Chapter 33 : Islam Agama Sempurna

477 50 3
                                    

Atharazka Rayyan:

Assalamualaikum, Shei. Ini gue Rameesha.
Gue mau ngucapin terima kasih banyak atas bantuan lo kemarin, maaf kemarin gue gak tau saat lo pulang. Sebagai gantinya, lo gak boleh nolak untuk gue traktir nanti, haha.
Btw, gue izin minta nomor ponsel lo nanti ke Razka.

Waalaikumsalam, Sha. Bukan masalah besar.
Saya senang membantu kamu, silahkan ambil nomor saya di Razka, ya.

BUTUH waktu dua jam untuk Sheila membalas, ia terlalu memikirkan kalimat apa yang pantas untuk menjawab. Setelah selesai mengumpulkan tugas dan Sholat Dzuhur, Sheila memutuskan untuk berdiam diri di koridor lantai dasar karena saat ini seluruh murid tengah menonton pertandingan Basket di lapangan indoor.

Mengetuk-ngetuk sepatunya ke lantai seorang diri, Sheila sebenarnya tengah menunggu Chessy dan Renjani yang masih berada di kantin untuk membeli minuman. Mereka akan pergi menuju lapangan indoor setelah ini.

"Sheila!"

Sheila menoleh, gadis itu tersenyum tipis melihat Abhizar yang kini mendekat.

"Gimana keadaan kamu sekarang?" tanya Abhizar, menatap Sheila walau tidak pada matanya.

Sheila mengangguk. "Alhamdulilah, untuk kejadian kemarin saya sangat berterima kasih karena kamu sudah membantu. Sebenarnya ini sangat memalukan, tapi saya meminta maaf karena merepotkan kamu," ucap Sheila, menunduk. Bahkan, Sheila baru ingat jika ia belum meminta maaf dan berterima kasih setelah hari di mana ia pingsan.

"It's okay, saya khawatir dengan kamu. Syukurlah jika sekarang kamu lebih baik." Abhizar menghela napas lega, tersenyum. "Oh, ya. Saya pesan donat kelompok kamu ke Razka kemarin, good luck untuk produknya!"

"Oh, ya? Terima kasih banyak." Sheila tersenyum simpul. Untuk pemasaran memang Razka yang menghadle semua, Sheila bahkan tidak tahu nama-nama pemesan yang sudah masuk.

Bukan tanpa alasan jika Razka yang mereka pilih untuk membagikan poster produknya. Karena SMK Doa memiliki banyak murid dengan jurusan yang berbeda, dan diantara mereka Razka dan Bagas lah yang memiliki banyak relasi di media sosial, bahkan di sekolah pun mereka sangat terkenal.

Abhizar mengangguk. "Semangat hari minggu."

Sheila mengernyit. "Kamu ikut hari minggu, kan?" tanyanya.

"Belum tahu," jawab Abhizar. "Kemarin sempat bertukar posisi dengan Razka. Tapi, nanti kita bahas dengan Pak Gino dan Pak Raffa."

Mendengarnya, Sheila terdiam. Gadis itu memilih mengangguk saat mengetahui jika Razka bertukar posisi dengan Abhizar.

"SHEILAAAA!!!"

Teriakan yang terdengar dari ujung koridor membuat Sheila dan Abhizar menoleh. Sheila sedikit menggeleng saat Chessy menampilkan senyum tak jelas ke arah mereka berdua.

"Maaf, ya, Bhizar. Saya harus ke lapangan. Saya duluan." Sheila merunduk sopan.

Abhizar mengangguk. "Jangan sakit lagi, Sheila." katanya, membuat Sheila tersenyum tipis.

"Buset-buset ngobrol sama Abhizar." Chessy sontak menggoda dengan cara tak santai. Sedangkan, Renjani hanya tersenyum. Kedua gadis itu menghimpit Sheila yang kini mencoba untuk tidak memikirkan ucapan yang ia dapatkan dari Abhizar.

"Gak sengaja ngobrol, saya belum sempat berterima kasih kemarin," jawab Sheila.

"Yang gendong lo itu?" tanya Renjani polos, lalu tersenyum. "Baik banget, ya, dia."

Sheila menggeleng. "Malu tahu, jangan dibahas." katanya, membuat Chessy tertawa. Lalu, kembali menoleh ke belakang. Memastikan jika Abhizar sudah pergi atau belum. Namun, ternyata Abhizar sudah berjalan ke arah yang berbeda.

SHEIRAZ PLAN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang