20 | KEMBALI

8 3 0
                                    

Senyuman terukir di wajahnya, kedua tangannya berkacak pinggang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senyuman terukir di wajahnya, kedua tangannya berkacak pinggang. Menatap bangga atas kebebasannya dari masa-masa pinalti.

Osamu melirik sinis saudaranya. "Bisa kau berhenti tersenyum? Orang gila."

"Ah kenapa memangnya?" Atsumu menyahut. "Aku hanya senang."

"Ya, terserah kau." Osamu kemudian memberikan beberapa catatannya. "Ambil dan salin, kau terlalu banyak melewatkan materi pelajaran."

"Oh?" Atsumu sejujurnya tak terlalu terkejut, Osamu memang selalu baik terhadapnya meskipun tentu mereka tidak terbebas total dari kesenjangan sosial. Bagaimana mengingat fakta Atsumu yang mengikuti ayahnya, dan Osamu yang mengikuti ibunya.

"Tapi, Samu," Atsumu kembali bersuara.

"Apa?"

"Kenapa tidak kau saja yang mencatat materinya untukku?"

"Ha? Kau ini memang tidak berguna, tidak tahu diuntung!"

"Ahaha, bercanda bercanda!" Atsumu terkekeh pelan.

"Ah, ya." Dan sepertinya Atsumu idiot ini mulai menyadari sesuatu. "Kenapa sekolah begitu tenang? Apa aku melewatkan sesuatu? Dan ya bagaimana dengan yang lain? Mereka di mana?" cecarnya.

"Aku ingin bertemu dengan Elina, haruskah aku bertemu dengannya, Samu?" ungkap Atsumu sekali lagi.

"Kau ini," Osamu memijat pelipisnya pelan. "Baru datang tapi sudah banyak bertanya."

"Jawab saja, oke? Aku hanya penasaran, apa salahnya, kan?"

"Ya, jika kau lupa sebentar lagi festival sekolah akan diadakan di mana setiap club akan mempersiapkan penampilannya masing-masing. Ya, mereka melakukan itu tentu saja, mereka sibuk dan tidak bisa diganggu."

"Oh, lalu kenapa kau ada di kelas?"

"Karena aku hanya mengikuti club teater dan sejarah? Apa yang bisa aku lakukan? Tidak ada kegiatan di dalamnya selain membaca naskah dan mengamati."

"Benar, kenapa kau memilih itu, kan?" tutur Atsumu. "Clubku lebih baik, Samu. Renang dan voli, olahraga adalah yang terbaik."

"Ah," Osamu teringat. "Sepertinya mereka memilih untuk membuka kios pembelajaran."

"Eh? Apa itu?"

"Ya, saat festival nanti. Kedua clubku ini akan membuat kios di mana diisi oleh berbagai hal tentang keahliannya masing-masing. Seperti kepenulisan, literasi naskah dan sejarah peradaban. Kau bisa datang dan menambah kepintaranmu."

"Ah, apa itu? Membosankan."

"Otakmu itu hanya otak otot," desis Osamu.

"Oh!" Atsumu tiba-tiba memekik. "Anna di mana? Club dia kan— ahaha! Apa dia akan bersuka rela menyerahkan raganya untuk dirasuki dan akan diselamatkan oleh exorcist. Oh, atau mereka akan membuka kios peramal? Kuno sekali, gila! Ahahaha!"

𝐀𝐋𝐈𝐂𝐄 𝐕𝐀𝐍 | 𝐀 𝐇𝐀𝐈𝐊𝐘𝐔𝐔 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang