Serli melihat mobil truk yang terparkir di depan rumah Elang. Disana banyak sekali perabotan rumah tangga. Apa mungkin Elang yang membelinya?
Serli memberikan ruang jalan pada Elang yang sedikit mendorong tubuhnya ke samping karena menghalangi jalan. Serli melihat Elang yang berkomunikasi langsung dengan dua orang pria muda yang membawa beberapa kertas warna di tangannya.
Serli mengangkat bahu dan berjalan masuk ke dalam. Serli ingin melihat kamar atas. Kemaren Elang melarang Serli ke atas entah karena apa. Akibat Serli kepo, jadi Serli mencuri waktu kesibukan Elang untuk melihat area lantai atas.
Serli naik ke atas tangga. Saat sampai di lantai dua Serli terperangah melihat dekorasi yang bagus. Tidak seperti di bawah begitu kosong dan hampa. Disini ada tangga turun menuju taman yang minimalis.
Dari atas sini Serli bisa melihat banyak rumah yang berdempet dan jalan besar yang terbentang di depannya dari balkon samping. Serli menutup telinga saat mendengar klakson nyaring yang berasal dari kereta api. Rumah milik Elang ini cukup jauh dari rumah Putra. Hanya saja dekat dengan rel kereta api, dihalangi dua gang komplek.
Serli berbalik ia akan turun ke bawah. Saat sampai di bawah Serli terkejut saat ada kardus berukuran besar di taruh di samping tangga. Serli melihat ke arah pintu saat mendengar suara asing.
"... Hati-bati bro. Taruh aja di dekat kulkas."
Serli berjalan melewati dua orang yang tengah mengangkat kardus besar. Dilihat dari sketsa gambar yang ada di kardus. Serli tahu jika itu berisi mesin cuci.
Serli berdiri di atas lantai teras. Ia melihat Elang tengah sibuk menulis sesuatu di atas kertas bewarna ping pudar dengan dialaskan papan abo kayu.
"Bang barang yang kecil-kecil taruh dimana?" Tanya seorang pria muda yang tadi Serli lihat mengangkat kardus yang berisi mesin cuci.
Serli melihat Elang yang meliriknya sekilas lalu kembali melihat pria muda itu. "Taruh aja di sudut rumah."
"Oke bang. Woy bro! Angkat yang lain, masih banyak ini barang yang besar."
"Yo! Banta luh." Jawab pria muda yang tengah menikmati seputung rokok lalu membuangnya ke sembarang arah. (Ya! Bentar)
Serli berjalan mendekat pada Elang. Serli ingin bertanya perihal barang-barang yang tiba-tiba saja datang tanpa sepengetahuannya. Jadi yang ibu rumah tangga Elang atau Serli? Minimal jika ingin membeli sesuatu harus berkonsultasi pada Serli. Apakah Elang tidak menganggap Serli sebagai seorang yang bisa membantunya? Ya tidak.
"Lo--"
"Minggir dulu mbak!" Bentak salah satu pria muda yang mengangkat sofa. Serli langsung menyingkir, membiarkan mereka leluasa menguasai jalan. Dirasa selesai, Serli kembali mendekat pada Elang. Tapi naas Elang sudah berdiri dan berjalan menuju pagar rumah. Disana ada seorang pria paruh baya bersama dengan seorang gadis remaja.
"Wih orang kaya kamu dek." Puji pria tua tersebut sambil mengangkat jempol.
Serli yang kepo ikutan mendekat kepada dua orang manusia yang berdiri di balik pagar rumah yang cukup rendah.
"Kenapa?" Tanya Elang to the poin. Terlihat sekali pria ini sangat tidak suka basa basi.
Pria tua yang tidak lain ialah Pak Iwan kerap dipanggil pak Wawan. Pria tu itu menyentuh bahu seorang gadis remaja. "Ini yang mau saya jodohkan dengan adek."
Serli otomatis langsung melihat Elang. Mimik wajah pria itu begitu datar. Tidak ada raut terkejut atau merasa tertekan dan senang. Serli kembali melihat pria tua dan gadis remaja yang malu-malu sambil menyelipkan rambut di belakang telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS LOVE? (END)
Storie d'amore[FOLLOW SEBELUM BACA!] ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT BERBAGAI BENTUK APAPUN. INI MURNI KARYA SAYA⚠️ Pemaksaan pernikahan yang dilakukan dua keluarga, tidak ada angin atau hujan kedua anak pertama di dua keluarga itu di paksa untuk menikah. Berbagai penol...