Kini dirinya telah berada di dalam kelas yang akan menjadi ruang belajar ia untuk seterusnya.Beberapa kali dirinya melirik sekitar, perasaan canggung ini tak kunjung menghilang. Apalagi mengetahui fakta Suna Rintarou yang satu kelas dengannya hanya tertidur di bangku sudut paling belakang, tanpa berinisiatif menolong Haruna seperti ucapannya beberapa saat lalu di aula.
Meskipun ada 50 orang penerima undangan kedua yang mendapatkan kelas yang sama, tetap saja Haruna tak mampu untuk sekedar menyapa salah satunya.
Hingga pada akhirnya, Haruna memilih untuk membuka sebuah jurnal yang dirinya dapatkan dari sekolah ini.
Tinta hitam itu bergerak, menggores setiap lembar kosong dengan pesona gelapnya. Menunjukkan setiap lekukan sebuah huruf yang terlihat begitu indah dan menawan, padahal itu hanya goresan tinta.
"Izumi-san?"
Bahunya tersentak, walaupun ia tahu itu hanyalah panggilan biasa, tidak ada nada membentak atau lain sebagainya. Tapi tetap saja, dirinya terkejut sehingga membuyarkan lamunannya.
"Em, ya?" Kepalanya terangkat menatap seorang pemuda tak dikenalnya. "Apa apa, ya?"
Pemuda itu tersenyum tipis, kemudian menunjuk pemuda lain yang berada di ambang pintu ruang kelas ini.
"Kau liat laki-laki itu?" Haruna sendiri pun hanya mengangguk menjawabnya. "Dia juga kelas ini, penerima undangan kedua sepertimu. Dia akan mengambil buku-buku materi yang dibutuhkannya, sebaiknya kau pergi dengannya, karena dia hafal jalan menuju ke sana."
"Benarkah? Baik-"
Belum sempat bangkit dari duduknya, tangan seseorang segera menyentuh pundaknya agar tetap duduk.
"Aku juga tahu tempatnya, Ketua Kelas."
Pemuda itu yang ternyata diketahui sebagai Ketua Kelas ruangan ini pun segera terkejut dan berakhir pergi meninggalkan mereka dengan umpatan kesal.
Haruna melirik pemuda yang tak asing baginya itu. "Suna-san?" panggilnya.
"Kalian para gadis benar-benar memerlukan bimbingan khusus," ungkap Rintarou yang tak dapat dimengerti oleh Haruna.
"Maksudnya apa?"
"Sudahlah," Rin kembali menatap Haruna. "Cepat berdiri, aku akan menjelaskannya sambil mengantarmu mengambil buku materi."
Haruna tak mempunyai opsi menolak, karena bagaimana pun dirinya membutuhkan buku materi dan penjelasan lebih tentang situasi ini, termasuk sekolah ini sendiri.
Keduanya yang melangkah bersama keluar dari kelas ini cukup mampu menjadi atensi dan bisikan beberapa dari mereka yang melihatnya.
"Wah mereka saling mengenal?"
"Aku juga baru tahu, betapa beruntungnya gadis itu."
"Siapa nama gadis itu?"
"Izumi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐈𝐂𝐄 𝐕𝐀𝐍 | 𝐀 𝐇𝐀𝐈𝐊𝐘𝐔𝐔 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✓
Fanfiction"Selamat datang di Alice Van." ALICE VAN © CIROACE HAIKYUU © HARUICHI FURUDATE - typo, ooc - haikyuu x oc (reader)