21

19.1K 1.4K 153
                                    

Terkadang kita lupa bahwa kebahagiaan yang kita dapatkan tidak akan bertahan selamanya. Bisa di ambil kapan saja. Jangan pernah menyangka kalau kebahagiaan akan selamanya mendekapmu. Kita tidak bisa menerka masa depan, jangankan masa depan, waktu beberapa jam ke depan saja kita tidak pernah tau.

Yang tadi nya raga utuh dan bernyawa masih bisa tertawa disampingnya, kini tubuh kaku dan hancur yang sudah terbaring di depannya.

Jaemin tidak tau lagi harus apa. Harus bagaimana. Dan harus dengan cara apa dia mengekpresikan perasaan nya sekarang. Ada yang terluka, tapi bukan tubuh fisik, ada yang hancur tapi tidak terlihat. Ada kaki yang begitu kokoh menopang tubuh yang hampir roboh.

Berbeda dengan Taeyong yang sudah meraung dalam pelukan suaminya. Jaemin memilih untuk diam, memandang tubuh hancur kekasihnya, bahkan wajah tampan yang selama ini dia puja, tidak lagi nampak, hanya kulit terbakar dan hitam yang dapat di lihatnya.

Tubuh Jaemin gemetar, dia marah, takut, sedih. Tapi dia bingung harus dengan apa mengekspresikan itu semua? Hati nya terlalu hancur, nafasnya tercekat, dia masih mencoba untuk bangun, bangun dari kenyataan yang seperti mimpi baginya.

"Gak, itu bukan Jeno" ucap Jaemin dengan nada bergetar, bahkan hampir tidak terdengar.

"Na . . ." Suara Haechan turut bergetar menahan tangis.

"Gak Chan, itu bukan Jeno . ." Jaemin terus menggumamkan kalimat itu, dia menolak bahwa tubuh orang yang terbaring di atas ranjang kamar mayat itu adalah kekasihnya.

"Nak . ." Winwin begitu terpukul melihat anaknya yang berusaha tegar, padahal sebenarnya Winwin tau kalau anaknya tidaklah sekuat itu. Jaemin sedang membohongi keadaannya dan tidak menerima kenyataan.

"B-b-bunda . . J-jeno . ." Jaemin menatap sang Ibu, mencoba mencari kekuatan di sana, mencoba mencari jalan keluar dari mimpinya, mungkin Ibu nya bisa membantunya untuk bangun.

Tapi nyatanya, tidak akan pernah ada jalan keluar dari sebuah kenyataan yang menyakitkan, semakin di cari, semakin tertutup pintu keluar itu. Jaemin sadar. Dia sadar kalau sekarang dirinya berada di alam nyata, dia tidak terjebak dalam mimpi.

"B-bubu . . B-bilang ke mereka semua . . K-kalau itu bukan Jeno!!" Pinta Jaemin mendekati tubuh Taeyong yang benar-benar lemah dalam pelukan Jaehyun.

Taeyong yang mendengar perkataan Jaemin semakin meraung, di peluknya tubuh bergetar Jaemin, namun Jaemin hanya diam. Dia melepas pelukan Taeyong dan memandang wajah sembab Taeyong.

"Gak Bubu, jangan nangis, Jeno baik-baik aja, sebentar lagi pulang" kata Jaemin membuat Taeyong merasa iba ketika melihat ke dalam mata Jaemin yang benar-benar tidak ada kerelaan untuk kenyataan yang menimpa nya.

"Jeno sudah pulang sayang . ." Ucap Winwin membawa tubuh ringkih sang anak ke dalam pelukannya.

"Jeno sudah pulang, ikhlaskan dia sayang, Bunda mohon" Winwin tidak lagi dapat menahan air mata yang sedari tadi tidak ingin dia tampakkan di hadapan sang anak. Namun pada akhirnya, seorang Ibu tentunya tidak akan pernah bisa melihat penderitaan anaknya.

"John, tolong kerahkan semua kekuasaan lo buat usut kasus kecelakaan anak gue!!" Pinta Jaehyun yang sama terlukanya dengan Taeyong. Beda nya, Jaehyun masih bisa mengendalikan diri agar tidak lemah. Jika dia lemah, siapa yang menjadi penguat istrinya.

Tanpa di minta oleh Jaehyun pun, Johnny sudah pasti akan mengurus kasus ini dengan segala kuasa di kepolisian yang dia punya. Johnny bersumpah akan menghancurkan orang yang sudah menbuat anggota keluarga Jung pergi dengan cara yang tragis.

"Gue pergi dulu Jae, kuatin diri lo. Istri dan anak-anak lo yang lain butuh lo sebagai pegangan" pinta Johnny, kemudian mengajak anak sulungnya, Hendery, dan juga Yuta untuk pergi ke kantor polisi.

✓ Karma Rasa Kurma (Markhyuck-Nomin 🔞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang