SATU hari kemarin berhasil tidak tidur. Sepulang dari supemarket yang mempertemukannya dengan Sheila, Razka tidak bisa lagi menghindar dari segala bayangan tentang gadis itu. Banyak pertanyaan yang muncul dalam kepala Razka, mengapa gadis itu bisa seramah dan sebawel kemarin. Karena, hal yang Sheila lakukan seolah menarik perhatian.
Satu yang Razka pikirkan, atas dasar apa gadis itu berubah seperti bukan Sheila yang Razka kenal. Baru kali ini Razka memikirkan seseorang hingga membuatnya tidak tidur semalaman.
Memejamkan mata karena rasa kantuk yang menyerang, Razka menyimpan lengan kiri di atas dahi. Memilih berangkat sangat pagi akhirnya membuat Razka memutuskan untuk tidur sebelum bel masuk berbunyi, keadaan sekolah masih sepi, apalagi kelasnya masih kosong saat ia datang.
Entah berapa lama Razka berhasil terbawa ke alam bawah sadar. Pemuda itu harus tersentak dari tidur saat mendengar teriakan seorang gadis. Teriakan yang menggema membuat Razka langsung bangkit dari posisi tidur, dan itu berdampak pada punggungnya yang kini terasa sangat sakit.
Menatap tajam gadis yang menatapnya dengan sorot kaget, Razka berdecak saat melihat buku-buku berceceran tepat di bawah kaki gadis itu.
"Apa?" tanya Razka, kesal. Sudah tahu ia tidak bisa tidur karenanya, sekarang malah hadir diwaktu yang Razka gunakan untuk beristirahat. Rasanya, Razka ingin memberitahu Sheila jika kehadirannya membuat kejadian kemarin kembali terlintas.
"Cu-ma kaget," balas Sheila. Wajahnya benar-benar pucat sebelum berjongkok untuk mengambil buku-buku yang sepertinya sempat ingin ia masukan ke dalam loker.
Tidak membalas apapun lagi, Razka menatap pergerakan Sheila hingga gadis itu selesai menutup pintu lokar. Sheila terlihat menata buku tersebut dengan tenang. Lantas, gadis itu sedikit meliriknya sebelum kembali berjalan ke arah tempat duduknya.
"Sheila Rumaisha Safira,"
Dengan suara lembut, Razka memanggil. Pemuda itu bisa melihat Sheila yang kini kembali menoleh dengan raut jutek andalannya.
"Hm?"
Sial, kenapa suara Sheila terdengar sangat tenang bagi Razka? Pemuda itu hanya mampu menghela napas saat keberaniannya kembali menciut untuk menanyakan sesuatu.
Segera bangkit dari tidurnya, Razka menatap Sheila. "Enggak jadi," balasnya, langsung melangkahkan kaki menuju luar.
Sedangkan, mendapat balasan seperti itu, Sheila hanya mampu mendengus. Gadis itu lantas berjalan menuju pojok ruangan kelas, berangkat pagi menjadi pilihan Sheila untuk piket karena kemarin tidak sempat piket saat pulang.
__________
"Mohon maaf, Pak. Jas saya ketinggalan,"
BARU kali ini Chessy mendengar alasan bohong dari Sheila. Gadis itu berbicara sembari berdiri karena tidak memakai almamater dengan lengkap. Jam pelajaran pertama yang diisi dengan guru super displin, Pak Damar, guru yang masih terlihat segar itu menatap tajam.
"Silahkan keluar kelas, kamu belajar mandiri hari ini,"
Menunduk dan segera mengambil buku-bukunya, Sheila melirik Chessy saat gadis itu menatapnya dengan sorot khawatir.
Sheila sudah menyangka akan terjadi hal demikian, Pak Damar adalah guru yang tidak bisa toleransi pada murid yang tidak menaati aturan. Seperti apa yang Sheila lakukan, ia tidak memakai jas almamater yang sebenarnya wajib dipakai setiap hari. Jas itu belum ia ambil dari Rameesha, Sheila hanya punya satu jas untuk tahun ketiga ini.
"Saya keluar, jangan lupa nanti jelaskan materi hari ini ke saya," bisik Sheila, membuat Chessy mengangguk.
Berjalan ke arah depan dengan memeluk buku yang ia bawa, Sheila berpamitan pada Pak Damar sebelum benar-benar keluar kelas. Namun, baru saja akan menarik pintu kelas, pintu tersebut sudah terdorong membuat Sheila langsung memundurkan langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEIRAZ PLAN ✓
Teen Fiction"Tidak ada jatuh cinta yang lebih baik dari pada menjemputnya dengan cara yang baik." Atharazka Rayyan Ahza, sejak pertama kali memasuki Manajemen, atensinya sudah mengarah pada salah satu gadis yang sangat berbeda dengan gadis yang selama ini ia te...