29 | NADA LARA

15 2 0
                                    

"Astaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga. Yang benar saja?"

Miya Osamu menatap Rintarou tak habis pikir. "Apa kau gila, Rin?"

"Ya! Aku gila." Rintarou mengakuinya dengan suka cita. "Setelah ini aku akan membawa Haruna menemui orang tuaku, aku akan melanjutkan hubungan kita sampai akhir."

Pemuda bersurai abu itu berkacak pinggang menatap Rintarou yang tampak tengah mengenakan jas hitamnya.

"Mendengar berita bahwa kau dan Haruna berhubungan saja aku masih tak menyangka. Sekarang kau berniat mengenalkannya pada orang tuamu? Ibumu? Ibu kalian?"

Rin mengangguk, tidak ada penyesalan dalam keputusannya. "Aku mencintainya, Samu. Aku ingin orang-orangku mengakui gadis yang akhirnya aku pilih. Kau tahu sendiri betapa mengurung dirinya aku dari kisah cinta. Tapi, hanya dengannya— aku merasakan sesuatu yang berbeda."

Osamu mengerut, tak mengerti lagi dengan sahabatnya. Tentu saja dia hanya mencari luka— tidak. Miya Osamu adalah seseorang yang tak pantas untuk mengatakan hal seperti itu. Sepertinya hidup akan menjadi hambar jika tidak mencari penyakit dalam perjalanan hidup. Ya, sebagian besar manusia melakukan hal itu pada akhirnya. Ia tak seharusnya menghakimi keputusan Rintarou—  yang bahkan dirinya tak mengerti bagaimana caranya berhenti dan menyerah.

"Tuan muda Rin."

Pergerakan keduanya terhenti, Rintarou spontan menoleh. Menatap pintu hitam di depan sana.

"Suara kepala pelayan," desis Rintarou.

"Oh, astaga. Semuanya menjadi lebih buruk daripada dugaanku," Osamu menimpali.

Rintarou tampak bimbang, namun pada akhirnya ia melangkah menghampiri pintu.

"Osamu, tolong katakan pada Haruna bahwa kekasihnya akan menjadi Pangeran yang akan menghampiri Putri-nya."

"Uh, wow." Osamu menatap punggung Rintarou ngeri. "Kau tahu? Kupikir kau cukup aneh setelah mencintai Haruna."

"Ya, kau akan mengerti setelah berhasil mendapatkan Anna."

Pintu terbuka, Rintarou segera dibawa oleh laki-laki tua yang diketahui sebagai kepala pelayan dalam keluarganya. Mereka pergi meninggalkan asrama— bahkan sekolah.

Osamu yang menjadi saksi kepergian itu tentu menghela napas berat. Tak mengejutkan hal ini terjadi, Rintarou sudah berani melakukan sebuah pelanggaran— di mana dirinya membuat pelaku pelecehan Elina mengalami pinalti. Itu bukan hal yang salah, tentu saja. Namun, sikap Rintarou yang terlalu mengikut campuri urusan di luar kendalinya menjadi kendala utama. Kenyataannya Rintarou tidak diizinkan untuk menentang semua hal yang terjadi di sekolah ini. Akan tetapi, kedatangan Haruna dan yang lain membuat Rintarou berkali-kali melanggarnya.

"Keluarga orang-orang begitu kokoh. Begitu sensitif dengan pelanggaran, penuh ambisi hingga berakhir dengan ketamakan. Terkadang aku bersyukur bahwa aku tidak hidup bersama dengan Miya Seiji."

𝐀𝐋𝐈𝐂𝐄 𝐕𝐀𝐍 | 𝐀 𝐇𝐀𝐈𝐊𝐘𝐔𝐔 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang