Chapter 43 : Bertemu Dalam Duka

469 49 5
                                    

•••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••••

BENAR apa yang Rameesha katakan, Razka bahkan tidak lagi melihat Sheila di sekolah. Padahal, lusa adalah acara kelulusan dan perpisahan. Mencari tahu pada Chessy, namun gadis itu menjawab persis seperti yang adiknya katakan, jika Sheila sudah berada di Bandung.

Menatap satu instastory yang ia tunggu-tunggu, Razka termenung melihat gambar yang menampilkan separuh wajah Sheila yang berada disalah satu tempat. Bukan hanya itu, Razka melihat jika Sheila menandatangani kertas yang entah apa, gadis itu memotretnnya dengan tidak jelas.

Sheila memang tidak pernah menampilkan penuh wajahnya di media sosial.

Sungguh, Razka merasa sedikit kehilangan pada apa yang tidak ia miliki. Ada satu celah yang membuat Razka merasa ingin bertemu, padahal sejak dua bulan lalu ia sendiri yang menghindar untuk tidak selalu bertemu.

"Ini jas yang harus lo pakai lusa."

Mendongak sembari mematikan ponsel, Razka bangkit dan menerima jas yang Bagas berikan. Pemuda itu terpaksa menjadi pasangan jurusan Manajemen bersama Azura tahun ini, nantinya ia mewakilkan kesan dan pesan yang harus ia ucapkan di depan seluruh orang tua, para tamu undangan dan teman angkatan. Razka bahkan baru sempat mengambil jas yang sudah pihak sekolah sediakan hari ini.

Menyimpan kotak besar yang Bagas bawa, Razka hanya melihatnya sebentar.

"Gue kemarin ketemu sama ketua Komunitas Hijrah yang pernah lo bilang, and see, gue sekarang sudah masuk grupnya," ucap Daffin, memperlihatkan ponselnya yang menampilkan beberapa pesan.

"Syukurlah, Alhamdulilah. Kita bisa barengan kalau ada acara," sahut Razka.

"Komunitas apa?" tanya Razi, yang sedari tadi sibuk pada layar laptop.

"Yang mau kuliah di luar negeri gak diajak," ucap Bagas, mengejek. Membuat Razka dan Daffin tertawa.

Satu informasi tentang Razi, pemuda yang sempat bingung akan melanjutkan pendidikan akhirnya mengikuti seleksi di salah satu perguruan tinggi Indonesia. Namun, nyatanya, Razi tidak lulus seleksi. Pemuda itu malah lulus seleksi pada Universitas yang berada di luar negeri, Inggris tepatnya.

"Gue tunggu S2 kalian di sana, gue yakin kalian nyusul gue," sahut Razi, tersenyum sinis.

Daffin mengangguk, tertawa pelan. "Aamiin."

Tak membalas ucapan temannya, Razka membuka ponsel saat dering telepon terdengar. Pemuda itu segera menerima sambungan telepon ketika melihat nama Pak Erfan yang tertera.

"Assalamualaikum, ada apa, Pak?"

"Waalaikumsalam, Razka. Kamu masih di sekolah?"

"Iya, kenapa?" tanya Razka lagi, sedikit mengernyit mendengar suara Pak Erfan yang tak seperti biasanya.

SHEIRAZ PLAN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang