25 | RAHASIA

18 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kedua jari-jemari tangannya bergerak, memindai beberapa data dalam monitor yang menyala terang di kegelapan. Memperlihatkan sebuah video yang tak seharusnya ada di gedung sekolah, terlebih sekolah elite seperti Alice Van.

Sementara di taman sekolah— keduanya melangkah bersama, Anna hanya mengikuti pemuda di depannya, tak begitu tahu akan membawanya ke mana, ia hanya mengikutinya saja.

"Akhirnya kita bisa bertemu, padahal kau sudah bergabung ke asrama selama beberapa hari yang lalu," tuturnya. "Tapi, aku baru bisa menemuimu sekarang."

"Itu karena kita harus fokus pada kegiatan club kita, bukan? Tidak bisa dipungkiri."

"Benar."

"Ya, tapi ...," Anna melirik pemuda yang jauh tinggi darinya itu, "aku senang telah menemukanmu, Eita."

"Akhirnya kau ingat juga? Pertemuan pertama kita?"

"Ya, setidaknya saat bertemu denganmu. Dan ya, aku merasa ada beberapa ingatan yang tak sedikit kulupakan, begitu aneh."

Langkah Eita terhenti, begitu pun Anna. Mereka berdua berhenti di depan bangku taman sekolah ini. Keduanya saling melayangkan pandangan, seolah melepas rindu yang lama— padahal mereka selalu berada di tempat yang sama.

"Ke mana kau akan membawaku, Eita?"

"Tempat yang hanya kuketahui, dan kau adalah orang kedua yang akan melihatnya."

Sebuah dinding pembatas Alice Van dengan hutan yang berada di belakang terlihat, dinding ini dipenuhi tanaman rambat, seperti tak terjamah untuk waktu yang lama. Eita segera meraih salah satu tangkainya, mencabutnya dengan begitu mudah. Sekarang, terlihat jelas pintu batu yang sepertinya membutuhkan sandi untuk bisa melewatinya.

Semi Eita tanpa ragu menekan angka-angkanya di depan Anna, namun di waktu yang sama pintu itu terbuka. Dan ladang gardenia terlihat jelas memanjakan mata di bawah langit malam yang cerah dengan bintang bersinar indah.

"Wuah—" Anna begitu terpukau, tak pernah dalam hidupnya ia menyaksikan hal menakjubkan seperti ini. "Sempurna!"

Selagi melangkah, Eita membuka obrolan. "Anna, kau menguasai beberapa bahasa seperti Rin dan Atsumu, bukan?"

"Ya, kurasa."

"Bahasa apa saja itu?"

"Inggris, Jerman, Spanyol dan Jepang tentu saja, ahaha."

Eita terkekeh mendengar ucapannya, pemuda itu pun kembali bertanya. "Jadi bagaimana menyebutkan selamat malam dalam bahasa Spanyol?"

"Buenas noches."

"Buenas nothes?" Eita beralih menatap Anna, berusaha meyakinkan pendengarannya.

"Bukan, tapi noches."

𝐀𝐋𝐈𝐂𝐄 𝐕𝐀𝐍 | 𝐀 𝐇𝐀𝐈𝐊𝐘𝐔𝐔 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang