26

21.4K 1.3K 619
                                    

Mark sudah berusaha keras membujuk sang ibu agar tidak melanjutkan rencana untuk menikahkan dia dengan dua orang sekaligus. Namun gagal, Mark benar-benar tidak bisa membuat ibu nya membatalkan keinginan itu.

Di satu sisi, Mark paham dan mengerti sekali kalau bayi dalam kandungan Jaemin sangat berarti untuk keluarga Jung, bahkan Mark tidak bisa memungkiri bahwa dia juga menginginkan bayi itu. Tapi tidak dengan cara dia yang harus menikah dengan Jaemin.

Mark tidak mencintai Jaemin, kalaupun dia memang harus menikah dengan Jaemin, Mark tidak bisa berjanji kalau Jaemin akan bahagia bersamanya. Karena yang di inginkan Mark cuma Haechan.

"Mark, tolong mengertilah. Bubu sudah kehilangan adikmu untuk selamanya, Bubu tidak ingin kembali kehilangan anak Jeno. Tolong, nikahi Jaemin" pinta Taeyong begitu frustasi karena anak sulungnya masih bersikeras menolak jalan ini.

"Aku tidak mencintai Jaemin, bagaimana aku bisa menikahi dia? Kami tidak akan pernah bahagia Bu"

"Tidak masalah soal cinta, kamu hanya perlu membuat Jaemin menjadi anggota keluarga Jung, tidak perlu mencintai dia kalau kamu memang tidak bisa"

Entah kenapa Taeyong benar-benar terlihat emosional jika sudah membahas masalah ini, dan kadang pemikiran Nyonya Jung itu seperti tertutup dan terkesan memerintah.

"Jadi yang Bubu inginkan cuma anak Nana?" Tanya Haechan yang sedari tadi diam memperhatikan perdebatan antara ibu dan anak di depannya.

"Bagaimana dengan kebahagiaan Nana? Bubu hanya mau anak itu kan? Bahkan Bubu tidak peduli kalau Nana tidak akan bahagia jika menikah dengan Kak Mark" lanjut Haechan.

Taeyong terdiam, ucapan Haechan adalah kebenaran. Yang di inginkan Taeyong hanyalah bayi itu, bukan Jaemin. Taeyong ingin cucu nya. Bukan calon menantu nya. Taeyong merasa bersalah. Tapi dia tidak punya cara lain, anak yang di kandung Jaemin tidak boleh menjadi hak milik orang lain, hanya keluarga Jung yang berhak.

"Kamu benar Haechan, yang Bubu inginkan adalah bayi itu" gumam Taeyong, pandangannya kosong menerawang ke depan, seolah telah melakukan kesalahan besar, namun Taeyong menolak untuk menyadarinya.

"Mengalah lah Haechan, ini hanya sebentar. Biarkan Mark menikahi Jaemin, hanya sampai bayi itu lahir, kamu tidak perlu berpoligami jika keluargamu tidak mengizinkan, tapi tunggulah sampai bayi Jaemin lahir dan setelah itu Bubu akan meminta mereka untuk berpisah. Kamu bisa menikah dengan Mark" kata Taeyong kepada Haechan yang memandangnya dengan tatapan kecewa, sangat kecewa.

"J-jadi . . Kebahagiaan Nana tidak di pikirkan dalam keputusan ini?" Tanya Haechan.

"Nana adalah ibu dari bayi yang di kandungnya, dan Bubu mau mengambil bayi itu lalu menjauhkannya dari Nana? Bubu tolong sadar, Nana adalah ibu nya, dia lebih berhak untuk bayi itu, bukan Bubu. Perasaannya juga akan hancur kalau Bubu melakukan itu" lanjut Haechan.

"Setidaknya tidak sehancur perasaanku yang tidak bisa lagi bertemu dengan anakku, Jaemin masih bisa melihat anaknya, sedangkan aku? Anakku sudah tiada, dan hanya bayi itu yang dia tinggalkan" kata Taeyong dengan datar.

Haechan sekarang sadar kalau Taeyong hanya terobsesi dengan anak Jeno yang berada dalam kandungan Jaemin. Namun Haechan tidak bisa meletakkan kesalahan sepenuhnya kepada Taeyong karena keegoisan calon mertua nya itu.

Andai Haechan yang berada dalam posisi Taeyong, kehilangan anak yang disayanginya, dan diberikan kenangan seorang cucu yang bahkan belum lahir, mungkin Haechan juga akan melakukan hal yang sama, namun semua ini sudah keterlaluan, Haechan tidak bisa jika sahabatnya harus di permainkan.

Rasa sakit Jaemin juga tidak kalah dari Taeyong, setelah dia kehilangan Jeno yang sangat mencintainya, sekarang Taeyong malah mau merebut anak dikandungannya. Padahal anak itu satu-satunya kenangan yang ditinggalkan Jeno untuknya.

✓ Karma Rasa Kurma (Markhyuck-Nomin 🔞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang