***
Happy Reading🕊
***"Udah ayo kita berangkat sekarang. Jangan banyak gombal." Alya menarik tangan Ithar keluar kamar secara paksa.
Sesampai nya di bawah, Ithar dan juga Alya hanya menemukan Umma Ghina saja yang tengah menghafal Al-Quran di ruang tamu, bisa mereka tebak jika Abba Haris sudah pergi ke kantor.
"Umma, Umma maaf ganggu. Ithar sama Alya mau pergi dulu ya." Ujar Ithar dengan sopan nya.
Umma Ghina menutup mushaf nya terlebih dahulu dan beralih menatap kedua anak nya, "udah mau berangkat ya? Yowes kalian hati-hati ya, titip salam sama Ayah dan Bunda ya nak. Maaf Umma belum bisa kesana." Umma Ghina berpesan.
"Iya baik Umma, kalau begitu Ithar sama Alya berangkat dulu, Assalamualaikum." Pamit Ithar menyalimi tangan Umma Ghina.
"Kami pamit ya Umma." Pamit Alya juga, lalu meraih tangan Umma sama seperti Ithar.
"Iya nak, waalaikumsalam. Hati-hati mas Ithar bawa mobil nya." Ithar mengangguk.
Setelah berpamitan mereka pun keluar rumah dan masuk ke dalam mobil yang terpakir di halaman rumah Ithar, dan mobil itu berjalan maju setelah Ithar menjalankan nya.
Di sepanjang perjalanan tangan kanan Ithar terus saja menggenggam tangan Alya, sedangkan tangan kiri nya sibuk mengemudikan mobil nya.
"Mas Ithar kenapa ya pegang tangan aku terus? Emang gak ribet?" Tanya Alya penasaran.
Ithar menoleh sebentar lalu fokus lagi ke depan, "nggak, emang nya kenapa?"
"Aku cuma heran aja soalnya dari rumah tangan aku gak di lepas-lepas."
"Saya nyaman soalnya Al."
"Mas aku haus." Alya mencoba mengalihkan.
"Itu ada di depan sayang minum nya." Ithar menunjuk botol minuman yang ada di depan Alya.
"Tangan aku lepas dulu, aku susah buka nya." Ujar Alya mencari celah untuk membuat genggaman tangan Ithar lepas dari nya.
"Sini saya bukain." Ithar mengambil botol minum tersebut dan meminta agar Alya membuka tutup botol minum nya menggunakan tangan kiri Alya, karena tangan Alya masih berada di genggaman nya.
"Mas ihh."
"Kenapa Al?"
"Lepas dulu tangan aku nya, gimana aku mau minum?"
"Pakai tangan satu nya lagi kan bisa." Ithar sesekali melihat depan dan samping.
"Gak boleh, gak baik."
"Ya sudah kalau begitu tangan kiri kamu yang saya pegang, tangan kanan nya saya lepas."
"Astagfirullah." Alya beristigfar, mau bagaimanapun mencari alasan agar tangan nya lepas dari genggaman Ithar, tapi Ithar tidak akan membiarkan tangan nya menganggur. Ya, beginilah bucin mode on.
"Udah minum nya?" Ithar bertanya dan Alya mengangguk, kemudian Ithar mengambil alih botol yang Alya minum tadi.
Ithar seperti tengah mencari sesuatu, setelah ia berhasil menemukan nya baru lah dirinya minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis takdir Rayaa
Ficção Adolescente"Takdir Allah itu penuh misteri, buktinya saya bertemu dengan seorang gadis yang ternyata teman dari adik saya sendiri." Ithar Jiyaad * * Berniat hanya hadir sebagai tamu undangan karena permintaan sang adik, pria bernama Ithar Jiyaad justru menjadi...