Selama satu hari penuh Elina tertidur pulas di rumah sakit unggulan yang ada di Alice Van, tidak ada tanda-tanda gadis itu akan terbangun. Berbeda dari Haruna yang sudah mengikuti pelajaran sekolah ini seperti biasanya, pun dengan Rintarou dan Osamu.
Tak ada keanehan atau sistem yang berbeda meski salah satu murid mengalami sebuah insiden tak terduga. Sekolah ini bahkan akan tetap berjalan meski terjadi perang antar dua kubu yang berbeda, sepertinya.
Di taman samping sekolah, pada jam istirahat Haruna tampak memperhatikan gedung asrama laki-laki. Berharap seseorang yang ia rindukan kehadirannya akan terlihat di depan mata.
"Hanya dua minggu lagi sampai satu bulan itu selesai. Apakah setelah itu akhirnya—"
Ucapannya terhenti, anggap saja Haruna bodoh, memang itu kenyatannya. Bodoh terhadap kisah cinta seperti ini, jelas sekali selama bertahun-tahun tidak ada kejelasan tentang hubungannya dengan Tooru.
Bagaimana Tooru yang berulang kali mengenalkan kekasih barunya, sedangkan Haruna setia menunggu Tooru untuk membuka hati untuknya. Mungkin, Haruna akan mengerti jika Tooru tak menyadari perasannya. Namun sebelum mereka berpisah beberapa tahun yang lalu, Haruna mengingat jelas bahwa dirinya mengungkapkan perasaan yang selama itu ia pendam.
Akan tetapi, bukannya sebuah jawaban pasti. Oikawa Tooru justru hanya tersenyum tipis dan mengusap pelan surai Haruna, setelah itu mereka berpisah dan baru dipertemukan lagi di tempat ini. Terlebih, sekali lagi untuk kesekian kalinya Tooru kembali bersama kekasih barunya. Meski akhirnya mereka berpisah sebab takdir tak merestui, sama halnya dengan hubungan Haruna dan Tooru.
"Haruskah aku mengungkapkannya lagi saat dia terbebas dari pinalti?"
"Sekarang dia sudah tak mempunyai kekasih, seharusnya ada sedikit kemungkinan untukku."
Sinar cahaya matahari begitu menyilaukan pandangan, Haruna pun secara refleks mengangkat salah satu tangannya untuk memberi batas antara cahaya menyengat itu dengan wajahnya.
Di waktu yang sama, iris scarlettnya itu mengunci sebuah rasi bintang yang beberapa lalu telah diciptakan oleh oknum yang bernama Suna Rintarou.
Dengan sadar, Haruna menurunkan tangannya dari udara angin kosong. Setia menatap setiap gores tinta baru penuh makna, menurutnya.
"Dia begitu baik tanpa aku minta," desisnya.
"Jika itu orang lain, aku merasa ragu dia akan bertahan dengan sikap, Rin. Tentu saja, setiap gadis akan salah paham mendapatkan seseorang dengan paras tampan yang begitu baik terhadapnya."
"Sedangkan aku," Haruna terdiam mengambil jeda. "Tidak akan, ya tidak aka—"
"Tidak akan apa?"
Pandangannya sedikit terbelalak, terkejut dengan kehadiran Rintarou yang begitu mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐈𝐂𝐄 𝐕𝐀𝐍 | 𝐀 𝐇𝐀𝐈𝐊𝐘𝐔𝐔 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✓
Fanfiction"Selamat datang di Alice Van." ALICE VAN © CIROACE HAIKYUU © HARUICHI FURUDATE - typo, ooc - haikyuu x oc (reader)