Chapter 29 : Act Of Service

460 51 3
                                    

SELAIN intuitif, perempuan seringkali terkenal dengan perasaan yang dominan. Katanya, sebutan lebay kerap kali menghiasi balasan orang-orang ketika melihat sesuatu yang berlebihan. Padahal, jika kita belajar mengenai perbedaan tersebut, niscaya kita akan sadar mengapa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan kadar berbeda.

Perempuan yang senang mengasuh, dan laki-laki yang senang berburu. Tidak ada satu pun yang Allah ciptakan tidak bermanfaat untuk yang lain, semuanya pasti ada tujuan jika kita mampu menyadarinya, mau mensyukurinya dan ridho dengan segala yang telah kita terima.

Intinya, kita harus Mampu, Mau, dan Ridho.

Karena hari ini mata pelajaran Keuangan, kesabaran anak kelas Manajemen yang setipis tisu itu terkuras habis. Belum lagi, tugas yang mereka terima harus selesai sebelum bel istirahat Sholat berbunyi. Membuat kelas itu berisik dengan kaum hawa yang mondar-mandir bertanya ke sana-kemari.

Seperti Sheila, gadis itu kini mengedarkan pandangan ke semua meja untuk mencari Correction Fluid miliknya. Namun, Sheila hanya mampu menghela napas saat tidak menemukan Correction Fluid tersebut. Padahal, semua murid Manajemen diwajibkan untuk membawa peralatan sendiri. Emang dasarnya satu untuk semua, mereka seringkali mengambil tanpa izin.

"Ches, minta tip-x-mu, ya." Sheila segera mengambil Correction Fluid yang berada di meja milik Chessy.

"Punya gue lagi dipake anak cowok, itu pake ajalah," balas Chessy, gadis itu sibuk memasukkan semua laporan kas kecil pada map. "Untung gurunya lagi keluar, kalau beliau dengar lo sebut tip-x, nilai lo minus itu."

Inilah Manajemen, dalam menyebutkan barang kantor pun harus sesuai dan benar. Karena satu pengucapan salah, nilai akan minus dengan ceramah panjang lebar.

Menghapus huruf yang salah pada tugasnya dengan rapi, Sheila mengucap syukur saat tugasnya telah selesai. Kemudian, gadis itu menidurkan kepala pada meja, langsung memejamkan mata karena rasa pusing menyerangnya sedari tadi. Belum lagi, perutnya terasa sangat sakit.

Menutup wajah menggunakan telapak tangan, Sheila memutuskan untuk tertidur sebentar. Bahkan, tidur ini berlangsung hingga suara murid kembali terdengar. Ternyata, Sheila berhasil tidur sampai jam istirahat Sholat selesai, hari ini ia memang tengah berhalangan.

Memegang kepalanya yang terasa semakin pening, Sheila memutuskan untuk bangkit sembari membawa jas. Gadis itu keluar kelas untuk menuju UKS. Namun, baru saja akan berbelok setelah melewati tangga, Sheila hampir menabrak dada bidang seseorang jikalau saja Sheila tidak menahan tubuhnya sendiri.

"Sheila, kenapa?" Abhizar bertanya langsung, raut wajahnya menatap Sheila khawatir. Tanpa sengaja, tangannya langsung menahan bahu Sheila saat gadis itu tiba-tiba memejamkan mata.

Berusaha untuk menatap Abhizar tanpa bayangan, Sheila tidak lagi bisa menahan pijak kakinya saat semuanya terlihat gelap.

_________

SETELAH beberapa jam menatap komputer yang berada dihadapannya, Razka menghela napas saat pembelajaran kali ini terasa sangat lama. Raga yang berada di dalam Lab, namun dengan pikiran yang berorientasi pada satu gadis. Kali ini, Razka langsung memutuskan untuk keluar Lab paling pertama sembari menyabotase pintu masuk Lab, membuat teman-temannya berseru kesal.

Segera berlari menuju UKS, Razka menghentikan langkah saat akan membuka pintu yang tertutup itu. Pelan namun pasti, Razka kembali melepas pegangan tangan pada knop pintu, untuk apa Razka melakukan ini jika hanya akan menambah rasa itu semakin besar? Sial, informasi yang ia terima setelah Sholat tadi membuatnya sangat ketar-ketir sendiri.

Termenung tanpa melakukan apa pun, Razka tersentak saat pintu itu tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok gadis yang sama-sama terkejut saat mata mereka bertubrukan.

SHEIRAZ PLAN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang