"Jika orang lain menganggap lelaki keren yaitu lelaki dengan suara indah saat menyanyi, maka gue akan membuktikan jika gue pun keren saat Adzan."
- Atharazka Rayyan Ahza -
INI TERLALU mendadak, karena jadwal Adzan hari ini memperlihatkan nama kelasnya, mau tak mau Razkalah yang melantunkan Adzan pada waktu Dzuhur. Sebenarnya jadwal ini tidak bersifat mutlak, karena siapa pun boleh Adzan. Namun, karena yang Adzan itu-itu saja, Rohis memilih menerapkan jadwal agar semuanya terbagi rata.
Karena, seringkali mereka hanya bisa saling mendorong orang lain untuk Adzan dibanding mendorong dirinya sendiri untuk melakukan itu.
Tapi, Razka memilih untuk berbeda. Jika orang lain menganggap lelaki keren yaitu lelaki dengan suara indah saat menyanyi, maka Razka akan membuktikan jika ia pun keren saat Adzan.
"Tunjukkan bakatmu," bisik Bagas.
"Santai, bro, santai." Daffin memijit pundak Razka, membuat Razka meringis nyeri karena pijatannya terlalu keras. Terkadang, mereka terlalu hiperbola.
"Yang bagus, jangan malu-maluin Babeh Ahza," ucap Razi, mengundang dengusan keras.
Segera bangkit saat waktu Adzan telah tiba, Razka berjalan menuju tempatnya. Pemuda itu berusaha untuk tenang dan tak lupa berdoa sebelum mengumandangkan Adzan untuk pertama kali.
"Allahuakbar, Allahuakbar."
Sedangkan, dari arah shaf perempuan. Dua gadis yang sudah siap dengan mukena itu mengintip dari celah tirai penghalang. Gara-gara jadwal kelasnya, mereka berbondong-bondong untuk melihat siapa yang mempunyai suara indah Adzan hari ini.
"Gak kelihatan buset!" Renjani menarik mukenanya yang tertekan oleh tangan Chessy. "Minggir, kek, Ches!"
"Tapi suaranya bagus banget," ucap Chessy, gadis itu tetap berusaha untuk melihat siapa yang Adzan walau hanya mengintip dari celah tirai, tak mengindahkan Renjani yang kesal.
Sesaat kembali mengintip, Renjani menajamkan pandangan.
"Itu ..., woi! Itu Razka!" Renjani menarik mukena Sheila, membuat gadis yang sedari tadi tidak ikut serta terpaksa merundukkan tubuh. Dengan segera, Sheila menutup mulut Renjani agar tidak terlalu keras bersuara.
"MasyaAllah." Chessy bergumam, lantas menatap ke arah Sheila.
"Kalian kenapa, sih, setiap bahas Razka selalu liatin saya?" tanya Sheila, sensi. Ia sedikit terganggu dengan teman-temannya yang selalu menggoda mereka berdua setelah kejadian dihukum bersama.
"Kita itu sedang mencocoklogikan aja," sahut Renjani, terkekeh.
Mendengus mendengarnya, Sheila segera menyuruh mereka berhenti melakukan itu ketika medengar Adzan akan selesai. Akibat tingkat penasaran mereka yang terlampau tinggi, Renjani dan Chessy memilih untuk mengintip seperti ini.
Dan hasil akhir terjawab, yang mengumandangkan Adzan hari ini adalah Atharazka Rayyan Ahza, sang ketua kelas mereka. Sepertinya, ini memang akan menjadi topik utama di kelas sepulang Sholat. Karena bagaimana pun, Razka tidak pernah melakukan ini sebelumnya.
Menyenderkan punggung dan berusaha meresapi suara itu, Sheila terdiam. Jika boleh jujur, benar apa kata Chessy. Suara Adzan dan mengaji Razka, sangat indah.
_________
KARENA jam pelajaran kali ini hanya mengulang tugas yang sudah ia kerjakan, Bagas beserta teman-temannya memilih untuk berdiam diri di kantin. Tak lupa, ketiga pemuda itu membeli dulu Cilok Pak Budi yang terletak di belakang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEIRAZ PLAN ✓
Fiksi Remaja"Tidak ada jatuh cinta yang lebih baik dari pada menjemputnya dengan cara yang baik." Atharazka Rayyan Ahza, sejak pertama kali memasuki Manajemen, atensinya sudah mengarah pada salah satu gadis yang sangat berbeda dengan gadis yang selama ini ia te...