10 | STRAWBERRY

22 3 1
                                    

Tangannya sibuk menggunakan hair dryer untuk mengeringkan surai gelap Elina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya sibuk menggunakan hair dryer untuk mengeringkan surai gelap Elina.

"Kenapa tak bertanya?" Elina memulai percakapan setelah beberapa menit lamanya mereka berdua terdiam.

Sesekali Haruna menatap pantulan Elina di cermin besar yang berada di depan. "Tanpa aku beri tahu pun, aku sudah cukup paham."

"Begitu, ya."

Elina menunduk paham. "Kalau begitu, bagaimana dengan Anna-san? Apa dia juga mengetahuinya?"

"Tidak, belum? Pagi tadi dia tak terlihat. Mungkin dia datang terlambat."

"Bagus," Elina tersenyum tipis. "Jangan sampai Anna-san mengetahuinya, kau tahu kan apa yang akan terjadi setelahnya."

"Kenapa tidak? Masalahnya akan cepat selesai jika dia mengetahuinya."

"Bagaimana bisa? Apa kau ingin Anna-san mengobrak-abrik sekolah ini? Ahaha."

"Harap kepada seluruh penerima undangan kedua dimohon segera menuju ke kelasnya masing-masing, untuk melanjutkan bagian penting yang kemarin belum sempat terselesaikan."

"Sudah waktunya kembali," desis Elina. Gadis itu pun segera bangkit dari duduknya.

Sementara Haruna menatap Elina tak mengerti. "Apa kau yakin ingin kembali ke sana? Aku bisa saja membantumu meminta izin pada guru."

"Tidak Haruna-san, terimakasih. Adakalanya kita harus menghadapi apa yang memang terjadi kepada kita."

Haruna terdiam, akan tetapi dirinya mengikuti Elina dari belakang. Keduanya keluar dari kamar Elina dan menuju kelasnya masing-masing.

"Haruna-san, menurutmu apa itu cinta sejati? Kapan datangnya?" tanya Elina tiba-tiba.

"Cinta sejati, ya?" desis Haruna. "Aku bahkan tidak tahu apakah cinta sejati itu ada. Bagaimana menurutmu sendiri?"

"Cinta sejati sulit ditebak, tapi aku yakin akan lebih menyenangkan jika kita dicintai daripada mencintai."

"Ah, begitu ya?"

Begitu sampai di depan kelasnya, Elina berhenti melangkah dan beralih menatap Haruna.

"Terimakasih sekali lagi, Haruna-san."

Sedangkan Haruna setia dengan diamnya, gadis itu pun tetap menatap punggung Elina yang mulai menjauh pergi.

"Elina-san, maafkan aku. Tapi, jika terjadi lagi aku memang harus memberi tahu Anna-san," desis Haruna sebelum pada akhirnya masuk ke dalam kelasnya.

Kelas ternyata telah dipenuhi oleh siswa-siswi penerima undangan kedua.

Begitu duduk di bangku pun, seorang guru laki-laki terlihat memasuki ruang kelas ini.

"Selamat pagi, anak-anak."

"Pagi, Pak."

"Tanpa berbasa-basi lagi, Bapak akan langsung menjelaskan bagian penting yang belum sempat terselesaikan."

𝐀𝐋𝐈𝐂𝐄 𝐕𝐀𝐍 | 𝐀 𝐇𝐀𝐈𝐊𝐘𝐔𝐔 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang