HARI MINGGU ini terasa berbeda bagi Razka, rumah yang biasanya hanya ada keheningan kini mendadak terdengar suara tawa seorang gadis dan pria yang menggema hingga lantai atas. Sontak, Razka yang awalnya akan berangkat menuju Café yang menjadi tempat nongkrongnya memilih untuk melihat keadaan lapangan khusus yang terletak di belakang rumah.
Sedikit termenung melihat Rameesha yang tengah bermain badminton dengan Ahza, Razka memilih untuk mendekat ke arah lapangan saat Ahza tidak sengaja menemukan keberadaannya. Pria yang selalu ia sebut Papa itu tersenyum sembari mengangkat tangan.
"Papa nyerah, deh."
"Yah, gak seru," ucap Rameesha mengejek, lalu tersenyum. "Aku ambil minum dulu buat Papa," sambungnya. Membalikkan badan sembari menyimpan raket, Rameesha sedikit tersentak saat melihat Razka yang sudah duduk anteng di teras belakang rumah.
Meskipun Razka hanya menatapnya sekilas, Rameesha memutuskan untuk segera memasuki rumah. Sedangkan, Razka menatap Ahza yang sekarang berjalan mendekat.
"Tumben belum keluar," ucap Ahza, lalu duduk di samping sang putra. Napas pria itu sedikit terengah.
"Ini baru mau," balas Razka singkat.
Menatap sekilas wajah Razka yang datar saat mengatakan itu, Ahza tertawa pelan. "Sudah lihat penampilan baru adikmu? Dia sangat cantik dengan hijab," ucap Ahza, mulai mengambil topik.
Bahkan, sampai saat ini, Razka tidak memberikan komentar atau pertanyaan apa pun pada Rameesha tentang penampilan barunya. Ada rasa tenang yang tidak bisa Razka jelaskan mengenai Rameesha yang sekarang, gadis itu memang sudah sedikit berbeda dan jarang beradu argumen dengannya.
Razka tentu tidak akan menghalangi jalan baik yang Rameesha tempuh. Namun, Razka sedikit terusik saat Rameesha tidak lagi bertanya padanya, tidak lagi mencari masalah dengannya, bahkan tidak lagi melakukan hal yang dulu sering gadis itu lakukan. Seperti nongkrong hingga larut malam yang membuat Razka kena semprot oleh Ahza.
"Papa kaget pas dia datang ke kantor hanya untuk memperlihatkan penampilan barunya. Dia bahkan tertidur saat itu karena harus menunggu Papa selesai meeting," ucap Ahza lagi, meluruskan kaki.
"Papa tidak tahu mengapa adikmu bisa drastis merubah semua, yang pasti Papa salut sama semangat dia. Kamu tahu? tadi dia ikut kajian subuh di Masjid komplek sama Papa," sambung Ahza. Lalu tertawa pelan. "Meskipun dia ngantuk, katanya pengen terbiasa Sholat Subuh."
"Dia ke kantor Papa cuma mau itu?" tanya Razka, menoleh.
Ahza mengangguk. "Dia bilang, kalau minta pendapat kamu, dia enggak yakin sama komentarnya," balas Ahza, membuat Razka menghembuskan napas.
Satu hal yang Razka ketahui, Rameesha dan dirinya adalah dua manusia yang tidak terbiasa melakukan ibadah tepat waktu. Boro-boro tepat waktu, terkadang dulu Razka sering meninggalkan ibadah yang menjadi tiang agama. Namun, itu semua berubah, Razka kini sudah mulai berubah walau masih berjalan setengah.
"Kalau tidak coba kenapa harus menyimpulkan hasilnya," balas Razka, mendelik.
"Namanya juga perempuan, Ka," sahut Ahza. Pria itu kemudian menghadap putranya sempurna. "Mana berani dia kalau kamu terus melotot kayak gitu, lagi pula Rameesha katanya lagi gak mau debat sama kamu. Dia lagi sibuk belajar untuk tes perguruan,"
Mengalihkan pandang dengan malas, Razka tidak lagi memberikan balasan. Pemuda itu memilih diam saat Rameesha kembali dengan minuman yang gadis itu berikan untuk Ahza.
"Terima kasih, putri Papa." Ahza tersenyum.
"Aku ke kamar dulu, Pa," ucap Rameesha langsung pergi. Membuat Razka sedikit menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEIRAZ PLAN ✓
Novela Juvenil"Tidak ada jatuh cinta yang lebih baik dari pada menjemputnya dengan cara yang baik." Atharazka Rayyan Ahza, sejak pertama kali memasuki Manajemen, atensinya sudah mengarah pada salah satu gadis yang sangat berbeda dengan gadis yang selama ini ia te...