***Happy Reading🕊
***Ithar sudah bersiap untuk pergi tapi entah dengan Alya, Ithar menggunakan kemeja lengan panjang akan tetapi lengan nya ia gulung sampai siku tangan, celana berwarna hitam, sedangkan sepatu nya adalah sepatu vans berwarna putih.
"Pakai gamis ya? Jangan pakai baju yang membentuk tubuh." Pinta Ithar kala melihat Alya sedang mencari pakaian mana yang cocok ia kenakan hari ini.
"Iya mas." Jawab Alya, lalu mengambil gamis berwarna biru tua dan memakainya.
"Kaos kaki nya harus di pakai! Itu juga apa namanya? Handsock nya jangan lupa dipakai biar nutup punggung tangan kamu." Lanjut Ithar dan Alya menuruti, ia mengambil kaos kaki serta handsock di dalam lemari lalu memakainya. Tak lupa dengan sepatu sneakers nya juga.
"Iya mas ini aku pakai." Setelah memakai kaos kaki dan handsock, kini Alya beralih untuk memakai hijab nya. Seperti biasa yaitu hijab pashmina, kali ini yang berwarna abu-abu agar menyatu dengan warna biru tua.
"Eh eh, itu kerudung nya harus menutup dada, biar nggak kelihatan aurat kamu nya." Ithar komplain ketika Alya memakai hijab nya tak sampai dada melainkan hanya sampai di atas dada.
"Belum mas, kan nanti ini aku tarik jadi bakal panjang buat nutupin dada." Jawab Alya.
"Hm, sini itu rambut nya keliatan dikit," Ithar membenarkan rambut Alya yang keluar agar masuk ke dalam ciput, "nah udah benar. Ma syaa allah cantik nya." Puji Ithar, dan hal itu mampu membuat Alya salah tingkah.
"Sudah siap kan? Tinggal kita berangkat." Ithar memegang tangan Alya. Siap melangkah keluar kamar nya namun tiba-tiba niat nya itu ia urungkan ketika Ithar mengingat sesuatu.
"Zaujati, boleh tidak kalau seandainya saya meminta kamu pakai cadar? Wallahi, saya tidak akan pernah rela jika kecantikan istri saya di nikmati banyak nya laki-laki lain selain saya. Karena sejatinya kecantikanmu hanya untuk satu laki-laki, yaitu saya. Suami kamu." Ungkap Ithar sangat-sangat tulus dari hati nya. Ketika mengucapkan itu, Ithar begitu intens menatap manik mata Alya sembari memegang kedua tangan Alya.
Alya terharu mendengar nya, tak terasa air mata menetes dari pelupuk mata nya. Mata yang sama sekali tak terdapat polesan make up di atasnya karena Ithar meminta Alya agar tidak menggunakan make up saat bepergian. Ithar takut mengundang tatapan tatapan ikhwan tertuju pada Alya.
Dengan senang hati Alya mengangguk, ini bukan lah permintaan yang sulit. Ithar hanya meminta Alya memakai cadar agar kecantikan nya tidak tersebar, jadi apa salah nya. "Dengan senang hati mas, aku mau."
"Alhamdulillah." Ucap Ithar, lalu berlalu ke arah lemari untuk mengambil cadar berwarna hitam dan memakaikan nya kepada Alya.
"Ma syaa allah, ya Allah. Ini sebab nya saya selalu meminta kepadamu jika setelah saya meninggal nanti, jangan pernah engkau datang kan bidadari surga untuk ku, karena bidadari yang saya punya sudah berada di dunia."
"Mas---"
"Al, kalau seandai nya saya meminta kamu untuk selalu istiqomah memakai cadar seperti Umma setiap hari nya. Apa kamu keberatan?" Perlu diketahui, jadi Umma setiap hari nya selalu memakai cadar, tak pernah sedikitpun cadar lepas dalam wajah nya Umma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis takdir Rayaa
Roman pour Adolescents"Takdir Allah itu penuh misteri, buktinya saya bertemu dengan seorang gadis yang ternyata teman dari adik saya sendiri." Ithar Jiyaad * * Berniat hanya hadir sebagai tamu undangan karena permintaan sang adik, pria bernama Ithar Jiyaad justru menjadi...