaran yang lain. Oke cu?"

WHAT IS LOVE? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang