Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asap putih mengepul keluar dari mulut yang baru saja membuka, pandangannya setia menatap panorama Shibuya dari ketinggian gedung utama Alice Van.
"Ya kau pikir saja, lah! Mana ada orang yang mempunyai koneksi kuat mendapatkan masalah di sini?"
"Jadi?"
"Aku yakin Kageyama Tobio si Ketua Osis itu punya koneksi langsung dengan Tuan Ajax dan petinggi-petinggi lain sekolah ini."
"Bagaimana tidak, kan? Setiap hari warga sekolah pun tahu kalau dia sering menganggu gadis-gadis lemah tak berdaya."
"Hahaha! Di benar-benar memasuki banyak lubang, ya?"
"Memang bajingan brengsek, aku iri sekali!"
"Seharusnya dia mendapatkan banyak predikat buruk, jadi kenapa dia belum dikeluarkan sampai sekarang?"
"Aku setuju, sampai detik ini bocah brengsek itu bertingkah seenaknya, menyombongkan diri karena memiliki jabatan sebagai Ketua Osis."
"Aku sangat berharap banyak ada keajaiban, seseorang bisa menghentikan sikap buruknya itu."
"Berisiknya."
Semua atensi beralih menatap pemuda yang tertidur di sofa yang berada tak jauh di samping mereka.
"Ha? Maksudmu itu kami?"
"Pulang ke rumah sana jika ingin tidur, bodoh!"
"Apa?" Akhirnya pemuda itu terbangun, duduk dengan pandangan yang menatap mereka semua.
"Pergi ke bar sana jika ingin mabuk, brengsek!" ucapnya bersamaan dengan melempar bantal itu ke arah salah satu dari mereka.
"KAU! APA YANG KAU—?"
Ucapannya terhenti setelah melihat sosok pemuda yang berhadapan dengannya begitu tinggi berkali-kali lipat dibandingkan dengan dirinya.
"Apa?"
Ting! Ting!
Ting!
Di waktu yang sama bel masuk berbunyi, menghentikan aksi yang hampir terjadi.
"Be-belnya sudah berbunyi! Aku harus segera masuk ke kelas!"
"Aku juga!"
"A-aku juga!"
"Hei! Kenapa kalian meninggalkanku sialan?!"
Melihat mereka semua pergi tanpa tersisa tak mampu membuat moodnya kembali naik, fakta bahwa hal lain yang lebih menyebalkan adalah bel masuk telah berbunyi.
"Ah, sial!" umpatnya. "Aku belum cukup tidur, aku ingin tidur."
Meski mulutnya mengeluarkan kalimat itu, tindakannya berlainan. Dirinya tetap melangkah kenuruni rooftop menuju kelasnya.
