🦋 - bestfriend

129 23 0
                                    

Dua hari berlalu, tiga hari berlalu. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan dari Jaysen. Nicole sudah mencoba berkali-kali menghubungi pemuda itu, mulai setiap harinya mengirim pesan, menelpon di jam-jam istirahat. Tetapi Nicole sama sekali tidak mendapatkan balasan.

Nicole mencoba berkomunikasi dengan Sabrina dan Hugo, tetapi raut wajah Sabrina seperti menolak keberadaan Nicole, jujur saja Nicole sudah tidak kuat, dirinya ingin menangis dengan keras, seperti yang ia lakukan di pinggir jembatan tempat kakaknya meninggal atau dirinya akan menangis sendirian di dekat sungai yang sangat juram.

Nicole merasakan mental issuenya kambuh lagi, bahkan ia dengan percaya dirinya sudah tidak membutuhkan obat-obatan itu lagi ketika sudah sembuh. Siapa yang menyembuhkan Nicole? Jawabannya tak lain tak bukan adalah Jaysen. Maka dari itu gadis yang kini berdiri di dekat jembatan itu merasa bersalah.

Dirinya merindukan sosok Jaysen, senyumannya, kehangatannya, ia benar-benar merindukan sosok Jaysen. Di sisi lain dirinya juga berutang budi pada pemuda itu, jika tidak ada Jaysen, Nicole berpikiran dirinya akan memutus kuliah dan melanjutkan hidup sebagai pengangguran.

Dengan baju tidurnya, di hari Minggu pukul 06.00 pagi, seperti deja vu dan Nicole ingin mengulang kejadian yang sama, air mata yang tidak berhenti mengalir karena merindukan sosok Jaysen, gadis itu benar-benar berdiri di palang jembatan dan ingin mencemplungkan diri.

Sebelum itu melalui ponselnya yang tersambung pada platform spotify, dirinya tengah mendengarkan lagu milik Radiohead dengan judul No Reason. Nicole memandangi pemandangan hutan yang tertutup kabut di pagi hari di sepanjang penglihatannya.

Dirinya menghirup nafas dalam, tidak sia-sia dirinya hidup di kota kecil, sesuai dengan dirinya yang introvert, kedua tangan yang awalnya berpegangan pada tiang pembatas jembatan, kini ia lepaskan dan berubah menjadi membentangkan tangan layaknya adegan Rose di kapal Titanic.

Ia berharap sebentar lagi ada Jaysen yang menyelamatkannya seperti dahulu kala, lagu berjudul No Reason telah berakhir, berubah menjadi lagi berjudul 22 milik Taylor Swift. Air mata yang awalnya mengalir deras menjadi terhenti karena suasana lagu yang tidak mendukung keadaan Nicole saat ini.

Gadis itu mencebikkan bibirnya, ingin hati turun dari pembatas jembatan untuk merubah playlist, tiba-tiba ada suara mengangetkannya hingga membuat dirinya terpeleset dan jatuh di jembatan, untung saja tidak tergelincir jatuh ke sungai yang dalam.

“Oh my fucking bitch!” pekik seseorang kemudian membantu Nicole berdiri karena gadis itu merintih kesakitan.

“Nicole, are u okay? Mari ku antar pulang,” ujar seseorang tersebut, Nicole melihat seseorang yang membantunya, suaranya sangat ia kenali tetapi bukan Jaysen, karena yang membantunya adalah seorang wanita dan itu adalah Cassandra atau Cassie.

“Aku bisa sendiri Cassie,” ujar Nicole.

“Tidak! Karena panggilanku kau menjadi jatuh seperti ini,” kekeh Cassie yang ingin membantu Nicole.

“Oke! Kau diam saja, aku bisa berdiri sendiri,” tegas Nicole.

Cassie memandang Niki dengan tatapan nanar, ini bukan Nicole seperti biasa, bahkan Cassie hanya diam melihat Niki yang memegangi kakinya seperti sedang kesakitan.

“Maafkan aku,” ucap Cassie tiba-tiba, awalnya Niki fokus pada baju tidurnya yang kotor, kini gadis itu menatap ke arah Cassie.

Tanpa sadar air mata lolos sekali lagi pada wajah cantik gadis itu, mengundang kebingungan Cassandra kemudian sebagai sahabat yang baik, Cassie memeluk Niki dan mendekapnya dalam, dari tangisan yang terdengar, Niki seperti menangisi seseorang yang hilang.

“Cassie, i miss u,” isak Niki.

Mendengar ucapan Niki yang mencelos begitu saja terdengar di telinga Cassie, gadis itu juga tidak bisa menahan kesedihan dan kerinduan pada Niki. Persetan dengan masalah mereka kemarin, dua gadis itu kini menangis untuk menumpahkan kerinduan, juga menumpahkan kesedihan.

all the bright places ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang