Chapter 10 : Azura dan Perasaan

564 49 5
                                    

TERKADANG manusia memang lebih ingin menjaga perasaan orang lain dari pada dirinya sendiri. Rasa lelah karena berpikir pada hal yang tidak biasa ia kerjakan ditambah niat hati ingin segera pulang menjadi urung saat Azura sudah menunggunya. Razka tidak setega itu untuk tidak menyanggupi apa yang Azura inginkan.

Akhirnya, sore ini mereka berdua memutuskan untuk mampir disalah satu Café minimalis yang paling dekat dengan sekolah. Razka memilih tempat ini karena sudah tidak tahan dengan keadaan perutnya yang terasa sangat kosong. Istirahat tadi Razka tidak sempat makan karena terhalang oleh kejadian Ramesha di kantin. Sedangkan, Azura yang mengikutinya hanya menampilkan wajah sedikit cemberut.

"Kamu tau, kan, aku gak suka sama Café ini." Belum sampai Razka memesan, suara Azura sudah terdengar kesal. Razka tahu tentang hal itu, tapi keadaan memaksanya untuk berhenti di Café ini.

"Kenapa gak suka? Tempatnya nyaman, harganya juga pas buat anak sekolah." Razka menjawab dengan biasa saja. Pemuda itu tidak menampilkan raut serta nada yang menggambarnya bahwa dirinya tersinggung dengan ucapan Azura. Meskipun sebenarnya, Razka sedikit tersinggung.

"Ini bukan tempat biasa aku makan,"

"Selagi masih bisa di makan, halal, dan terjamin kebersihannya, kenapa harus stuck di satu tempat? Makanannya emang enggak sama, tapi coba kamu pesan dulu. Pasti suka," balas Razka, lembut.

Azura, gadis itu hanya bisa menampilkan raut sedikit cemberut. Menatap buku menu yang berada di atas meja, Azura lantas memesan minuman yang sekiranya ia ingin coba.

"Mau makan?" tanya Razka. Membuat Azura menggeleng.

"Aku mau makan disini," kata Razka, sembari menuliskan pesanan mereka pada secarik kertas yang sudah di siapkan oleh para pegawai Café.

"Tapi-"

"Aku lapar, Ra. Kamu mau ketemu aku, kan? Ini kita udah ketemu." Razka langsung memotong ucapan Azura. Pemuda itu tersenyum dan segera bangkit menuju kasir untuk membayar. Razka berharap Azura akan lebih banyak diam hari ini, ia benar-benar lelah apalagi menghadapi tingkah Azura yang seperti ini.

Sebisa mungkin, Razka berusaha untuk menjaga perasaan Azura karena dia adalah perempuan. Tapi, Razka tahu ini keliru, karena apa bedanya Azura dengan Rameesha, mereka sama-sama perempuan. Namun, Razka tidak melakukan hal yang sama pada Rameesha. Sepertinya, alasan utama menjaga perasaan pada Azura bukan karena sebagai perempuan. Tapi, karena sebagai seseorang yang pernah ia sukai, dulu.

Kembali duduk dihadapan Azura setelah membayar, Razka sedikit mengalihkan pandang saat Azura masih memakai seragam pendek yang ia pakai.

"Kamu gak kangen aku, Ka?" tanya Azura, memulai obrolan. Gadis itu menatap lekat Razka yang sekarang tidak menatap matanya sama sekali.

"Kamu bukannya sibuk, ya?" tanya Razka balik.

"Memang kalau aku sibuk gak pantes kamu kangenin?"

Hobi banget membalikkan pertanyaan.

Rasanya, kini ucapan Sheila menjadi atensi Razka. Ternyata, Razka menyadari jika mereka berdua menjadi gambaran dari kalimat itu. Mereka seolah kehilangan jawaban yang pasti dan hanya mampu membalikkan ucapan-ucapan yang sebenarnya berada pada dirinya sendiri.

"I just don't want to be trapped by my own feelings. Bukannya kamu juga enggak ingat aku sama sekali?" tanya balik Razka. Obrolan mereka terhenti saat salah satu pegawai Café mengantar pesanan. Namun, setelah pesanan mereka tersimpan rapi, Azura kembali menatap Razka.

"Kalau aku gak ingat kamu, mana mungkin aku sekarang disini," ucap Azura. Beberapa minggu kemarin memang Azura pakai untuk berlibur, pun Azura pakai untuk mengurus seminar yang akan terselenggara. Namun, hari ini, Azura teringat akan Razka yang sudah lama tidak ia kabari.

SHEIRAZ PLAN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang