🦋 - beautiful

1.3K 64 0
                                    

Good boy, julukannya. Pukul 5 pagi adalah waktu terbaik paru-paru untuk menyambut udara segar. Begitu pula inisiatif Jaysen untuk menyelematkan tubuhnya agar tetap sehat, setidaknya untuk menunggu sampai mamanya pulang.

Kini, pria usia 21 tahun itu sudah tidak takut terjaga, hal itu ia gunakan untuk berolahraga saja, seperti pagi ini, ia menyusuri jalanan yang nampak masih sepi.

Mengapa bisa begitu? Ia tinggal di sebuah kota kecil yang sangat jauh dari pemukiman padat penduduk, Jaysen berpikir jika ia masih hidup seperti ini apakah ia akan berkembang, nyatanya ia akan tetap hidup selagi tidak setres.

Bermodalkan headphone di kedua telinganya, melantunkan musik menenangkan dari Cigarette After Sex - Sweet. Jaysen seperti ingin jatuh cinta kembali, setelah— ya, setelah sekian lama.

Tidak dingin seperti biasa, ketika akan menyusuri sebuah jembatan, kedua ainnya menangkap satu presensi seperti dirinya, ya manusia tetapi dia perempuan tengah berdiri di atas pinggiran jembatan.

“Nichole Sapphire?” panggil Jaysen.

Yang dipanggil langsung menengok kaget, terlihat dari tingkah laku yang gugup dan kedua mata melotot seolah tak percaya, untung saja kekagetan itu tidak membuatnya kehilangan keseimbangan.

Perempuan yang dipanggil hanya diam lalu lanjut menangis sembari berdiri di pinggiran jembatan, membuat Jaysen berpikir yang tidak-tidak.

“Ini masih pagi,” ucap Jaysen.

“Aku tahu,” balas perempuan itu.

Jaysen menghela napas, beberapa detik pikirannya bahwa Nichole bukanlah manusia, melainkan hantu.

“Mau berenang?” tanya Jaysen lalu ia melakukan hal di luar nalar, ia mencopoti sepatunya, headphone nya, bahkan kaosnya, yang tersisa hanya celana pendeknya saja.

Membuat Nichole terbelalak, “Apa yang kau lakukan?!!” pekik dia hingga turun dari pijakan pinggiran jembatan.

Jaysen tertawa seolah malu karena melihat reaksi Nichole yang malah jijik.

“Akan kutemani kau berenang, jika niatmu ingin berenang,” ucap Jaysen.

Nichole sama sekali tidak menampakkan senyuman sejak Jaysen menyapanya beberapa menit yang lalu, “Gila!!” kalimat itu mencelos begitu saja dari bibir Nichole.

Perempuan itu menutupi wajahnya lalu kembali menangis dengan bertumpu di pembatas jembatan.

“Jangan dipaksa, keluarkan saja,” kata Jaysen tidak segera memakai bajunya.

“Apa urusanmu, Fuchsia!” ketus Nichole.

Jaysen terbelalak, ternyata Nichole mengetahui nama belakangnya. Pasalnya mereka sama sekali tidak akrab dan hanya sekedar mengetahui nama masing-masing di dunia kampus.

“Jaysen saja,” ucap Jaysen, ingin ketus tetapi tidak bisa melihat kondisi Nichole yang memprihatinkan, seperti tidak terurus dan tidak layak, bahkan Nichole sudah absen selama dua minggu.

“Pakai bajumu!” ketus Nichole kemudian pergi meninggalkan Jaysen dengan penuh kebingungan.

all the bright places ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang