***
Happy Reading🕊
***"Umma." Panggil Zeera sambil menuruni anak tangga.
"Iya, Zee." Sahut Umma Ghina.
Zeera tersenyum ketika mendapati keberadaan Umma Ghina ada di ruang keluarga.
Zeera langsung duduk di samping Umma Ghina, "besok Zeera ijin pergi ya."
"Pergi kemana?" tanya Umma Ghina.
Zeera menegapkan tubuh nya, "ke acara nikahan temen pondok Zeera dulu, Umma."
"Mau pergi sama siapa? Mas mu atau Abba?"
"Sama mas Ithar, tadi pagi Zeera udah bilang minta anterin sekaligus nemenin besok."
"Beneran sama mas mu?" Tanya Umma Ghina serius.
"Iya Umma, emang kenapa?" Zeera tanya balik.
"Loh, mas mu kan lagi sakit."
"Besok kayaknya sembuh deh Umma." Harapan Zeera.
"Aamiin."
"Aamiin, Umma kasih ijin gak?" Tanya Zeera memastikan.
"Umma kasih ijin kalau mas mu sudah sembuh."
Setelah percakapan meminta ijin pada Umma Ghina, Zeera menemani Umma Ghina di ruang keluarga dan mengobrol-obrol kecil.
"Zeera." Panggil Ithar dari lantai atas.
Zeera dan Umma Ghina yang mendengar suara Ithar saling tatap.
"Dipanggil mas mu tuh. Samperin sana."
"Iya, Umma." Zeera menghampiri Ithar di lantai atas. Tetapi, saat ingin ke lantai atas ternyata Ithar lebih dulu ke bawah untuk mencari Zeera.
"Baru mau Zeera samperin mas Ithar." Imbuh Zeera ketika Ithar sudah di depan nya.
"Besok mau berangkat jam berapa?" Tanya Ithar saat sudah menuruni anak tangga sampai lantai dasar.
"Jam 9 akad nya di mulai, berarti kita setengah sembilan berangkat mas."
"Oh iya, Zeera udah ijin ke Umma." Ujar Zeera.
"Di kasih ijin apa nggak?" Tanya Ithar.
"Umma bilang kalau mas udah sembuh, Umma kasih ijin."
Ithar mengusap-usap pucuk kepala Zeera yang terbalut bergo, "mas udah sehatan kok, tenang aja."
"Alhamdulillah."
🕊🕊
"Kalian ini, Umma pusing lihat nya. Abaya sama Jubah kalian bukan nya sudah di setrika semalam? Sudah kalian siapin juga. Lalu kalian taruh di..."
Ithar dan Zeera saling pandang, lalu, "di ruang setrika." Ucap keduanya barengan, detik itu juga mereka buru-buru bergegas ke ruang setrika, dimana pakaian yang ingin mereka kenakan ada disana.
"Afwan Umma, Ithar sama Zeera udah motong ucapan Umma," ujar Ithar terkekeh sebelum akhirnya berlalu, Umma Ghina hanya bisa geleng-geleng dengan tingkah kedua anak nya.
"Umma kita berangkat." Ucap Ithar yang sudah siap pergi ke acara pernikahan teman nya Zeera, kedua nya menyalami tangan Umma Ghina secara bergantian.
"Assalamualaikum." Pamit mereka.
"Waalaikumusalam." Jawab Umma Ghina.
Umma Ghina mengantar Zeera dan Ithar sampai pagar depan rumah, "hati-hati bawa mobil nya, ya, mas Ithar. Jangan ngebut-ngebut." Tambah Umma Ghina berpesan seraya menepuk pundak anak sulung nya itu.
"Tenang Umma, in syaa allah sama mas Ithar aku aman." Sahut Zeera sampai benar-benar dirinya dan Ithar berlalu.
🕊🕊
Mereka sudah sampai di tempat tujuan yaitu acara pernikahan teman Zeera, Alya. Dengan calon suami mempelai wanita, Zidan Prasetya.
Sudah cukup lama menunggu, kini bagian dari acara inti yaitu akad nikah akan segera di mulai. Acara inti yang sudah di nantikan oleh semua oara tamu undangan, terutama kedua mempelai.
Alya, mempelai wanita itu yang semula nya ada di dalam kamar, akhirnya keluar juga. Dan ia duduk di sebelah pria bernama Zidan yang sebentar lagi akan sah menjadi suami nya, baik di mata agama maupun negara.
"Ma syaa allah cantik nya, kamu Al." kagum Zeera kala melihat teman atau bisa dibilang sahabat nya, memakai dress panjang putih berhias pernak pernik, dipadukan dengan hijab pashmina putih, serta mahkota berwarna perak semakin membuat pengantin wanita bertambah elegant.
"Mas Ithar coba lihat deh." Suruh Zeera pada Ithar untuk melihat kecantikan Alya, namun ucapan Zeera sama sekali tidak ditanggapi oleh Ithar, Ithar memilih menatap kaki nya yang terbalut sepatu.
"Zeera." Ingat Ithar.
"Astagfirullahaladzim Zeera lupa, jaga pandangan ya."
Di satu sisi mempelai pria segera menjabat tangan ayah dari mempelai wanita, "sudah siap?" Tanya ayah dari mempelai wanita itu.
Zidan mengangguk mantap dan penuh semangat, "siap, Pak!"
"Bissmillahirahmanirrahim, Saya nikah kan dan saya kawin kan engkau ananda Zidan Prasetya bin Rusdi Prasetya dengan anak kandung saya yang bernama Alya Yaseera dengan mas kawin nya berupa uang tunai sejumlah 100 juta rupiah, dibayar tunai." Kalimat panjang yang sakral itu berhasil diucapkan oleh sang ayah dari mempelai wanita.
"Saya terima..."
"Berhenti!!" suara teriakan dari seseorang mampu membuat semua nya terdiam dan terpaksa berhenti.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis takdir Rayaa
Teen Fiction"Takdir Allah itu penuh misteri, buktinya saya bertemu dengan seorang gadis yang ternyata teman dari adik saya sendiri." Ithar Jiyaad * * Berniat hanya hadir sebagai tamu undangan karena permintaan sang adik, pria bernama Ithar Jiyaad justru menjadi...