Rayaa||35

1.9K 78 0
                                    


***

Happy Reading🕊
***

"Kamu percaya sama aku?" Tanya Ithar menatap lekat mata Alya. Alya masih terdiam tidak tahu harus berbicara apa.

Ithar menghela nafas dalam-dalam, "ini salah satu yang ada di dalam rumah tangga kita Al, jangan pernah tertipu daya dengan seseorang yang berusaha membuat rumah tangga kita hancur. Intinya saat ini kita harus sama-sama percaya dengan itu in syaa allah, semuanya akan bisa diatasi dengan mudah. Karena di dalam rumah tangga jalur utuh itu adalah kepercayaan."

"Lain kali kalau dia berulah, jangan pernah dibalas. Boleh balas tapi cukup dengan senyuman dan sabar ya?" Tidak ada jawaban dari Alya, istrinya itu masih terdiam.

"Maafin aku, aku salah. Kamu boleh melakukan apa saja yang kamu, hukum aku sesukamu maka aku akan menurutinya. Apapun itu."

Alya menggeleng lalu mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya, "aku percaya." Jawabnya dengan suara kecil.

"Maaf, ini bukan kemauan aku." Ithar terlihat sangat menyesali.

"Iya, aku percaya mas. Bagian mana yang dipeluk sama dia? Apa aja yang dipegang sama dia?"

Ithar tersenyum lega, "ini," Ithar menunjuk leher dan beberapa bagian yang sempat di sentuh Raisa.

"Sini aku peluk." Alya memeluk bagian tubuh Ithar yang dipeluk Raisa tadi, dan juga mengusap leher Ithar.

"Yang ini kok cuma di usap aja." Tunjuk Ithar ke pipi nya.

"Terus maunya diapain?"

"Cium."

Tanpa babibu Alya menurut.

Cup

Alya mengecup pipi Ithar sebelah kanan.

"Kok yang kirinya nggak?" Tanya Ithar bingung, merasa tak adil kalau hanya satu pipi saja yang di cium.

"Emangnya dua-duanya disentuh?" Alya balik nanya.

"Sebelah kanan aja sih." Sahut Ithar.

"Yaudah yang kanan aja."

"Yang kirinya juga dong sayang."

"Itu sih mau kamu."

"Ya, emang mau aku."

Alya menghela napas, dan

Cup

"Nah gitukan adil, makasih istri." Ujar Ithar setelah mendapat kecupan di pipi sebelah kirinya.

"Sama-sama, baju nya bakar ya? Aku gak mau bekasnya dipake lagi." Ithar terkekeh ia pun mengangguk.

"Iya nanti aku bakar."

🕊🕊

Sesuai perkataan Alya tadi, saat ini Ithar masih di temani Alya membakar bajunya.

"Sudah aku bakar."

Alya tersenyum kegirangan, lalu memeluk Ithar, "aaaa makasih suami."

"Iya sama-sama."

"Al?"

"Iya?"

"Kamu gak mau ngidam gitu? Aku kangen direpotin kalian berdua." Ithar mengelus perut Alya.

Alya menggeleng polos, "enggak, adik bayi lagi gak mau apa-apa Abi."

"Hm, yaudeh deh." Balas Ithar bernada sedih.

"Nanti kalau aku yang minta aneh-aneh mas Ithar repot  bangat lagi, sebenarnya aku seneng lihat mas Ithar repot karena kita berdua tapi aku juga gak tega."

Garis takdir RayaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang