Rayaa||03

7K 322 11
                                    

***
Happy Reading🕊
***

"Berhenti!!" Suara yang tegas dengan volume yang cukup tinggi dari seseorang mampu membuat semua nya terdiam dan terpaksa berhenti.

Tiba-tiba saja seorang lelaki dengan berpakaian khas seragam polisi muncul dengan raut wajah yang sudah tidak bisa diceritakan lagi.

"Apa apaan ini!!"

"Mohon maaf bapak ibu sekalian jika kedatangan saya mengganggu, tapi saya harus segera membawa saudara Zidan Prasetya ke kantor kami atas laporan pemerkosaan." Penjelasan polisi itu, tentu saja mereka para tamu undangan tercengang mendengar dari penjelasan polisi tersebut. Begitu juga dengan Zeera dan Ithar.

"Astagfirullahaladzim." Alya beristighfar, air mata nya menetes, dada nya terasa sesak sekali, mendengar penjelasan polisi, ia tak menyangka bahwa calon suami nya seperti itu.

Alya menutup mulutnya dengan kedua tangan nya seraya bersandar pada bahu sang Bunda, dengan pundak yang sedikit bergetar.

"Gak mungkin, kalian sudah pasti bohong!! Anak saya tidak mungkin melakukan hal sebodoh itu." Rusdi mencoba membela anak nya.

"Mohon maaf pak, kami tidak akan melakukan tindakan sebelum kami mempunyai bukti."

"Tunjukkan bukti nya." Pinta Rusdi seperti terlihat menantang dua polisi di hadapannya.

Seorang polisi mengambil sebuah barang dari dalam saku seragam nya, dan memperlihatkannya di depan Rusdi, "jam tangan ini adalah bukti dari korban." Ucap polisi itu.

Rusdi tidak bisa mengelak, bahwasanya Rusdi tahu betul jam tangan milik Zidan anak nya, karena ia yang membeli jam tangan tersebut sebagai hadiah ulang tahun Zidan tahun lalu.

Sedangkan Zidan mendengus merutuki dirinya sendiri kenapa bisa ia teledor, ck, sial umpat Zidan dalam hati.

"Zidan!!" Bentak Rusdi seperti murka terhadap anak nya.

"Pah, Aku---"

Plakkk

Sebuah tamparan keras dan nyaring mendarat di pipi Zidan. Ya, Rusdi yang menampar pipi anak kandung nya sendiri, ia melakukan itu bukan tanpa alasan, Rusdi merasa bahwa dirinya sudah dipermalukan di depan umum oleh anak nya sendiri.

"Silahkan bawa dia Pak." Perintah Rusdi tegas, masa bodo anak nya di penjara nanti, Rusdi tidak ingin anak nya lari dari tanggung jawab karena kejadian yang Zidan lakukan.

"Pah, Zidan anak Papah, masa Papah tega?"

"Sesayang-sayang nya Papah sama kamu, kalau kamu berbuat sesuatu harus tanggung akibatnya." Balas Rusdi tegas.

"Mas Zidan." Cicit Alya masih menangis di dekapan sang Bunda.

Zidan menoleh, "Alya, aku gak seperti apa yang polisi itu bilang, Al. Aku---"

"Pergi mas." Usir Alya, tanpa melihat wajah Zidan sedikitpun. Ia sudah terlanjur kecewa, rasanya marah, sedih, kecewa sudah bercampur menjadi satu. Jika ada yang menanyakan kondisi Alya saat ini, sungguh tidak bisa dijelaskan.

"Al, aku mohon---"

"Mari saudara Zidan segera ikut kami." Ujar polisi itu mengunci pergerakan Zidan yang sudah memberontak.

Garis takdir RayaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang