Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruangan gelap, gerah, tanpa listrik apalagi internet. Hanya kesunyian ditemani dengan suara jam berputar.
Langit sore yang perlahan menyatu dengan langit malam yang datang. Bersyukur purnama menyinari, setidaknya kegelapan yang tak begitu terasa. Tapi, tetap saja sudah beberapa kali ini Atsumu menggerutu akan nasip sialnya.
"Brengsek Osis gila itu!"
"Bagaimana bisa aku yang berakhir terkena pilanti? Harusnya orang mesum menjijikan itu!"
"Ah, sial! Aku lapar!!!"
Di sisi lainnya, Oikawa Tooru yang berada di lantai empat pun beberapa kali mendengar keluhan Atsumu yang nyaring dari luar.
Tooru sendiri dapat melihat Atsumu melalui balkonnya, pada dasarnya kamar mereka berada di jalur yang sama.
"Osis, ya?" desisnya. "Tobio memang harus disingkirkan, atau jika tidak orang lain yang akan tersingkir."
"Dan Ryu, sepertinya dia sudah. Ya karena tak ada kabar tentangnya. Lalu, bagaimana denganku?"
"Hampir satu minggu aku berada di sini, harusnya perlahan mereka mulai menggangguku. Apakah artinya aku masih dibutuhkan di panggung ini?"
Pandangannya mendongak, menatap purnama yang bersinar terang.
"Jujur aku sedikit iri pada mereka yang telah meninggalkan panggung."
"Kebebasan yang nyata memang bukan di sini."
"Undangan untuk kesatuan yang fana."
"Ya, malam ini saya akan—"
"Ah," Tooru menghela. "Sepertinya makan malam dimulai, seperti biasa mereka menganggap tempat ini adalah surga."
"Bodohnya."
Di lantai bawah, Semi Eita kembali menampilkan keterampilannya dalam bermusik dan bernyanyi.
"Menyanyikan lagu Stephen Sanchez, Until I Found You."
"Georgia, wrap me up in all your."
"I want you in my arms."
"Oh, let me hold you."
"I'll never let you go again like I did."
"Oh, I used to say."
"I would never fall in love again until I found her."
"I said, I would never fall unlessit's you I fall into."
"I was lost within the darkness, but then I found her."
