22

18.7K 1.3K 88
                                    

Acara pemakaman Jung Jeno berjalan lancar meski penuh dengan deraian air mata. Banyak sekali pihak yang berbela sungkawa atas perginya pemuda hebat seperti Jeno.

Jaemin tidak ikut ke pemakaman, pemuda itu mengunci diri nya di kamar, meratapi nasibnya. Entah bagaimana Jaemin bisa hidup tanpa Jeno. Entah bagaimana Jaemin bisa menjalani hari esok, lusa bahkan selamanya tanpa Jeno.

"Maafin Buna ya nak, Buna gabisa bikin kamu ketemu sama Ayah kamu nanti, Buna gagal nak, Buna gagal jaga Ayah kamu" lirih Jaemin sambil mengelus perutnya.

"Harusnya Buna larang Ayah kamu buat pergi, harusnya Buna ngikutin kata hati Buna buat nahan Ayah kamu Nak. Tapi Buna malah biarin Ayah kamu pergi dan . . dan kita kehilangan dia . . Maafin Buna . ."

Jaemin terus meneteskan air matanya. Kamar Jeno adalah tempat paling nyaman untuk Jaemin saat ini. Dia tidak bisa menghadapi pemakaman sang kekasih di bawah sana, Jaemin tidak sanggup.

_________________________________________________

Terhitung 3 hari semenjak pemakaman Jeno, namun Jaemin masih setia berdiam diri di dalam kamar milik Jeno. Bahkan Jaemin tidak nafsu makan.

"Na, ayo makan" pinta Haechan, karena selama 3 hari ini, hanya Haechan yang bisa membuat Jaemin memasukkan beberapa suap nasi ke mulutnya.

"Nana gak boleh egois kayak gini ya, Nana sekarang gak sendiri, ada bayi di perut Nana. Dia juga butuh nutrisi. Ayo makan, Echan suapi ya . ." kata Haechan mengarahkan sendok ke mulut Jaemin.

Jaemin membuka mulutnya, dia sadar, benar-benar sadar kalau dia tidak bisa berlama-lama larut dalam kesedihan, ada kehidupan lain di dalam dirinya yang butuh nutrisi.

"Tuhan gak adil ya Chan, kenapa Tuhan mendatangkan kehidupan baru tapi mengambil kehidupan yang ada" kata Jaemin dengan tatapan kosong.

"Tuhan mengambil kehidupan yang ada, karena memang batas hidup orang itu sudah sampai. Kita tidak bisa menolak takdir Na. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah menjaga kehidupan baru yang akan segera hadir ke dunia ini" ucap Haechan sambil terus menyuapkan makanan ke mulut sang sahabat.

"Echan benar. Nana harus kuat. Nana gak boleh gini terus. Bayi ini harus sehat, Nana akan melahirkan dia dengan baik" kata Jaemin.

"Itu harus, anak ini harus lahir dengan selamat dan juga sehat . . " Kata Haechan "Hey baby Jung, kamu dengar aunty? Bunda kamu sedih terus nih, hibur Bunda yuk dek, biar gak sedih lagi, hehe . ." kata Haechan mengusap-usap perut Jaemin.

"Echan tolong janji ya sama Nana, janji kalau Echan bakal terus ada di samping Nana sampai anak ini lahir" pinta Jaemin sungguh-sungguh, karena dia hanya punya sang sahabat sekarang.

"Oke, akan Echan temani Nana sampai waktu itu tiba" janji Haechan.

"Janji ya . ." Pinta Jaemin mengulurkan jari kelingkingnya.

"Janji . ." Haechan pun menautkan jari kelingking mereka.

"Ayo keluar dan temui semua orang, mereka sangat khawatir dengan keadaan Nana" ajak Haechan lagi, yang akhirnya mendapat anggukan dari Jaemin.

Semua orang yang melihat Jaemin sudah mau keluar kamar akhirnya bisa bernapas lega. Terutama Yuta dan Winwin yang sudah 3 hari bolak balik ke mansion Jung hanya untuk mengetahui keadaan sang anak.

"Sayang, ayo kita pulang" ajak Winwin kepada anaknya.

Jaemin menghamburkan tubuhnya ke pelukan Winwin. Mencoba mencari semangat dalam dekap sang ibu.

"Pulang ya sayang" Yuta mengelus lembut rambut sang anak.

"Ayah tidak marah?" Tanya Jaemin.

Mendengar itu, Yuta lantas tersenyum dan mengambil tubuh sang anak untuk di peluk.

✓ Karma Rasa Kurma (Markhyuck-Nomin 🔞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang