33 • CARE

783 60 4
                                    

Part panjang, sesuai keinginan kamu
Jangan lupa vote hoho💗
Btw sorry baru up, kemaren ketiduran:v

Serli meneguk air putih hingga tandas lalu menaruh gelas transparan itu di atas meja dapur dengan kasar. Setelah mendengar pengakuan wanita yang mengaku seakan ia adalah teman dekat Elang membuat pikiran Serli seakan merespon jika wanita itu memiliki hubungan spesial dengan Elang.

Serli memegang kepalanya yang diserang pusing tiba-tiba semenjak kedatangan Claudia. Entah racun apa yang masuk ke otak kecil Serli hingga bisa pusing seperti ini. Apakah Serli merasa jika kedatangan Claudia adalah sebuah ancaman dalam rumah tanggannya yang sejak awal sudah rusak? Serli menyeka keringat yang ikut andil karena terik matahari yang tembus ke dalam rumah.

Serli mencoba mengingat kejadian tadi. Dimana ia hanya bersalaman dengan Claudia saling memperkenalkan diri, lalu Claudia permisi pergi begitu saja. Bukan hanya Serli yang bingung, tapi pak Iwan dan Cahya juga bingung dengan sikap Claudia. Apa maksud Claudia datang kesini dan hanya ingin berkenalan dengan Serli selaku istri Elang?

Serli menggeleng cepat ia tidak boleh negatif thinking. Lagipula untuk apa ia berpikir terlalu berlebihan, toh hubungannya dengan Elang tidak akan pernah baik. Serli berbalik dan berjalan menuju kamar, sebelum masuk ke kamar Serli sempat merapikan sebentar keadaan bantal sofa yang terbaring tidak berdaya di lantai. Setelah itu Serli benar-benar masuk ke dalam kamar.

Disisi lain kini Elang tengah dipusingkan dengan penumpang yang tidak memiliki tiket tapi malah membuat keributan pada petugas penagih tiket. Akibatnya Elang sebagai perwakilan masinis kereta api yang bertugas langsung turun ke lapangan. Tapi bukannya membaik malah semakin memburuk, dimana penumpang yang berumur sekitar 40 tahun ke atas itu malah mengganggu penumpang lain dengan memaki-maki mereka. Dan menuduh jika merekalah yang mengambil tiket pria itu.

"Pak, kalau bapak tidak punya tiket. Tidak perlu membuat keributan seperti ini. Saya bisa mentolerir jika bapak juga tidak ingin membeli tiket dari masinis." Jelas petugas penagih tiket sudah frustasi dengan tingkah penumpang sendiri. Andaikan tidak sedang bertugas pasti pria tua itu sudah ia buang ke hamparan sawah.

Elang mengambil tiket yang ada di saku celananya. Lalu memberikan pada petugas penagih tiket. "Biar saya yang bayar." Elang berjalan kembali melewati gerbong. Tidak mungkin Elang mengurusi kekacauan itu hingga memiliki celah untuk berakhir. Elang tidak bisa meninggalkan tugasnya.

Elang duduk kembali di kursinya. "Stasiun depan ada banyak penumpang?" Tanya Elang basa basi pada pria yang menjadi patner kerjanya.

"Kurang tahu. Gak ada kabar dari pihak loket." Jawab pria itu dan kembali fokus.

Elang mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Elang melirik sekilas ponsel yang sedari tadi tidak ia sentuh. Tapi tadi sempat ada panggilan masuk dari  Bruno. Tumben sekali manusia tidak jelas itu menghubungi nomornya.

Elang melompat dari gerbong tempat ia mengemudi saat kereta api sudah berhenti. Elang berencana untuk membeli makanan ringan. Biasanya Elang memerintah Teo untuk membelikan makanan di luar. Tapi sehubungan Teo ada di pulau sebrang, terpaksa Elang membelinya sendiri. Perut Elang sudah mendemo.

Elang memesan roti 'o' rasa coffe. Setelah mendapat pesanan Elang langsung berjalan cepat kembali masuk ke dalam gerbong sambil memakan roti 'o'. Elang melihat arloji silver yang melingkar di pergelangan tangannya, masih pukul 11:23, Elang harus menunggu sampai pukul 04:00 sebelum pulang atau beristirahat di ruangannya.

"Pak gak ada keinginan beliin saya juga gitu?" Elang melirik patner kerja yang sedari tadi tidak ia anggap ada.

"Beli sendiri." Setelahnya Elang memakan potongan terakhir roti 'o'nya. Elang melempar kertas pembalut roti 'o' di tong sampah, lalu pria itu melihat layar ponsel yang mati hidup karena ada yang menelpon.

WHAT IS LOVE? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang